Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9069 | 16 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam,batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu pasien datang dengan keluhan demam dan batuk, serta dengan tone akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal.
- Karakteristik utama adalah peningkatan suhu tubuh.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Indikator luaran seperti suhu tubuh berada dalam batas normal, kulit terasa hangat dan lembab, serta tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menurunkan suhu tubuh, mempertahankan hidrasi, serta mengelola penyebab hipertermia.
- Intervensi dapat berupa kompres hangat/dingin, pemberian cairan, pemberian antipiretik, dan identifikasi serta penanganan penyebab.
Dengan tone akademis dan persona pakar, perawat diharapkan dapat memberikan penjelasan yang komprehensif dan ilmiah kepada pasien mengenai diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI. -
Article No. 9070 | 16 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam,batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan demam dan batuk.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu demam dan batuk, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Infeksi" (SDKI 2018). Risiko Infeksi didefinisikan sebagai "Peningkatan risiko terpapar oleh agen patogen". Kondisi ini terjadi ketika sistem pertahanan tubuh pasien tidak dapat mengatasi invasi agen patogen, sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pasien terbebas dari infeksi (SLKI 2019)
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi (suhu tubuh normal, tidak ada demam, batuk berkurang, dll.)
2. Pasien menunjukkan pemahaman tentang pencegahan infeksi (SLKI 2019)
- Indikator: Pasien dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan tindakan pencegahan infeksi yang tepat.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Infeksi (SIKI 2018)
- Kaji tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, batuk, dll.)
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien
- Lakukan tindakan pencegahan infeksi (kebersihan tangan, penggunaan APD, dll.)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik atau antivirus jika diperlukan
2. Edukasi Kesehatan (SIKI 2018)
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, tanda-tanda, dan pencegahan infeksi
- Ajarkan teknik batuk efektif dan higiene pernapasan
- Motivasi pasien untuk mematuhi program pengobatan dan tindakan pencegahan infeksi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena pasien datang dengan keluhan demam dan batuk, yang merupakan tanda-tanda umum adanya infeksi. Peningkatan risiko infeksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi klinis pasien, sistem imun yang lemah, atau paparan terhadap agen patogen.
Luaran/output yang diharapkan adalah pasien terbebas dari infeksi dan menunjukkan pemahaman tentang pencegahan infeksi. Hal ini bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien serta mencegah terjadinya komplikasi atau infeksi lebih lanjut.
Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi manajemen infeksi dan edukasi kesehatan. Manajemen infeksi bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola infeksi pada pasien, serta melakukan tindakan pencegahan infeksi. Edukasi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyebab, tanda-tanda, dan langkah-langkah pencegahan infeksi.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dari infeksi dan mampu mencegah terjadinya infeksi di kemudian hari. -
Article No. 9071 | 16 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan kontrol luka
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menggunakan tone yang akademis dalam menyampaikan informasi ini.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan kontrol luka:
- Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Integritas Kulit Terganggu" dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Integritas Kulit Terganggu didefinisikan sebagai "Kerusakan atau ketidakmampuan memperbaiki struktur dan fungsi kulit".
- Karakteristik definisi ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan kontrol luka, di mana terdapat gangguan pada integritas kulit akibat adanya luka yang belum terawat dengan baik.
- Faktor yang melatarbelakangi diagnosa ini dapat meliputi faktor fisologis, seperti gangguan penyembuhan luka, atau faktor situasional, seperti kurangnya pengetahuan pasien dalam perawatan luka.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran "Integritas Kulit Membaik" dari Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
- Kriteria hasil dari SLKI ini meliputi:
a. Luka tampak bersih dan tertutup
b. Tanda-tanda infeksi berkurang
c. Proses penyembuhan luka berjalan dengan baik
d. Pasien dapat melakukan perawatan luka secara mandiri
- Pencapaian Luaran ini akan menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan berhasil mengatasi masalah integritas kulit yang terganggu pada pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Berdasarkan diagnosa "Integritas Kulit Terganggu" dan Luaran "Integritas Kulit Membaik", berikut intervensi keperawatan yang diperlukan dari Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Perawatan Luka: Tindakan perawatan luka secara komprehensif, termasuk pembersihan, debridement, dan aplikasi balutan yang sesuai.
