Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9192 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 25 tahun, dibawa ke IGD karena mengalami sesak napas. Hasil pengkajian: composmentis, RR 36x/menit, hiperventilasi, napas cuping hidung (+), eschar pada dada dan bahu, HR 113x/menit, TD 78/62 mmHg, SpO2 96%, pH 7.32, pCO2 45 mmHg, HCO3 22 mEq/L, BE -5. Apa penyebab asidosis yang dialami pasien? Question 37Answer a. Pola napas tidak efektif b. Kekurangan cairan c. Kelebihan laktat d. Penurunan kadar HCO3 e. Peningkatan kadar CO2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pola napas tidak efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk bernapas yang mengakibatkan pertukaran gas yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Latih teknik pernapasan yang efektif
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab pola napas tidak efektif
Penyebab asidosis yang dialami pasien adalah Penurunan kadar HCO3 (d).
Hal ini ditunjukkan dari hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan pH 7.32 (asidosis), pCO2 45 mmHg, dan HCO3 22 mEq/L (penurunan HCO3). -
Article No. 9193 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang remaja putri dibawa ke Rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sudah 3 hari, saat dikaji perawat pasien mengatakan punya riwayat ashma. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Minta tolong beritahu saya prosedur pemberian nebulizer dan oksigenasi untuk pasien tersebut.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan informasi yang Anda minta dalam format yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemberian oksigen
3. Diagnosis SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
- SLKI: Pengelolaan Asma
- SIKI: Pemberian Nebulizer, Oksigenasi
4. Pemeriksaan Penunjang:
- Tes fungsi paru (spirometri)
- Pemeriksaan gas darah
5. Pengobatan:
- Bronkodilator inhalasi (salbutamol, ipratropium)
- Kortikosteroid inhalasi (beklometason, flutikason)
- Terapi oksigen, jika diperlukan
6. Prosedur Pemberian Nebulizer dan Oksigenasi:
- Pemberian Nebulizer:
- Pasien diminta untuk duduk dengan posisi yang nyaman.
- Alat nebulizer disiapkan dengan memasukkan obat bronkodilator yang diresepkan.
- Pasien diminta untuk bernapas dengan tenang dan dalam melalui mulut selama 5-10 menit.
- Penggunaan nebulizer dapat diulang sesuai kebutuhan pasien.
- Oksigenasi:
- Pasien diberikan oksigen melalui kanul nasal atau masker oksigen.
- Laju aliran oksigen disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk mencapai saturasi oksigen yang optimal (biasanya 92-96%).
- Pemantauan saturasi oksigen dan tanda-tanda vital dilakukan secara berkala.
- Dosis oksigen dapat disesuaikan berdasarkan respons pasien.
Penjelasan tambahan:
Pasien remaja putri dengan keluhan sesak napas dan riwayat asma ini kemungkinan besar mengalami eksaserbasi asma. Pemberian bronkodilator melalui nebulizer dan oksigen suplemental merupakan intervensi utama untuk mengatasi sesak napas dan membantu mengembalikan fungsi paru-paru. Pemeriksaan penunjang seperti spirometri dan gas darah diperlukan untuk menilai derajat keparahan dan memandu tatalaksana selanjutnya. Pemberian kortikosteroid inhalasi juga dapat membantu mengontrol gejala jangka panjang. -
Article No. 9194 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang remaja putri dibawa ke Rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sudah 3 hari, saat dikaji perawat pasien mengatakan punya riwayat ashma. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Minta tolong beritahu saya prosedur pemberian nebulizer dan oksigenasi untuk pasien tersebut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa, pemeriksaan, penanganan, dan luaran yang diharapkan untuk kasus asma pada remaja putri yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Kode SDKI: 00031
Diagnosa ICD:
1. Asma (J45)
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan Fungsi Paru (Spirometri)
2. Tes Provokatif Bronkus
3. Pemeriksaan Darah Rutin
4. Foto Toraks
Obat-Obatan:
1. Bronkodilator Jangka Pendek (Salbutamol, Terbutalin)
2. Kortikosteroid Inhalasi (Budesonid, Beklometason)
3. Antagonis Reseptor Leukotrien (Montelukast)
4. Antihistamin (Loratadin, Cetirizin)
Prosedur Pemberian Nebulizer dan Oksigenasi:
1. Pemberian Nebulizer:
- Persiapkan alat nebulizer dan oksigen
- Atur aliran oksigen sesuai dosis yang dibutuhkan (biasanya 6-8 L/menit)
- Masukkan obat bronkodilator ke dalam nebulizer
- Minta pasien untuk bernapas perlahan dan dalam melalui mulut
- Lakukan selama 5-10 menit atau hingga habis
2. Oksigenasi:
- Pasang kanul/masker oksigen
- Atur aliran oksigen sesuai kebutuhan pasien (biasanya 2-4 L/menit)
- Pantau saturasi oksigen (SpO2) dan gejala pasien
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (000310)
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas terbuka dan bersih.
