Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19023 | 26 Jun 2025
Klinis : 44. Perawat E adalah seorang perawat di Desa T. Pada saat melakukan Posyandu anak dan balita, Perawat E menemukan anak P yang terlihat kurus. An P berusia 56 bulan yang merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. BB lahir 2,6 kg, PB lahir 42 cm BB awal 11,8 kg PB 93,1 cm. Status gizi < -3. Sebagai data tambahan perawat E juga melakukan pengkajian kepada keluarga an P. An P makan 3 kali sehari dengan 2 centong nasi. Jarang makan snack, suka makan telur, ikan dan jarang makan daging, tahu, tempe dan kacang kacangan. An P suka mengkonsumsi sayur berkuah. An P jarang mengkonsumsi buah. Berikut adalah edukasi yang sesuai dilakukan perawat E, kecuali * A. Diit rendah garam rendah gula B. Diit tinggi kalori tinggi protein C. Cara memperbaiki pola makan D. Cara meningkatkan nafsu makan E. Evaluasi berat badan secara rutin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Berat Badan: Peningkatan Berat Badan
Definisi: Peningkatan berat badan sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
2. Status Gizi: Perbaikan Status Gizi
Definisi: Perubahan status gizi ke arah yang lebih baik sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji asupan dan kebutuhan nutrisi klien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet tinggi kalori dan tinggi protein
- Edukasi keluarga tentang pola makan yang tepat
- Pantau berat badan dan status gizi klien secara rutin
2. Peningkatan Nafsu Makan
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan
- Berikan makanan yang menarik dan sesuai preferensi klien
- Berikan dukungan emosional untuk meningkatkan nafsu makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian suplemen, jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" sesuai dengan kondisi An P yang memiliki status gizi buruk (< -3 SD) dengan berat badan yang rendah untuk usianya. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan berat badan dan memperbaiki status gizi An P. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nutrisi dengan kolaborasi ahli gizi untuk menyusun diet yang sesuai, serta upaya peningkatan nafsu makan melalui pemberian makanan yang menarik dan dukungan emosional. Evaluasi berat badan dan status gizi juga perlu dilakukan secara rutin untuk memantau perkembangan kondisi An P. -
Article No. 19024 | 26 Jun 2025
Klinis : Pasien 40 tahun ada massa dirahim dan perut membesar, pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas malasan dan perut terasa begah. Pasien mengatakan tidak bisa ditahan saat kencing dan sering bak dan banyak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Perdarahan Vagina (00206)
Definisi: Risiko mengalami kehilangan darah secara abnormal dari vagina.
Faktor Risiko: Adanya massa di rahim yang dapat menyebabkan perdarahan.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Faktor Berhubungan: Perut yang membesar dapat menyebabkan pasien merasa lebih sering ingin bermalas-malasan.
3. Inkontinensia Urin (00020)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan urin, yang menyebabkan hilangnya urin.
Faktor Berhubungan: Pasien mengatakan tidak bisa menahan saat kencing dan sering berkemih dalam jumlah banyak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan Vagina (00206):
- Tidak terjadi perdarahan vagina selama periode asuhan keperawatan.
- Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perdarahan vagina.
- Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari perdarahan vagina.
2. Intoleransi Aktivitas (00092):
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
- Pasien dapat menerapkan strategi untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
3. Inkontinensia Urin (00020):
- Pasien dapat mengendalikan dan menahan keinginan berkemih.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kebocoran urin.
- Pasien dapat mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan inkontinensia urin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perdarahan Vagina (00206):
- Monitoring tanda-tanda vital dan perdarahan vagina secara berkala.
- Pemberian terapi obat-obatan yang diresepkan untuk mengendalikan perdarahan.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan vagina dan tindakan yang perlu dilakukan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) untuk penanganan lebih lanjut.
2. Intoleransi Aktivitas (00092):
- Evaluasi kemampuan fungsional pasien dan identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
- Penyusunan rencana aktivitas yang disesuaikan dengan kemampuan pasien.