- Edukasi Perawatan Luka: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara perawatan luka yang benar, termasuk frekuensi penggantian balutan, tanda-tanda infeksi, dan pentingnya menjaga kebersihan luka.
- Manajemen Nyeri: Melakukan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi nyeri yang mungkin dirasakan pasien terkait luka.
- Monitoring Penyembuhan Luka: Melakukan observasi dan evaluasi secara berkala terhadap perkembangan penyembuhan luka, termasuk ukuran, warna, dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi.
- Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkoordinasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan luka yang komprehensif dan efektif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran "Integritas Kulit Membaik" sesuai kriteria hasil yang telah ditetapkan. Hal ini akan menunjukkan keberhasilan Asuhan Keperawatan dalam mengatasi masalah integritas kulit yang terganggu pada pasien. -
Article No. 9072 | 16 Dec 2024
Klinis : ALERGI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis ALERGI, beserta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.4
- Deskripsi: Alergi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.11
- Deskripsi: Pemberian desensitisasi alergi, subkutan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T78.4 (Alergi, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk mengindikasikan reaksi alergi yang tidak dapat diklasifikasikan dengan lebih spesifik. Ini mencakup reaksi alergi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kelompok alergi yang lebih spesifik, seperti alergi terhadap makanan, obat-obatan, atau lingkungan.
2. Kode ICD-9-CM 95.11 (Pemberian desensitisasi alergi, subkutan) menunjukkan prosedur pemberian imuniterapi atau desensitisasi alergi melalui injeksi subkutan. Prosedur ini bertujuan untuk menurunkan sensitivitas tubuh terhadap allergen penyebab reaksi alergi, sehingga dapat mengurangi gejala dan episode reaksi alergi di kemudian hari.
Dokter atau perekam medis dapat menggunakan kode-kode ini untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan diagnosis serta tindakan medis yang dilakukan terkait dengan kondisi alergi pasien. -
Article No. 9073 | 16 Dec 2024
Klinis : ABSES PADA JARI KAKI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter dan perekam medis, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "ABSES PADA JARI KAKI" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L03.01
- Deskripsi: Selulitis dan abses jari kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Insisi dan drainase abses kulit dan subkutan jari kaki
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 L03.01 (Selulitis dan abses jari kaki) adalah kode yang sesuai untuk kondisi "ABSES PADA JARI KAKI". Kode ini mencakup infeksi dan pembengkakan pada jaringan kulit dan subkutan di area jari kaki.
2. Kode ICD-9-CM 86.04 (Insisi dan drainase abses kulit dan subkutan jari kaki) merupakan kode prosedur atau tindakan medis yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi abses pada jari kaki. Prosedur ini melibatkan pembedahan untuk menginsisi dan mengeluarkan cairan atau material infeksi dari abses di area jari kaki.
Dalam praktik klinis, diagnosis dan kode ICD-10 serta prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kode ICD-9-CM akan digunakan oleh dokter dan perekam medis untuk mendokumentasikan dan melaporkan kondisi dan penanganan pasien secara akurat. -
Article No. 9074 | 16 Dec 2024
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mudah lelah, dan sering pusing serta nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4(0-10), Pasien juga mengatakan demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas, serta adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan. Do: • Tekanan Darah :130/90 mmHg • Nadi : 110x/menit • RR : 27x/menit • Suhu Tubuh : 37,5̊ C • Pasien tampak lemas • Pasien tampak meringis kesakitan • Konjungtiva anemis • Kulit pasien tampak pucat • Adanya pembesaran limpa teraba 4cm dibawah lengkung iga kiri (splenomegali) • Hemoglobin : 7,5 g/dl • Leukosit : 120.000/mm³ • Trombosit : 55.000/mm³ • Hasil aspirasi sumsum tulang menunjukan proliferasi sel blast yang tidak normal • Pemeriksaan PCT : Terdapat gen BCR-ABL 1 • Pemeriksaan sitogenik : 98% ditemukan kromosom Philadelphia gua bingung sm diagnosa nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan tanda-tanda yang dijelaskan, pasien ini kemungkinan mengalami kondisi yang berkaitan dengan Leukemia Mieloid Kronis (LMK) atau Chronic Myelogenous Leukemia (CML). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasannya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik akibat LMK.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi sel blast pada tulang dan jaringan.
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan neutropenia.
Penjelasan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik akibat LMK.
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya persepsi kekurangan energi fisik, mental, dan/atau psikososial.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi aktivitas pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi sel blast pada tulang dan jaringan.
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman nyeri yang berkelanjutan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meminimalkan atau menghilangkan rasa nyeri.
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
- SDKI: Rentan mengalami penurunan volume darah yang dapat mengancam jiwa akibat mekanisme hemostasis yang tidak adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi risiko perdarahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan integritas vaskuler dan mencegah perdarahan.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan neutropenia.
- SDKI: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan pertahanan tubuh dan mencegah infeksi.
Dalam kondisi ini, pasien memerlukan perawatan yang komprehensif, termasuk pengobatan medis untuk LMK, serta intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengelola gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 9075 | 16 Dec 2024
Klinis : Tn.U berusia 58 tahun menderita Dispnea PPOK. Saat perawat melakukan asesmen keperawatan didapatkan data bahwa Tn.U mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, dan sakit pada perut bagian atas seperti tertarik saat batuk. Kemaren badan klien merasa panas dingin. Klien mengatakan akibat batuk sesak nafas yang terjadi hingga membuatnya terasa harus mengangkat dada untuk bisa bernafas. Hasil pemeriksaan TTV: Nadi 80x/menit, RR 28 x/menit, TD 130/80 mmHg, Suhu 39°c. TB 160 cm, BB 52 Kg. Hasil pemeriksaan fisik thoraks di dapatkan ada suara tambahan, wheezing (+), konjunctiva tampak anemis dan sclera tidak ikterik. Klien terpasang nasal cannula O2 sebanyak 3-4 liter/menit.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan Eksaserbasi Akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak spesifik
Penjelasan:
Pasien Tn. U, berusia 58 tahun, memiliki gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan eksaserbasi akut, yang ditandai dengan sesak napas, batuk berdahak, dan rasa sakit pada perut bagian atas saat batuk. Selain itu, pasien juga mengalami demam dan peningkatan laju pernapasan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara tambahan (wheezing) dan konjungtiva yang tampak anemis.
Kode ICD-10 J44.1 (Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan Eksaserbasi Akut) sesuai dengan kondisi pasien, yang mengalami eksaserbasi akut dari PPOK yang dideritanya.
Terkait dengan tindakan medis, pasien diberikan oksigen melalui nasal kanula sebanyak 3-4 liter per menit. Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemberian Oksigen, tidak spesifik) sesuai dengan prosedur yang dilakukan pada pasien. -
Article No. 9076 | 16 Dec 2024
Klinis : Tn.U berusia 58 tahun menderita Dispnea PPOK. Saat perawat melakukan asesmen keperawatan didapatkan data bahwa Tn.U mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, dan sakit pada perut bagian atas seperti tertarik saat batuk. Kemaren badan klien merasa panas dingin. Klien mengatakan akibat batuk sesak nafas yang terjadi hingga membuatnya terasa harus mengangkat dada untuk bisa bernafas. Hasil pemeriksaan TTV: Nadi 80x/menit, RR 28 x/menit, TD 130/80 mmHg, Suhu 39°c. TB 160 cm, BB 52 Kg. Hasil pemeriksaan fisik thoraks di dapatkan ada suara tambahan, wheezing (+), konjunctiva tampak anemis dan sclera tidak ikterik. Klien terpasang nasal cannula O2 sebanyak 3-4 liter/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data klinik yang diberikan, Tn. U (58 tahun) menderita Dispnea PPOK dengan kondisi saat ini yaitu:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032) berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan obstruksi saluran napas akibat PPOK.
Penjelasan singkat (SDKI - SLKI - SIKI):
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Pola napas tidak efektif adalah ventilasi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
- Faktor yang berhubungan: peningkatan produksi sekret, obstruksi saluran napas, kelelahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas 12-20x/menit, irama teratur, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen jalan napas, Manajemen oksigen, Manajemen pernapasan, Monitoring tanda-tanda vital.
Berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi Tn. U adalah Pola Napas Tidak Efektif yang berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan obstruksi saluran napas akibat PPOK. -
Article No. 9077 | 16 Dec 2024
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mudah lelah, dan sering pusing serta nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4(0-10), Pasien juga mengatakan demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas, serta adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan. Do: • Tekanan Darah :130/90 mmHg • Nadi : 110x/menit • RR : 27x/menit • Suhu Tubuh : 37,5̊ C • Pasien tampak lemas • Pasien tampak meringis kesakitan • Konjungtiva anemis • Kulit pasien tampak pucat •
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan gejala yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan Kronis (SDKI)
2. Nyeri Kronik (SDKI)
3. Risiko Infeksi (SDKI)
Penjelasan singkat:
1. Kelelahan Kronis (SDKI)
- Definisi: Pengalaman subyektif berkepanjangan dan tidak menyenangkan yang berkaitan dengan penurunan kapasitas dan ketahanan untuk melakukan aktivitas.
- Penyebab: Anemia, malnutrisi, penyakit kronis, stres, dan aktivitas berlebihan.
- Gejala: Mudah lelah, tidak berdaya, penurunan konsentrasi, dan penurunan motivasi.
- Intervensi Keperawatan (SLKI): Manajemen Energi, Istirahat, dan Terapi Aktivitas.
2. Nyeri Kronik (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang nyata atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab: Penyakit degeneratif, gangguan muskuloskeletal, dan cedera.
- Gejala: Nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala 4 (0-10).
- Intervensi Keperawatan (SLKI): Manajemen Nyeri, Perawatan Luka, dan Terapi Modalitas.
3. Risiko Infeksi (SDKI)
- Definisi: Kerentanan untuk mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Penurunan sistem imun, malnutrisi, dan luka yang sulit sembuh.
- Gejala: Demam ringan yang berulang, luka pada gusi yang sulit sembuh, serta pembengkakan dan kemerahan.
- Intervensi Keperawatan (SLKI): Manajemen Infeksi, Perawatan Luka, dan Edukasi Kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 9078 | 16 Dec 2024
Klinis : Ds: Pasien mengatakan mudah lelah, dan sering pusing serta nyeri tulang di area punggung dan tungkai dengan skala nyeri 4(0-10), Pasien juga mengatakan demam ringan yang berulang tanpa penyebab yang jelas, serta adanya luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan. Do: • Tekanan Darah :130/90 mmHg • Nadi : 110x/menit • RR : 27x/menit • Suhu Tubuh : 37,5̊ C • Pasien tampak lemas • Pasien tampak meringis kesakitan • Konjungtiva anemis • Kulit pasien tampak pucat •
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan mudah lelah, pusing, dan nyeri tulang.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi patologis yang ditandai dengan nyeri pada punggung dan tungkai dengan skala 4.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan demam berulang tanpa penyebab yang jelas.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh yang ditandai dengan luka pada gusi yang sulit sembuh, disertai pembengkakan dan kemerahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup.
- Pasien dapat mengelola kelelahan dengan baik.
- Pasien tidak lagi mengeluhkan pusing dan nyeri tulang.
2. Nyeri Kronis
- Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri dengan menggunakan manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat meningkatkan aktivitas sesuai toleransi tanpa peningkatan nyeri.
- Pasien dapat beristirahat untuk memulihkan energi.
3. Hipertermia
- Suhu tubuh pasien kembali normal.
- Pasien tidak lagi mengalami demam berulang.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
4. Risiko Infeksi
- Luka pada gusi sembuh dengan baik.
- Tidak terjadi infeksi baru pada gusi atau bagian tubuh lainnya.
- Pasien dapat menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Kaji faktor-faktor yang memengaruhi intoleransi aktivitas.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas.
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sesuai kapasitas.
- Dorong pasien untuk beristirahat secukupnya.
2. Nyeri Kronis
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
- Berikan analgesik sesuai indikasi medis.
3. Hipertermia
- Lakukan pengukuran suhu tubuh secara teratur.
- Identifikasi penyebab peningkatan suhu tubuh.
- Berikan intervensi penurun demam sesuai indikasi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab demam.
4. Risiko Infeksi
- Kaji faktor risiko infeksi pada pasien.
- Berikan perawatan luka pada gusi secara teratur dan tepat.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang kebersihan mulut dan gigi.
- Kolaborasi dengan dokter gigi untuk penanganan luka gusi.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan jika ditemukan.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu klarifikasi, jangan ragu untuk menghubungi saya kembali.