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada retraksi otot bantu pernapasan
- Tidak ada suara napas abnormal
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (6540)
- Monitor status pernapasan
- Berikan bronkodilator nebulizer sesuai resep
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan pengobatan lanjutan
2. Manajemen Hipoksemia (6490)
- Pantau saturasi oksigen
- Atur aliran oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk terapi oksigen lanjutan
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien remaja putri dengan keluhan sesak napas dan riwayat asma, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI 00031). Hal ini terjadi karena adanya obstruksi dan kesulitan dalam membersihkan sekret dari saluran pernapasan.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan fungsi paru, tes provokatif bronkus, pemeriksaan darah rutin, dan foto toraks untuk mengevaluasi kondisi paru-paru dan menegakkan diagnosis asma.
Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk melebarkan saluran pernapasan (bronkodilator), mengurangi peradangan (kortikosteroid inhalasi), dan menghambat reaksi alergi (antihistamin).
Prosedur pemberian nebulizer dan oksigenasi bertujuan untuk melonggarkan saluran pernapasan dan meningkatkan suplai oksigen ke dalam tubuh. Nebulizer digunakan untuk mengobati serangan akut, sedangkan oksigenasi diberikan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI 000310), di mana pasien dapat bernapas dengan lancar, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan, tidak ada suara napas abnormal, dan saturasi oksigen dalam rentang normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Jalan Napas (SIKI 6540) untuk memantau status pernapasan, memberikan bronkodilator nebulizer, dan mengajarkan teknik batuk efektif. Selain itu, Manajemen Hipoksemia (SIKI 6490) juga dilakukan untuk memantau saturasi oksigen dan menyesuaikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pendekatan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kasus asma pada remaja putri. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 9195 | 17 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami infark miokard akut, dengan riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak ditentukan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Prosedur diagnostik pada jantung dan pembuluh darah, tidak diklasifikasi di tempat lain.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I21.9 (Infark miokard akut, tidak ditentukan) mencakup kondisi pasien yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut.
- Kode ICD-9-CM 93.90 (Prosedur diagnostik pada jantung dan pembuluh darah, tidak diklasifikasi di tempat lain) dapat digunakan untuk prosedur diagnostik yang dilakukan, seperti EKG, yang membantu menegakkan diagnosis infark miokard akut.
- Selain itu, pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang dapat tercakup dalam diagnosis sekunder atau komorbiditas.
Tindakan medis selanjutnya yang mungkin dilakukan adalah stabilisasi kondisi pasien, pemberian oksigen, terapi antiplatelet, antikoagulan, dan revaskularisasi jika diperlukan, sesuai dengan protokol penanganan infark miokard akut. -
Article No. 9196 | 17 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan keluhan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan sesak napas, keringat dingin, dan perubahan EKG.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan kardiovaskular, ditandai dengan sesak napas saat aktivitas.
4. Risiko komplikasi akibat perubahan metabolik berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak: Pengurangan aliran darah ke jantung, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
3. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
4. Risiko Komplikasi: Rentan terhadap perubahan status kesehatan yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa sakit.
2. Perfusi Jaringan Kardiak: Oksigenasi dan nutrisi yang adekuat ke jaringan jantung.
3. Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
4. Pencegahan Komplikasi: Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kondisi yang dapat membahayakan kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa sakit.
2. Manajemen Perfusi Kardiak: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung.
3. Manajemen Aktivitas: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi tingkat aktivitas yang optimal.
4. Manajemen Diabetes Melitus: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal. -
Article No. 9197 | 17 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Batasan Karakteristik: Takipnea, dispnea, suara napas tambahan, batuk tidak efektif, sputum berlebih.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
- Batasan Karakteristik: Kelelahan, sesak napas saat aktivitas, gejala kelebihan aktivitas.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Batasan Karakteristik: Kehilangan berat badan, penurunan selera makan, kehilangan nafsu makan.
SDKI, SLKI, dan SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menyediakan definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan untuk setiap diagnosa keperawatan. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyediakan kriteria hasil yang diharapkan, dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi, dengan tujuan untuk memaksimalkan pemulihan pasien dan mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 9198 | 17 Dec 2024
Klinis : Pasien di rawat di Ruang Icu sejak 16 Desember 2024. Pukul 11.20 Wib. Pasien mengatakan mengeluh Mual+ muntah+ setiap diberi makan, keluhan dirasakan sejak kemarin setelah HD, disertai sesak+, demam-, batuk-, bengkak di kaki-. Riwayat Kesehatan Sekarang: Pasien di rawat di Ruang Icu sejak 16 Desember 2024. Pukul 11.20 Wib. Pasien mengatakan riwayat hemodialisa pada hari selasa dan jumat. Pasien saat ini mengeluh mual dan muntah. Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan badan terasa lemas. Pasien mengatakan nafasnya terasa sesak. Pasien terpasang O2 5lpm dengan Simple Mask. Terpasang IVD di tangan sebelah kanan Nacl 10tpm dan vascon 0,5mcg/kgbb/menit > (syiring pump). Riwayat Kesehatan Dahulu: Pasien mengatakan mempunyai riwayt ginjal 2 tahun terkahir dan hipertensi 3 tahun terakhir. Riwayat Kesehatan Keluarga: Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit serupa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Terapi Hemodialisis
- SDKI: Mual Muntah
- SLKI: Kontrol Mual Muntah
- SIKI: Manajemen Mual Muntah
2. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Uremia
- SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
- SLKI: Pola Napas Efektif
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
3. Risiko Ketidakstabilan Volume Cairan Berhubungan dengan Gagal Ginjal
- SDKI: Risiko Ketidakstabilan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan Singkat:
1. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Terapi Hemodialisis:
- Pasien mengalami mual dan muntah setelah menjalani hemodialisis.
- Hal ini dapat disebabkan oleh efek samping dari terapi hemodialisis atau akibat gangguan metabolisme yang terjadi pada gagal ginjal.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: mengelola mual dan muntah, memantau asupan nutrisi, dan memberikan obat anti-mual jika diperlukan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Uremia:
- Pasien mengeluhkan sesak napas, yang dapat disebabkan oleh akumulasi zat-zat sisa (uremia) dalam darah akibat gagal ginjal.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau status pernapasan, memberikan oksigen, dan mengatur posisi yang nyaman.
3. Risiko Ketidakstabilan Volume Cairan Berhubungan dengan Gagal Ginjal:
- Pasien dengan gagal ginjal berisiko mengalami ketidakstabilan volume cairan, baik kelebihan maupun kekurangan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau intake dan output cairan, memantau tanda-tanda vital, dan mengatur pemberian cairan sesuai kebutuhan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 9199 | 17 Dec 2024
Klinis : Kepala terasa pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Kepala terasa pusing" dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kepala
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri Kepala didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial di kepala.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Kepala antara lain:
1. Pasien melaporkan nyeri kepala berkurang
2. Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan akibat nyeri kepala
3. Pasien menunjukkan respon relaksasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Nyeri Kepala antara lain:
1. Manajemen nyeri: Identifikasi karakteristik nyeri, monitor intensitas nyeri, dan berikan intervensi farmakologis maupun non-farmakologis untuk menurunkan nyeri.
2. Terapi relaksasi: Berikan teknik relaksasi seperti napas dalam, guided imagery, atau terapi musik untuk mengurangi ketegangan dan stres yang dapat memperburuk nyeri kepala.
3. Edukasi: Berikan edukasi kepada pasien mengenai penyebab, faktor pemicu, dan manajemen nyeri kepala.
Penerapan standar ini diharapkan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan keluhan nyeri kepala. -
Article No. 9200 | 17 Dec 2024
Klinis : Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
- Penyebab: Aktivitas fisiologis yang tidak adekuat, ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan, kurang pengetahuan tentang manajemen hipertensi.
- Gejala: Tekanan darah yang tetap tinggi, edema, sakit kepala, rasa tidak nyaman di dada.
2. Risiko Komplikasi Kardiovaskular
- Definisi: Rentan terhadap perubahan struktur dan fungsi jantung dan pembuluh darah yang dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan.
- Penyebab: Hipertensi, diabetes, dislipidemia, merokok, obesitas, stress.
- Gejala: Perubahan EKG, peningkatan tekanan darah, nyeri dada, dispnea, edema.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif: Intervensi untuk mengoptimalkan perfusi jaringan dengan mengontrol tekanan darah.
- Risiko Komplikasi Kardiovaskular: Intervensi untuk meminimalkan risiko perubahan struktur dan fungsi kardiovaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif: Tujuan akhir adalah klien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
- Risiko Komplikasi Kardiovaskular: Tujuan akhir adalah klien tidak mengalami komplikasi kardiovaskular.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif: Intervensi seperti pemantauan tekanan darah, pemberian obat antihipertensi, edukasi tentang gaya hidup sehat.
- Risiko Komplikasi Kardiovaskular: Intervensi seperti pemantauan fungsi jantung, pemberian obat kardioprotektif, edukasi tentang manajemen faktor risiko. -
Article No. 9201 | 17 Dec 2024
Klinis : nursing outcome health‑related Physical Fitness
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang komprehensif terkait dengan kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi health‑related Physical Fitness:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Aktivitas Intoleransi. Aktivitas Intoleransi didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin kehidupan sehari-hari karena keterbatasan fisik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, sesak napas, atau gejala lainnya.
2. Performa Aktivitas Fisik: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kapasitas fungsionalnya.
3. Keseimbangan Energi: Keseimbangan antara energi yang dibutuhkan dan yang tersedia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk mengatur, memodifikasi, dan memantau aktivitas pasien agar sesuai dengan toleransi dan kapasitas fisiknya.
2. Fasilitasi Aktivitas: Intervensi untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan dan preferensinya.
3. Edukasi Aktivitas: Intervensi untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas yang aman dan efektif.
4. Terapi Latihan: Intervensi untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, dan koordinasi melalui program latihan yang terstruktur.
5. Pemantauan Tanda Vital: Intervensi untuk memantau tanda-tanda vital pasien selama aktivitas untuk mendeteksi adanya intoleransi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Aktivitas Intoleransi menggambarkan keterbatasan fisik pasien yang menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Luaran yang diharapkan, seperti Toleransi Aktivitas, Performa Aktivitas Fisik, dan Keseimbangan Energi, menunjukkan target peningkatan kemampuan pasien dalam beraktivitas tanpa mengalami gejala yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen aktivitas, fasilitasi aktivitas, edukasi aktivitas, terapi latihan, dan pemantauan tanda vital. Melalui intervensi-intervensi ini, perawat dapat membantu pasien dalam meningkatkan kapasitas fisik, mengelola aktivitas secara aman dan efektif, serta mencapai keseimbangan energi yang optimal.
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan berpusat pada pasien untuk meningkatkan kesehatan terkait kebugaran fisik.