- Pemberian latihan fisik yang bertahap untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen energi dan strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Inkontinensia Urin (00020):
- Pengkajian pola dan karakteristik inkontinensia urin.
- Pemberian terapi obat-obatan yang diresepkan untuk mengendalikan inkontinensia urin.
- Latihan otot dasar panggul (Kegel) untuk meningkatkan kontrol miksi.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen inkontinensia urin dan perawatan diri yang tepat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penanganan lebih lanjut.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perencanaan dan implementasi, serta melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan. -
Article No. 19025 | 26 Jun 2025
Klinis : Pasien 40 tahun ada massa dirahim dan perut membesar, pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas malasan dan perut terasa begah. Pasien mengatakan tidak bisa ditahan saat kencing dan sering bak dan banyak dan sering terbangun saat tidur karena sering kencing. Pasien pro operasi pengangkatan rahim
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Tanda dan Gejala: Pasien mengeluhkan perut membesar dan terasa begah, yang merupakan indikasi adanya massa di rahim.
2. Inkontinensia Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan kencing yang tidak terkontrol.
Tanda dan Gejala: Pasien mengatakan sering ingin buang air kecil, tidak bisa ditahan, dan sering terbangun saat tidur karena sering kencing.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Tanda dan Gejala: Pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas-malasan, yang mengindikasikan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan nyeri berkurang sesuai target yang ditetapkan.
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri secara efektif.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Kontinen
- Pasien dapat menahan kencing sesuai kebutuhan.
- Pasien tidak lagi mengeluhkan inkontinensia urin.
- Pasien dapat tidur tanpa terbangun karena sering kencing.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan tidak lagi merasa malas.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri dan aktivitas sosial.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang tepat.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
2. Perawatan Inkontinensia
- Lakukan pengkajian pola berkemih pasien.
- Ajarkan teknik latihan otot dasar panggul (Kegel).
- Berikan edukasi tentang manajemen inkontinensia, seperti penggunaan alat bantu.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi medis yang diperlukan.
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Lakukan pengkajian tingkat aktivitas dan kemampuan fungsional pasien.
- Rancang program rehabilitasi yang bertahap, disesuaikan dengan kondisi pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan teknik konservasi energi.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik untuk intervensi yang mendukung peningkatan toleransi aktivitas.
Dengan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri, inkontinensia urin, dan meningkatkan toleransi aktivitasnya, sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 19026 | 26 Jun 2025
Klinis : Pasien 40 tahun ada massa dirahim dan perut membesar, pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas malasan dan perut terasa begah. Pasien mengatakan tidak bisa ditahan saat kencing dan sering bak dan banyak dan sering terbangun saat tidur karena sering kencing. Pasien pro operasi pengangkatan rahim
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Inkontinensia Urin
Pasien mengalami ketidakmampuan untuk menahan kencing, sering berkemih, dan sering terbangun di malam hari karena keinginan untuk berkemih.
2. Gangguan Citra Tubuh
Pasien memiliki massa di rahim dan perut yang membesar, sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan perasaan pasien terhadap tubuhnya.
