Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9213 | 17 Dec 2024
Klinis : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kemampuan menelan terganggu dan nafsu makan menurun.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kemampuan menelan terganggu dan nafsu makan menurun" adalah:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan (00025)
- Definisi: Berisiko mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Faktor Berhubungan: Kemampuan menelan terganggu dan nafsu makan menurun.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan (0601)
- Definisi: Kemampuan mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam rentang normal.
- Indikator:
- Intake cairan adekuat (060101)
- Pengeluaran cairan adekuat (060102)
- Tekanan darah dalam batas normal (060103)
- Denyut nadi dalam batas normal (060104)
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (060105)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan (4120)
- Definisi: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
- Aktivitas Keperawatan:
- Kaji intake dan output cairan pasien secara teratur.
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi.
- Berikan cairan oral atau parenteral sesuai dengan kebutuhan dan toleransi pasien.
- Atur jadwal pemberian cairan dan monitor efektivitasnya.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan kebutuhan cairan yang optimal.
2. Manajemen Nutrisi (1100)
- Definisi: Pengaturan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan:
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk riwayat makan, berat badan, dan kebutuhan nutrisi.
- Berikan diet yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan menelan pasien.
- Bantu pasien dalam makan dan minum jika diperlukan.
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang optimal.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan "Risiko Kekurangan Volume Cairan" dipilih karena kondisi pasien dengan kemampuan menelan terganggu dan nafsu makan menurun, yang dapat menyebabkan asupan cairan dan nutrisi yang tidak memadai. Hal ini dapat berisiko mengakibatkan kekurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Luaran yang diharapkan adalah "Keseimbangan Cairan", dimana pasien dapat mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam rentang normal, dengan indikator-indikator seperti intake cairan adekuat, pengeluaran cairan adekuat, tekanan darah dan denyut nadi dalam batas normal, serta tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Cairan dan Manajemen Nutrisi. Manajemen Cairan bertujuan untuk mengatur masukan dan pengeluaran cairan agar tercapai keseimbangan cairan yang optimal. Sedangkan Manajemen Nutrisi bertujuan untuk mengatur asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan pasien, sesuai dengan kemampuan menelan dan kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi, sangat penting untuk menentukan kebutuhan cairan dan nutrisi yang optimal bagi pasien. -
Article No. 9214 | 17 Dec 2024
Klinis : cerebral falsy
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi cerebral palsy, kode dan deskripsinya adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G80
- Deskripsi: Cerebral palsy
Cerebral palsy (CP) adalah kelompok gangguan perkembangan pergerakan dan postur, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang diatribusikan pada gangguan non-progresif yang terjadi pada perkembangan otak fetus atau bayi. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, kelainan bawaan, trauma, atau asfiksia. Gangguan ini mungkin melibatkan kelumpuhan, spastisitas, diskinesia, atau gangguan lainnya yang dapat mempengaruhi fungsi motorik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.34
- Deskripsi: Fisioterapi dan latihan untuk kondisi neurologis, termasuk cerebral palsy
Prosedur fisioterapi dan latihan untuk pasien dengan cerebral palsy bertujuan untuk meningkatkan fungsi motorik, mencegah komplikasi sekunder, dan memaksimalkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Ini dapat mencakup berbagai intervensi, seperti latihan kekuatan, fleksibilitas, koordinasi, dan keseimbangan, serta penggunaan alat bantu atau ortosis jika diperlukan. -
Article No. 9215 | 17 Dec 2024
Klinis : cerebral falsy
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi cerebral palsy dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terbatas berhubungan dengan perubahan tonus otot dan pola gerakan yang tidak terkoordinasi.
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh yang disengaja, terkontrol, dan terkoordinasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Indikator: Keterbatasan rentang gerak, Keterbatasan kekuatan otot, Kesulitan dalam melakukan koordinasi gerakan.
- Faktor Penyebab: Perubahan tonus otot, Pola gerakan tidak terkoordinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan pergerakan tubuh secara mandiri, Pasien mendemonstrasikan peningkatan rentang gerak dan kekuatan otot, Pasien menunjukkan koordinasi gerakan yang lebih baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Terapi latihan, Pemberian alat bantu, Manajemen nyeri, Edukasi pasien dan keluarga.
2. Risiko Jatuh berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik.
Definisi: Kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
SDKI:
- Indikator: Ketidakseimbangan, Gangguan gait, Riwayat jatuh.
- Faktor Penyebab: Gangguan mobilitas fisik.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari cedera akibat jatuh, Pasien menunjukkan peningkatan keseimbangan dan gait yang lebih baik.
SIKI:
- Intervensi: Pengkajian risiko jatuh, Penggunaan alat bantu, Modifikasi lingkungan, Edukasi pasien dan keluarga.
Penjelasan singkat:
Cerebral palsy adalah kondisi dimana terjadi gangguan pada pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh kerusakan otak yang terjadi saat masa perkembangan. Pasien dengan cerebral palsy dapat mengalami perubahan tonus otot dan pola gerakan yang tidak terkoordinasi, sehingga menyebabkan gangguan mobilitas fisik. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko jatuh pada pasien. Perawat berperan dalam memberikan intervensi yang tepat, seperti terapi latihan, penggunaan alat bantu, manajemen nyeri, dan edukasi pasien serta keluarga, untuk meningkatkan mobilitas fisik dan mencegah risiko jatuh. -
Article No. 9032 | 16 Dec 2024
Klinis : stroke
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi stroke.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan gerakan tubuh yang disengaja, yang dimanifestasikan dengan keterbatasan rentang gerak, koordinasi, atau kontrol otot.
- Faktor Risiko: Kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot, dan penurunan toleransi aktivitas.
2. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
- Definisi: Penurunan suplai darah ke otak yang dapat menyebabkan gangguan fungsi serebral.
- Faktor Risiko: Penyumbatan aliran darah, spasme pembuluh darah, dan penurunan curah jantung.
3. Gangguan Intergritas Kulit
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Faktor Risiko: Penurunan sensasi, mobilitas terbatas, dan tekanan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan pasien. Diagnosa keperawatan yang dipaparkan di atas merupakan contoh dari SDKI yang sesuai dengan kondisi stroke.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan hasil atau outcome yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Luaran keperawatan yang diharapkan untuk kondisi stroke antara lain peningkatan mobilitas fisik, perbaikan perfusi jaringan serebral, dan peningkatan integritas kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi keperawatan untuk kondisi stroke dapat meliputi latihan rentang gerak, manajemen perfusi serebral, dan perawatan luka.
Dalam praktik keperawatan, perawat harus mengkaji kondisi pasien secara komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 9033 | 16 Dec 2024
Klinis : diagnosa dan slki siki stroke pada keperawatan keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi stroke pada keperawatan keluarga.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan sumbatan arteri serebral.
2. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik akibat stroke.
3. Resiko Jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan koordinasi.
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat stroke.
5. Koping Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan perubahan kondisi anggota keluarga yang terkena stroke.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Serebral: Pasien mendemonstrasikan peningkatan perfusi jaringan serebral yang ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, fungsi motorik dan sensorik membaik, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
2. Mobilitas Fisik: Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan mobilitas yang ditandai dengan kekuatan otot membaik, rentang gerak sendi membaik, dan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
3. Risiko Jatuh: Pasien tidak mengalami jatuh selama perawatan di rumah.
4. Perawatan Diri: Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
5. Koping Keluarga: Keluarga mampu menyesuaikan diri dan mendukung anggota keluarga yang terkena stroke.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perfusi Serebral: Intervensi untuk meningkatkan perfusi jaringan serebral, seperti memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi, dan memberikan terapi oksigen.
2. Peningkatan Mobilitas: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan mobilitas, seperti latihan gerak aktif-pasif, latihan keseimbangan, dan alat bantu jalan.
3. Pencegahan Jatuh: Intervensi untuk mencegah risiko jatuh, seperti modifikasi lingkungan, penggunaan alat bantu, dan edukasi bagi pasien dan keluarga.
4. Perawatan Diri: Intervensi untuk membantu pasien melakukan perawatan diri, seperti latihan aktivitas sehari-hari, pemberian alat bantu, dan pendidikan bagi pasien dan keluarga.
5. Dukungan Keluarga: Intervensi untuk membantu keluarga dalam menyesuaikan diri dan mendukung anggota keluarga yang terkena stroke, seperti edukasi, konseling, dan fasilitasi komunikasi. -
Article No. 9034 | 16 Dec 2024
Klinis : gangguan kognitif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan kognitif.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan kognitif adalah "Gangguan Proses Pikir". Gangguan proses pikir didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk berpikir secara terorganisir, logis, dan produktif, yang ditandai dengan kesulitan dalam berkonsentrasi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi gangguan kognitif adalah "Fungsi Kognitif Membaik". Indikator-indikator pencapaian luaran ini meliputi:
1. Kemampuan berkonsentrasi meningkat
2. Kemampuan berpikir logis dan terorganisir membaik
3. Kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan meningkat
4. Orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang membaik
5. Kemampuan mengingat jangka pendek dan jangka panjang meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran "Fungsi Kognitif Membaik" pada pasien dengan gangguan kognitif adalah:
1. Asesmen kognitif: Melakukan asesmen menyeluruh terhadap fungsi kognitif pasien, termasuk orientasi, memori, bahasa, dan kemampuan berpikir.
2. Stimulasi kognitif: Memberikan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan dan mempertahankan fungsi kognitif, seperti latihan mengingat, memecahkan masalah, dan berdiskusi.
3. Manajemen lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung peningkatan fungsi kognitif, seperti mengurangi distraksi dan memberikan petunjuk-petunjuk visual.
4. Edukasi dan dukungan keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai gangguan kognitif, serta melibatkan keluarga dalam proses perawatan untuk mendukung perbaikan fungsi kognitif pasien.
5. Kolaborasi dengan tenaga profesional: Berkolaborasi dengan dokter, terapis okupasi, dan profesional lainnya untuk memberikan intervensi yang komprehensif dalam menangani gangguan kognitif.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara terstruktur dan berkelanjutan diharapkan dapat membantu pasien dengan gangguan kognitif untuk mencapai luaran "Fungsi Kognitif Membaik" sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang berlaku. -
Article No. 9035 | 16 Dec 2024
Klinis : risiko perilaku kekerasan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi "risiko perilaku kekerasan" dari perspektif seorang perawat pakar.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "risiko perilaku kekerasan" adalah: Risiko Perilaku Kekerasan. Diagnosa ini menggambarkan adanya kemungkinan pasien berperilaku agresif atau melakukan tindakan kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain, atau lingkungan sekitarnya. Risiko ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan mental, stres, atau kurangnya kontrol impuls.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa Luaran/Output berikut:
a. Kontrol Perilaku: Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dan menunjukkan perilaku yang lebih adaptif.
b. Keamanan Diri: Pasien merasa aman dan tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain.
c. Partisipasi dalam Pengobatan: Pasien aktif terlibat dalam proses pengobatan dan rehabilitasi untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan.
d. Dukungan Sosial: Pasien menerima dukungan sosial yang memadai dari keluarga, teman, atau tenaga kesehatan untuk mencegah perilaku kekerasan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, berikut beberapa Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Manajemen Agresi: Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengelola perilaku agresif atau kekerasan. Intervensi dapat berupa teknik relaksasi, pengalihan, atau penggunaan obat-obatan jika diperlukan.
b. Pengelolaan Lingkungan: Intervensi ini berfokus pada pengaturan lingkungan yang aman dan terkendali untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Ini dapat meliputi pengawasan yang ketat, pengaturan ruangan yang memudahkan pengawasan, atau pembatasan akses ke benda-benda berbahaya.
c. Terapi Perilaku: Intervensi ini melibatkan terapi yang bertujuan untuk memodifikasi perilaku pasien, seperti terapi kognitif-perilaku, terapi kelompok, atau terapi keluarga.
d. Pendidikan Kesehatan: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang risiko perilaku kekerasan, faktor pemicu, dan strategi penanganannya.
e. Koordinasi Pelayanan: Intervensi ini melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lain, seperti psikolog, psikiater, atau pekerja sosial, untuk memberikan pendekatan multidisipliner dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan.
Keberhasilan Asuhan Keperawatan dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan sangat bergantung pada pemahaman yang mendalam tentang kondisi pasien, implementasi intervensi yang tepat, dan kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan perawatan yang optimal. -
Article No. 9036 | 16 Dec 2024
Klinis : risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan:
Diagnosa keperawatan ini mengidentifikasi adanya potensi perilaku agresif atau tindakan melukai diri sendiri maupun orang lain yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi psikologis, lingkungan, atau riwayat perilaku kekerasan sebelumnya. Risiko perilaku kekerasan ini perlu diidentifikasi dan ditangani secara tepat untuk mencegah terjadinya bahaya bagi pasien maupun lingkungan sekitarnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku: Pasien mampu mengontrol dorongan atau impuls untuk melakukan perilaku kekerasan.
2. Tenang: Pasien menunjukkan tanda-tanda relaksasi fisik dan emosional.
3. Keamanan Diri: Pasien bebas dari bahaya yang dapat melukai diri sendiri atau orang lain.
Luaran-luaran ini menggambarkan target yang ingin dicapai setelah pemberian asuhan keperawatan, yaitu pasien dapat mengendalikan dorongan agresif, mencapai kondisi tenang, serta terhindar dari risiko kecelakaan atau cedera akibat perilaku kekerasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Marah: Mengajarkan pasien teknik-teknik untuk mengidentifikasi, mengekspresikan, dan mengelola emosi marah secara tepat.
2. Terapi Kognitif: Membantu pasien mengubah pola pikir dan keyakinan yang terkait dengan perilaku kekerasan menjadi lebih adaptif.
3. Aktivitas Terapeutik: Melibatkan pasien dalam kegiatan yang dapat menyalurkan energi dan emosi secara konstruktif, seperti olahraga atau kreativitas.
4. Manajemen Lingkungan: Mengatur lingkungan fisik dan sosial agar aman dan mendukung pasien untuk mengendalikan perilaku kekerasan.
5. Konseling: Memberikan dukungan emosional dan bimbingan agar pasien dapat menghadapi masalah dengan cara yang lebih sehat.
Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan keterampilan, wawasan, dan dukungan yang dibutuhkan untuk mengendalikan dorongan agresif dan mencegah terjadinya perilaku kekerasan.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dipaparkan di atas merupakan pendekatan komprehensif untuk menangani risiko perilaku kekerasan pada pasien. Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol diri yang lebih baik, merasa tenang, dan terhindar dari bahaya yang dapat timbul akibat perilaku kekerasan. -
Article No. 9037 | 16 Dec 2024
Klinis : gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "gangguan persepsi sensori berhubungan dengan":
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi ini adalah "Gangguan Persepsi Sensori". Gangguan Persepsi Sensori didefinisikan sebagai perubahan dalam kualitas atau intensitas rangsangan yang diterima oleh satu atau lebih indera. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan neurologis, ketidakseimbangan kimia, atau pengalaman masa lalu yang traumatis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Persepsi Sensori: Pasien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan untuk menerima, menginterpretasi, dan merespons rangsangan sensorik dengan benar.
2. Kontrol Persepsi Sensori: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan atau menyesuaikan persepsi sensoriknya sesuai dengan situasi dan lingkungan.
3. Integrasi Fungsi Sensorik: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengintegrasikan informasi sensorik yang diterima dari berbagai indera dan menggunakannya untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
4. Keamanan Lingkungan: Pasien dan lingkungannya aman dari bahaya yang dapat disebabkan oleh gangguan persepsi sensori.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian Sensorik: Melakukan pengkajian komprehensif terhadap fungsi sensorik pasien, termasuk penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa, dan penciuman.
2. Modifikasi Lingkungan: Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi persepsi sensorik pasien, seperti pencahayaan, kebisingan, atau suhu yang tidak nyaman.
3. Terapi Sensorik: Memberikan intervensi terapeutik yang berfokus pada stimulasi sensorik, seperti terapi warna, musik, atau aromaterapi, untuk membantu pasien memperbaiki atau menyesuaikan persepsi sensoriknya.
4. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai gangguan persepsi sensorik, strategi pengelolaan, dan peran mereka dalam mendukung proses pemulihan.
5. Koordinasi Perawatan: Bekerja sama dengan tim multidisipliner, seperti dokter, terapis okupasi, atau ahli terapi lainnya, untuk mengembangkan dan menerapkan rencana perawatan yang komprehensif.
6. Evaluasi dan Monitoring: Secara berkala mengevaluasi dan memantau perkembangan pasien, mengidentifikasi keberhasilan intervensi, dan menyesuaikan rencana perawatan jika diperlukan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu peningkatan persepsi sensorik, kontrol persepsi sensorik, integrasi fungsi sensorik, dan keamanan lingkungan. Hal ini akan membantu pasien untuk berinteraksi dengan lingkungan secara lebih efektif dan meningkatkan kualitas hidup mereka. -
Article No. 9038 | 16 Dec 2024
Klinis : Penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Definisi:
Penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per menit, yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Penurunan Curah Jantung adalah peningkatan curah jantung, peningkatan perfusi jaringan, dan stabilitas hemodinamik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, pemberian oksigen, latihan fisik, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan medis.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat