Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9202 | 17 Dec 2024
Klinis : Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi "Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya".
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Aktivitas Intoleran". Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya. Aktivitas Intoleran didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan daya tahan fisik".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Peningkatan Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Tingkat kemampuan individu untuk mentolerir aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan berlebih, sesak napas, atau gejala lainnya.
3. Peningkatan Mobilitas: Kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Aktivitas Fisik: Melakukan pengkajian dan pemantauan terhadap kemampuan aktivitas fisik individu, termasuk durasi, frekuensi, dan intensitas aktivitas.
2. Manajemen Aktivitas: Membantu individu dalam merencanakan, melakukan, dan mengatur aktivitas sesuai dengan kapasitas fungsionalnya untuk mencegah kelelahan berlebih.
3. Pelatihan Aktivitas: Memberikan edukasi dan pelatihan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi individu, seperti latihan peningkatan daya tahan, kekuatan, dan fleksibilitas.
4. Modifikasi Lingkungan: Menyediakan alat bantu atau lingkungan yang mendukung peningkatan aktivitas fisik individu, seperti kursi roda, alat bantu jalan, atau aksesibilitas lingkungan yang memadai.
5. Manajemen Gejala: Mengelola gejala yang mungkin timbul selama aktivitas fisik, seperti kelelahan, sesak napas, atau nyeri, untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Aktivitas Intoleran" menggambarkan keterbatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya. Diagnosa ini mengacu pada ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan daya tahan fisik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Peningkatan Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya akan meningkat, sehingga individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
b. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Individu akan memiliki tingkat kemampuan yang lebih baik dalam mentolerir aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan berlebih, sesak napas, atau gejala lainnya.
c. Peningkatan Mobilitas: Kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Aktivitas Fisik: Perawat melakukan pengkajian dan pemantauan terhadap kemampuan aktivitas fisik individu, termasuk durasi, frekuensi, dan intensitas aktivitas, untuk mengetahui tingkat kemampuan dan toleransi individu.
b. Manajemen Aktivitas: Perawat membantu individu dalam merencanakan, melakukan, dan mengatur aktivitas sesuai dengan kapasitas fungsionalnya untuk mencegah kelelahan berlebih. Hal ini dilakukan dengan menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi individu.
c. Pelatihan Aktivitas: Perawat memberikan edukasi dan pelatihan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi individu, seperti latihan peningkatan daya tahan, kekuatan, dan fleksibilitas, untuk meningkatkan kemampuan aktivitas fisik.
d. Modifikasi Lingkungan: Perawat menyediakan alat bantu atau lingkungan yang mendukung peningkatan aktivitas fisik individu, seperti kursi roda, alat bantu jalan, atau aksesibilitas lingkungan yang memadai, untuk memfasilitasi mobilitas dan aktivitas individu.
e. Manajemen Gejala: Perawat mengelola gejala yang mungkin timbul selama aktivitas fisik, seperti kelelahan, sesak napas, atau nyeri, untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan mencegah komplikasi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan performa aktivitas fisik, toleransi aktivitas, dan mobilitas individu, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9203 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 62 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan Congestive Heart Failure. Klien merasakan sesak napas dengan frekuensi napas 30 x/menit, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Klien kesulitan tidur karena sesaknya. Klien merasa lelah dan belum dapat melakukan aktivitas seperti makan dan bergerak di tempat tidur. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jabarkan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk menginspirasi dan/atau mengekspirasi secara adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ventilasi adekuat
2. Kenyamanan pernapasan
3. Toleransi aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen ventilasi
3. Manajemen dispnea
Pada kasus ini, pasien mengalami sesak napas dengan frekuensi napas yang tinggi, penggunaan otot bantu pernapasan, dan napas cuping hidung. Hal ini menunjukkan adanya pola napas yang tidak efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen dispnea untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, meningkatkan kenyamanan pernapasan, dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 9204 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 62 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan Congestive Heart Failure. Klien merasakan sesak napas dengan frekuensi napas 30 x/menit, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Klien kesulitan tidur karena sesaknya. Klien merasa lelah dan belum dapat melakukan aktivitas seperti makan dan bergerak di tempat tidur. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi Congestive Heart Failure pada pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hal ini didasarkan pada tanda dan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu sesak napas dengan frekuensi napas 30 kali per menit, penggunaan otot bantu pernapasan, dan napas cuping hidung. Kondisi ini menunjukkan adanya gangguan dalam membersihkan jalan napas secara efektif.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Respirasi Efektif: Pasien dapat mempertahankan frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali per menit) dan tidak terlihat penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Pergerakan Pernapasan: Pasien dapat melakukan pergerakan dada dan abdomen yang simetris saat bernapas.
3. Oksigenasi: Pasien dapat mempertahankan kadar oksigen darah (SpO2) dalam rentang normal (>95%).
4. Kenyamanan Pernapasan: Pasien dapat melaporkan tidak adanya sesak napas dan dapat beristirahat dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Jalan Napas:
a. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, dan irama).
b. Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memudahkan pernapasan.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
d. Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi pernapasan, seperti nebulizer, CPAP, atau ventilasi mekanik.
2. Manajemen Kenyamanan:
a. Berikan analgesik atau obat-obatan lain sesuai indikasi untuk mengurangi rasa sesak.
b. Ajarkan teknik pernapasan dalam (deep breathing) dan relaksasi untuk membantu mengatasi sesak napas.
c. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan membantu aktivitas perawatan pasien.
3. Manajemen Aktivitas:
a. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien untuk meningkatkan kapasitas fungsional.
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang tepat.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan Congestive Heart Failure. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 9205 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 62 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan Congestive Heart Failure. Klien merasakan sesak napas dengan frekuensi napas 30 x/menit, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Klien kesulitan tidur karena sesaknya. Klien merasa lelah dan belum dapat melakukan aktivitas seperti makan dan bergerak di tempat tidur. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis saya terkait kasus tersebut:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, masalah keperawatan utama yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Pasien mengalami sesak napas dengan frekuensi napas yang tinggi (30x/menit) serta menggunakan otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada sistem pernapasan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan jalan napas efektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan frekuensi napas dalam batas normal (12-20x/menit), tidak terlihat lagi penggunaan otot bantu pernapasan, dan tidak ada lagi napas cuping hidung. Pasien juga diharapkan dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan sesak napas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas
Intervensi ini meliputi:
a. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
b. Melakukan suction untuk membantu mengeluarkan sekret
c. Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
d. Memposisikan pasien semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
e. Memantau tanda-tanda vital dan oksigenasi pasien secara berkala
2. Manajemen kelelahan
Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengelola kelelahannya, meliputi:
a. Mengkaji penyebab dan tingkat kelelahan pasien
b. Membantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat
c. Memberikan nutrisi dan cairan yang adekuat
d. Memfasilitasi aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
3. Manajemen nyeri
Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi rasa tidak nyaman akibat sesak napas, meliputi:
a. Mengkaji nyeri pasien secara komprehensif
b. Memberikan analgesik sesuai resep
c. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan utama yang teridentifikasi adalah "Bersihan jalan napas tidak efektif" karena adanya gejala sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan napas cuping hidung pada pasien. Luaran yang diharapkan adalah "Bersihan jalan napas efektif", yang ditandai dengan frekuensi napas normal, tidak ada lagi penggunaan otot bantu pernapasan, dan pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan sesak napas.
Untuk mencapai luaran tersebut, beberapa intervensi keperawatan yang perlu dilakukan antara lain manajemen jalan napas (pemberian oksigen, suction, latihan pernapasan), manajemen kelelahan (mengatur aktivitas dan istirahat, nutrisi), serta manajemen nyeri (pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik relaksasi). Intervensi-intervensi ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif pada pasien. -
Article No. 9206 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 32 tahun, dirawat di RS dengan keluhan diare dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluh hari ini diare sudah 5 kali dari pagi, feses cair dan berbusa. Paien merasa lemas, bibir dan kulit kering, turgor kulit menurun. Masalah keperawatan adalah...
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Defisit Volume Cairan
Definisi: Penurunan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular.
Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah.
Tanda dan Gejala: Diare, muntah, bibir dan kulit kering, turgor kulit menurun, rasa haus, lemas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Kulit, membran mukosa dan turgor kulit kembali normal
c. Tidak ada tanda dehidrasi
- Target: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang adekuat dalam waktu 2-3 hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda vital, turgor kulit, dan membran mukosa
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan dan elektrolit yang adekuat
2. Manajemen Diare
- Pantau frekuensi, jumlah, dan karakteristik diare
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antidiare, jika perlu
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen diare
3. Manajemen Mual dan Muntah
- Pantau tanda-tanda dan frekuensi mual dan muntah
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antiemetik, jika perlu
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen mual dan muntah
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Defisit Volume Cairan" dipilih karena pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah yang berlangsung selama 3 hari. Tanda-tanda yang muncul, seperti diare, muntah, bibir dan kulit kering, turgor kulit menurun, serta rasa lemas, menunjukkan adanya penurunan volume cairan dalam tubuh.
Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan, dengan indikator tanda-tanda vital dalam batas normal, kulit, membran mukosa, dan turgor kulit kembali normal, serta tidak ada tanda dehidrasi. Target tercapainya luaran ini adalah dalam waktu 2-3 hari, karena kondisi pasien yang cukup akut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Cairan, Manajemen Diare, dan Manajemen Mual dan Muntah. Manajemen Cairan bertujuan untuk memantau dan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien. Manajemen Diare dan Mual Muntah bertujuan untuk mengatasi gejala-gejala yang menyebabkan kehilangan cairan. Kolaborasi dengan dokter sangat diperlukan untuk memastikan pemberian cairan, elektrolit, dan obat-obatan yang tepat.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang adekuat dalam waktu 2-3 hari. -
Article No. 9207 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat di ruang isolasi dengan demam tinggi 39 derajat celcius, ruam di seluruh area punggung dan leher, kandidiasis oral, serta penurunan berat badan lebih dari 5 kg dalam 1 bulan terakhir. Hasil tes laboratorium menunjukkan tes ELISA positif dan CD4 rendah. Masalah keperawatan utama pada pasien tersebut adalah ...
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko Infeksi Oportunistik berhubungan dengan penurunan sistem imun yang ditandai dengan demam tinggi, ruam di seluruh area punggung dan leher, kandidiasis oral, serta penurunan berat badan yang signifikan.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Infeksi Oportunistik: Kerentanan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada individu dengan sistem imun yang kompeten.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan utama: Pasien akan bebas dari infeksi oportunistik selama dirawat.
- Indikator hasil: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada demam, tidak ada ruam, tidak ada kandidiasis oral, dan berat badan kembali normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi utama: Manajemen Infeksi Oportunistik, yang meliputi pemberian antibiotik, antiviral, atau antifungal sesuai dengan jenis infeksi; pemantauan tanda-tanda vital; perawatan kulit dan mukosa; serta edukasi tentang pencegahan infeksi.
Sebagai seorang perawat, saya akan fokus pada manajemen infeksi oportunistik, pemantauan tanda-tanda vital, perawatan kulit dan mukosa, serta edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah infeksi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 9208 | 17 Dec 2024
Klinis : gatal, bibir bengkak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi gatal dan bibir bengkak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas yang Berhubungan dengan Respon Tubuh Terhadap Alergi. Diagnosa ini dipilih karena gejala gatal dan bibir bengkak dapat merupakan manifestasi dari reaksi alergi, yang dapat mengganggu aktivitas dan kenyamanan pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Alergi: Pasien dapat mengendalikan reaksi alergi yang dialami.
2. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala gatal dan bengkak bibir dengan efektif.
3. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan fisik yang meningkat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Identifikasi Pemicu Alergi
- Kaji penyebab alergi yang dialami pasien, seperti makanan, obat-obatan, atau faktor lingkungan.
- Bantu pasien untuk menghindari atau mengurangi paparan terhadap pemicu alergi.
2. Manajemen Gejala Alergi
- Berikan antihistamin atau obat lain yang diresepkan untuk mengurangi gejala gatal dan pembengkakan.
- Aplikasikan kompres dingin atau lotion pelembab untuk meredakan gatal dan iritasi pada kulit.
- Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa gatal.
3. Edukasi dan Konseling
- Jelaskan kepada pasien mengenai penyebab, gejala, dan pengelolaan alergi.
- Bantu pasien mengembangkan rencana tindakan untuk mengatasi serangan alergi di masa mendatang.
- Dorong pasien untuk mengikuti anjuran pengobatan dan melakukan pemantauan secara rutin.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Berkoordinasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai bagi pasien.
- Konsultasikan dengan ahli alergi atau nutrisionis jika diperlukan untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu alergi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mampu mengendalikan reaksi alergi, mengelola gejala gatal dan bengkak bibir dengan efektif, serta merasakan peningkatan kenyamanan fisik.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. -
Article No. 9209 | 17 Dec 2024
Klinis : gatal, bibir bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya Perawat Profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu gatal dan bibir bengkak, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (SDKI)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penyebab: Alergi, iritasi, infeksi.
Gejala: Gatal, kemerahan, bengkak.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
Definisi: Tidak dapat bernafas dengan mudah.
Penyebab: Obstruksi jalan napas.
Gejala: Bibir bengkak, kesulitan bernapas.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Integritas Kulit
Intervensi: Identifikasi penyebab, beri pengobatan topikal, hindari iritan.
2. Perbaikan Pola Napas
Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, berikan oksigen, buka jalan napas.
Luaran Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Integritas Kulit Membaik
Kriteria: Kulit tidak luka, tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Pola Napas Efektif
Kriteria: Frekuensi napas normal, tidak ada sesak.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Anda adalah Kerusakan Integritas Kulit dan Ketidakefektifan Pola Napas. Perawat akan melakukan intervensi untuk meningkatkan integritas kulit dan memperbaiki pola napas. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Apakah ada pertanyaan lain? -
Article No. 9211 | 17 Dec 2024
Klinis : DS : Tn.m mengatakan batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu , tenggorokan terasa gatal -Tn.m mengatakan dirinya sudah memeriksa diri ke pukesmas setempat tapi belum sembuh DO : Tn.m terlihat batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) yang diperoleh, yaitu Tn. M mengeluhkan batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu dan tenggorokannya terasa gatal, serta Tn. M sudah memeriksakan diri ke Puskesmas namun belum sembuh, serta data objektif (DO) yaitu Tn. M terlihat batuk, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan napas tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), penjelasan singkat untuk diagnosa ini adalah:
SDKI:
- Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk membebaskan jalan napas dari sekret atau obstruksi untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat.
- Faktor yang mempengaruhi: Faktor fisiologis, psikologis, obstruksi jalan napas, pengetahuan, dan keterampilan.
SLKI:
- Luaran: Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Derajat kemampuan untuk membebaskan jalan napas dari sekret atau obstruksi untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat.
- Indikator: Frekuensi batuk, produksi sekret, suara napas, dan kesulitan bernapas.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihan jalan napas.
- Aktivitas: Identifikasi faktor penyebab, auskultasi suara napas, lakukan terapi fisik, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan edukasi pasien dan keluarga.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi Tn. M adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, dengan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas. -
Article No. 9212 | 17 Dec 2024
Klinis : ketuban pecah dini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Maternal berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
Penjelasan:
Ketuban pecah dini (KPD) meningkatkan risiko infeksi pada ibu karena terbukanya saluran kelahiran menyebabkan mikroorganisme dapat masuk dan menginfeksi. Tanpa penanganan yang tepat, hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti korioamnionitis, sepsis, dan bahkan kematian ibu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Maternal - Karakteristik definisi: Kondisi di mana individu rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan penyakit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tidak terjadi infeksi pada ibu
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Observasi tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, kemerahan, dll)
- Pemberian antibiotik sesuai instruksi dokter
- Menjaga kebersihan dan higienis
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
Sebagai perawat, saya akan melakukan pemantauan ketat, pemberian terapi antibiotik, menjaga kebersihan, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu dengan KPD.