3. Intoleransi Aktivitas
Pasien mengatakan lebih sering ingin bermalas-malasan, yang dapat mengindikasikan adanya penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Inkontinensia Urin
- Pasien dapat mengontrol berkemih dengan baik
- Pasien dapat melakukan tindakan untuk mencegah kebocoran urin
- Pasien tidak terbangun di malam hari karena kebutuhan berkemih
2. Gangguan Citra Tubuh
- Pasien dapat menerima perubahan fisik yang terjadi
- Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan citra tubuh
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan positif terhadap tubuhnya
3. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan
- Pasien dapat melakukan aktivitas yang disukai tanpa mengalami gejala yang mengganggu
- Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas secara bertahap
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Inkontinensia Urin
- Asesmen faktor risiko inkontinensia urin
- Edukasi mengenai teknik menahan dan memulai berkemih
- Latihan otot dasar panggul (Kegel)
- Pengaturan pola berkemih
- Pemberian bantuan alat bantu untuk mengatasi kebocoran urin
2. Gangguan Citra Tubuh
- Asesmen persepsi pasien terhadap perubahan citra tubuh
- Diskusi mengenai perubahan fisik yang terjadi dan dampaknya
- Terapi kognitif-behavioral untuk meningkatkan penerimaan diri
- Fasilitasi aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri
- Dukungan emosional dan konseling
3. Intoleransi Aktivitas
- Asesmen toleransi dan kapasitas aktivitas pasien
- Intervensi rehabilitatif untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan mobilitas
- Penyusunan rencana aktivitas yang disesuaikan dengan kemampuan pasien
- Pemberian edukasi mengenai manajemen energi dan teknik konservasi energi
- Monitoring tanda-tanda vital dan gejala selama aktivitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan melakukan asesmen komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menyusun intervensi keperawatan yang berpusat pada pasien. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai outcome yang optimal sesuai dengan kondisi kesehatannya. -
Article No. 19027 | 26 Jun 2025
Klinis : Pasien mengatakan trauma untuk periksa ke rs karena dahulu pernah dirawat selama 2 bulan dan tidak ada kejelasan dari rumah sakit sehingga pasien jarang untuk periksa ke rs dan hanya mengkonsumsi obat warung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Kecemasan" (SDKI). Pasien menunjukkan adanya trauma untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit karena pengalaman buruk di masa lalu, yang dapat menyebabkan kecemasan saat akan melakukan pemeriksaan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Tingkat Kecemasan Terkendali: Pasien dapat menunjukkan perilaku yang menandakan tingkat kecemasan yang terkendali, seperti mampu mengidentifikasi sumber kecemasan, menggunakan teknik relaksasi, dan menunjukkan ekspresi wajah yang tenang.
b. Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan: Pasien dapat berpartisipasi secara aktif dalam perawatan kesehatannya, seperti bersedia melakukan pemeriksaan di rumah sakit, mematuhi regimen pengobatan, dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan.
c. Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan: Pasien dapat menunjukkan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, seperti merasa puas dengan komunikasi dan informasi yang diterima, serta merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
a. Manajemen Kecemasan:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan pada pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti teknik pernapasan dalam, imagery, dan distraksi, untuk membantu pasien mengurangi rasa cemas.
- Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang rencana perawatan, untuk mengurangi ketidakpastian dan rasa takut pada pasien.
- Lakukan pendekatan yang empati dan suportif, untuk membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
b. Peningkatan Partisipasi Perawatan Kesehatan:
- Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatannya.
- Berikan edukasi dan informasi yang komprehensif tentang pentingnya pemeriksaan dan perawatan kesehatan yang teratur.
- Fasilitasi akses pasien ke pelayanan kesehatan, seperti membantu menjadwalkan dan mengingatkan kunjungan.
- Kolaborasi dengan keluarga atau significant others untuk mendukung partisipasi pasien dalam perawatan kesehatan.
c. Peningkatan Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan:
- Pastikan komunikasi yang efektif antara pasien dan tenaga kesehatan, dengan memastikan informasi yang jelas dan mudah dipahami.
- Tunjukkan empati, perhatian, dan penghargaan kepada pasien selama proses perawatan.
- Libatkan pasien dalam evaluasi dan umpan balik terhadap pelayanan kesehatan yang diterima.
- Identifikasi dan atasi kendala atau hambatan yang memengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, sangat penting untuk memahami kondisi pasien secara holistik dan mempertimbangkan aspek psikologis, sosial, dan budaya yang memengaruhi perilaku dan pengalaman pasien. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 19028 | 26 Jun 2025
Klinis : Pada hari Minggu, 20 Mei 2018, pukul 13.15, seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di bagian syaraf RSMH dengan diagnose medis stroke hemoragik. Pasien dibawa ke rumah sakit karena tidak bisa berjalan yang disebabkan kelemahan pada sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba. Pasien mengeluh pusing, saat berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Klien mengalami kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan. RIWAYAT KESEHATAN Riwayat kesehatan Sekarang Kurang lebih 3 jam SMRS, saat pandanta sedang beraktivitas, tiba-tiba Tn.R mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sesisi tubuh sebelah kanan, tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan, Tn.R mengalami sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Tidak terdapat gangguan rasa pada sesisi tubuh yang mengalami kelemahan. Penderita sehari-hari menggunakan lengan kanan untuk beraktivitas. Tn.R tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Seat Tn.R berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Saat serangan Tn.R tidak mengalami jantung yang berdebar-debar disertai sesak nafas. Kemudian Tr.R dibawa ke IGD RSMH oleh istrinya pada pukul 13.00. Riwayat Kesehatan terdahulu Penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti Tn.R sekarang. Keluarga memiliki riwayat penyakit hipertansi tidak memiliki riwayat perryakit diabetes.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kelemahan Neuromuskular Sekunder Akibat Stroke Hemoragik Ditandai dengan Keluhan Kelemahan pada Sisi Tubuh Bagian Kanan.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan akibat stroke hemoragik, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Mobilitas Fisik. Hal ini dikarenakan pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah pada tubuh atau bagian tubuh secara mandiri, yang disebabkan oleh adanya gangguan neuromuskular akibat stroke hemoragik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fungsional
2. Fungsi Neuromuskular
- Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot
- Pasien menunjukkan peningkatan koordinasi pergerakan
- Pasien menunjukkan peningkatan sensasi dan persepsi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
- Memonitor kemampuan pergerakan pasien
- Memfasilitasi latihan pergerakan anggota tubuh yang terganggu
- Mengajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan mobilitas
2. Terapi Latihan
- Melakukan latihan pergerakan anggota tubuh yang terganggu
- Melakukan latihan koordinasi dan keseimbangan
- Membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap
3. Manajemen Nyeri
- Memonitor tanda-tanda nyeri pasien
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri farmakologis
4. Peningkatan Fungsi Sensori-Motor
- Melakukan stimulasi sensorik pada anggota tubuh yang terganggu
- Memfasilitasi latihan koordinasi dan persepsi
- Mengajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan fungsi sensori-motor
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas disajikan dengan nada akademis dan persona pakar atau perawat. -
Article No. 19029 | 26 Jun 2025
Klinis : Pada hari Minggu, 20 Mei 2018, pukul 13.15, seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di bagian syaraf RSMH dengan diagnose medis stroke hemoragik. Pasien dibawa ke rumah sakit karena tidak bisa berjalan yang disebabkan kelemahan pada sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba. Pasien mengeluh pusing, saat berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Klien mengalami kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan. RIWAYAT KESEHATAN Riwayat kesehatan Sekarang Kurang lebih 3 jam SMRS, saat pandanta sedang beraktivitas, tiba-tiba Tn.R mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sesisi tubuh sebelah kanan, tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan, Tn.R mengalami sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Tidak terdapat gangguan rasa pada sesisi tubuh yang mengalami kelemahan. Penderita sehari-hari menggunakan lengan kanan untuk beraktivitas. Tn.R tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Seat Tn.R berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Saat serangan Tn.R tidak mengalami jantung yang berdebar-debar disertai sesak nafas. Kemudian Tr.R dibawa ke IGD RSMH oleh istrinya pada pukul 13.00. Riwayat Kesehatan terdahulu Penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti Tn.R sekarang. Keluarga memiliki riwayat penyakit hipertansi tidak memiliki riwayat perryakit diabetes.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I61.9
- Deskripsi: Stroke hemoragik, tidak spesifik
Pada kasus ini, pasien mengalami gejala-gejala yang khas dengan stroke hemoragik, yaitu kelemahan tiba-tiba pada satu sisi tubuh, gangguan bicara, dan pusing. Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang disebabkan oleh perdarahan di dalam otak, berbeda dengan stroke iskemik yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.41
- Deskripsi: Pemeriksaan CT scan kepala
- Penjelasan: Untuk menegakkan diagnosis stroke hemoragik, pemeriksaan CT scan kepala merupakan prosedur yang sangat penting untuk memastikan adanya perdarahan di dalam otak dan mengevaluasi luas serta lokasi perdarahan.
Selain itu, berdasarkan riwayat kesehatan pasien, pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik, yang merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke hemoragik. Oleh karena itu, penatalaksanaan selanjutnya harus mencakup pengendalian tekanan darah, stabilisasi kondisi klinis, serta pemantauan komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 19030 | 26 Jun 2025
Klinis : Pada hari Minggu, 20 Mei 2018, pukul 13.15, seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di bagian syaraf RSMH dengan diagnose medis stroke hemoragik. Pasien dibawa ke rumah sakit karena tidak bisa berjalan yang disebabkan kelemahan pada sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba. Pasien mengeluh pusing, saat berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Klien mengalami kelemahan pada sisi tubuh bagian kanan. RIWAYAT KESEHATAN Riwayat kesehatan Sekarang Kurang lebih 3 jam SMRS, saat pandanta sedang beraktivitas, tiba-tiba Tn.R mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sesisi tubuh sebelah kanan, tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan, Tn.R mengalami sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Tidak terdapat gangguan rasa pada sesisi tubuh yang mengalami kelemahan. Penderita sehari-hari menggunakan lengan kanan untuk beraktivitas. Tn.R tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Seat Tn.R berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan bicaranya pelo. Saat serangan Tn.R tidak mengalami jantung yang berdebar-debar disertai sesak nafas. Kemudian Tr.R dibawa ke IGD RSMH oleh istrinya pada pukul 13.00. Riwayat Kesehatan terdahulu Penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti Tn.R sekarang. Keluarga memiliki riwayat penyakit hipertansi tidak memiliki riwayat perryakit diabetes.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Stroke Hemoragik**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus stroke hemoragik dengan gejala kelemahan sisi kanan, disfagia, dan gangguan komunikasi.
---
### **1. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI: 00085)**
**Definisi:** Ketidakmampuan pasien untuk bergerak secara mandiri akibat kelemahan otot atau gangguan neurologis.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kelemahan hemiparesis kanan sekunder akibat stroke hemoragik.
- Gangguan koordinasi dan keseimbangan.
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 0801:** Kemampuan mobilitas fisik meningkat.
- Kriteria: Pasien dapat melakukan rentang gerak (ROM) dengan bantuan, duduk dengan penyangga, dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 4400:** Latihan Rentang Gerak (ROM)
- Tindakan: Bantu pasien melakukan ROM aktif/pasif pada ekstremitas yang lemah.
- **Kode 4402:** Mobilisasi Bertahap
- Tindakan: Bantu pasien duduk di tepi tempat tidur, latihan transfer, dan ambulasi dengan alat bantu (walker/kursi roda).
---
### **2. Gangguan Komunikasi Verbal (SDKI: 00051)**
**Definisi:** Ketidakmampuan pasien untuk berbicara atau mengungkapkan pikiran secara jelas akibat afasia/disartria.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kerusakan area Broca/Wernicke akibat stroke.
- Mulut mencong dan bicara pelo (dysarthria).
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 0602:** Kemampuan berkomunikasi verbal membaik.
- Kriteria: Pasien dapat merespons pertanyaan sederhana dengan gerakan/isyarat atau alat bantu komunikasi.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 3500:** Terapi Komunikasi Adaptif
- Tindakan: Gunakan gambar, tulisan, atau alat bantu komunikasi non-verbal.
- **Kode 3502:** Latihan Wicara
- Tindakan: Kolaborasi dengan terapis wicara untuk latihan pengucapan kata sederhana.
---
### **3. Risiko Disfagia (SDKI: 00046)**
**Definisi:** Risiko gangguan menelan yang dapat menyebabkan aspirasi.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kelemahan otot orofaring (mulut mencong).
- Gangguan koordinasi menelan.
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 1002:** Kemampuan menelan aman.
- Kriteria: Pasien tidak menunjukkan tanda aspirasi (batuk, suara basah) saat makan/minum.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 3900:** Manajemen Disfagia
- Tindakan: Berikan makanan tekstur lunak, posisi semi-Fowler saat makan, dan pantau tanda aspirasi.
- **Kode 3902:** Pemeriksaan Refleks Menelan
- Tindakan: Lakukan tes menelan air sebelum pemberian oral.
---
### **4. Nyeri Akut (SDKI: 00132)**
**Definisi:** Ketidaknyamanan akibat peningkatan tekanan intrakranial atau vasospasme.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Sakit kepala hebat saat serangan stroke.
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 1401:** Tingkat nyeri terkontrol.
- Kriteria: Skala nyeri ?3 (skala 0-10), pasien tampak rileks.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 2800:** Manajemen Nyeri
- Tindakan: Berikan analgesik sesuai resep, teknik relaksasi, dan lingkungan tenang.
---
### **5. Risiko Infeksi (SDKI: 00004)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap infeksi akibat imobilisasi dan prosedur invasif.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Imobilisasi lama (risiko pneumonia/ISK).
- Riwayat hipertensi tidak terkontrol.
**SLKI (Luaran):**
- **Kode 1101:** Tidak ada tanda infeksi.
- Kriteria: Suhu tubuh 36–37,5°C, leukosit dalam batas normal.
**SIKI (Intervensi):**
- **Kode 6500:** Pencegahan Infeksi
- Tindakan: Cuci tangan, perawatan kateter, dan latihan napas dalam.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI/SLKI/SIKI** digunakan untuk menstandarkan dokumentasi keperawatan berbasis evidence-based practice (EBP).
- **Stroke hemoragik** memerlukan pendekatan holistik dengan fokus pada stabilitas neurologis, rehabilitasi, dan pencegahan komplikasi.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana keperawatan.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis).* -
Article No. 19031 | 26 Jun 2025
Klinis : Seorang perempuan usia 60 th, berobat ke puskesmas dengan keluhan sakit pada persendian tangan dan kaki.Pengkajian lebih lanjut didapatkan:TD: 160/90 mmhg,kaku sendi dipagi hari yang makin berkurang disiang hari, sendi terlihat bengkak dan kemerahan, serta teraba panas. Pemeriksaan labor: UA: 6,9 mg/dl, kolesterol: 180 mg/dl, Reumathoid fc (+). Apakah diagnosis keperawatan yang tepat untuk kasus diatas a. Risiko jatuh b. Risiko cedera c. Gangguan berjalan d. Nyeri e. Gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang tepat untuk kasus di atas adalah:
d. Nyeri
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Kode: 1605
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengatur nyeri pada tingkat yang dapat diterima.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kode: 1400
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Pengaturan pengalaman nyeri untuk memudahkan pemulihan.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu adanya sakit pada persendian tangan dan kaki, sendi yang terlihat bengkak dan kemerahan serta teraba panas, maka diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah "Nyeri". Pasien mengalami nyeri pada sendi-sendi, yang dapat disebabkan oleh kondisi artritis rematoid. Diagnosis ini sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 19032 | 26 Jun 2025
Klinis : pasien malu karna belum menikah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi pasien yang malu karena belum menikah, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, dapat ditetapkan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00148
b. Nama Diagnosa: Gangguan Citra Diri
c. Definisi: Adanya ketidakpuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh yang mengganggu konsep diri.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: LS 002
b. Nama Luaran: Citra Diri Positif
c. Definisi: Tingkat kepuasan individu terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: IP 002
b. Nama Intervensi: Peningkatan Citra Diri
c. Definisi: Membantu klien untuk mengembangkan persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.
Penjelasan Singkat:
Pasien yang malu karena belum menikah dapat mengalami gangguan citra diri, di mana terdapat ketidakpuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya yang mengganggu konsep diri. Perawat dapat melakukan intervensi keperawatan untuk membantu pasien meningkatkan citra dirinya, yaitu dengan membantu pasien mengembangkan persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai citra diri positif, yaitu tingkat kepuasan individu terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya.