Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11109 | 18 Jan 2025
Klinis : Diare lebih Dari 10x sejak 5 hari yang lalu muntah 2x nampak cowong mukosa bibir kering,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi diare lebih dari 10 kali sejak 5 hari yang lalu, muntah 2 kali, serta mukosa bibir yang kering adalah "Diare". Diare merupakan pengeluaran feses yang tidak normal, dengan frekuensi yang meningkat, konsistensi yang lebih cair, dan volume yang berlebihan. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, gangguan absorbsi, obat-obatan, atau kondisi lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Status Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda pemulihan status cairan, seperti turgor kulit yang membaik, mukosa bibir yang lembab, dan frekuensi diare yang menurun.
2. Kontrol Eliminasi: Pasien dapat mengontrol pola eliminasi fesesnya, dengan frekuensi diare yang menurun dan konsistensi feses yang membaik.
3. Manajemen Nutrisi: Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat selama proses pengobatan diare, dengan tanda-tanda status gizi yang membaik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan:
- Memantau tanda-tanda dehidrasi, seperti turgor kulit, mukosa bibir, dan output urin.
- Memberikan cairan intravena atau oral sesuai dengan kebutuhan cairan pasien.
- Memantau dan mencatat intake dan output cairan.
2. Manajemen Nutrisi:
- Mengevaluasi status nutrisi pasien dan kebutuhan nutrisi selama diare.
- Memberikan diet yang sesuai, seperti makanan yang mudah dicerna dan kaya elektrolit.
- Memantau asupan dan toleransi makanan pasien.
3. Manajemen Eliminasi:
- Memantau pola dan karakteristik eliminasi feses pasien.
- Memberikan terapi antidiare jika diperlukan, sesuai dengan resep dokter.
- Mengajarkan pasien tentang teknik perawatan diri selama diare.
4. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, tanda-tanda, dan penanganan diare.
- Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan dan hidrasi selama diare.
- Membantu pasien mengidentifikasi faktor pemicu yang dapat menyebabkan diare berulang.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat pulih dari kondisi diare, mempertahankan status cairan dan nutrisi yang optimal, serta mencapai kontrol eliminasi yang baik. -
Article No. 11110 | 18 Jan 2025
Klinis : hematom lutut kiri dengan incisi hematom
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang diberikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S80.0
- Deskripsi: Hematoma dari lutut
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Insisi dan drainase hematoma.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S80.0 (Hematoma dari lutut) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami hematom atau pembengkakan pada lutut kiri.
2. Kode ICD-9-CM 86.22 (Insisi dan drainase hematoma) menunjukkan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan, yaitu insisi dan drainase dari hematom pada lutut kiri.
Dengan kode-kode tersebut, petugas kesehatan dapat dengan mudah mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi pasien serta tindakan medis yang telah dilakukan. Kode-kode ini juga berfungsi untuk tujuan administrasi, penagihan, dan pelaporan medis. -
Article No. 11111 | 18 Jan 2025
Klinis : hematom lutut kiri dengan suture
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi hematom lutut kiri dengan suture:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S80.01XA
- Deskripsi: Hematom lutut, bagian kiri, pertemuan awal
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Suture luka, tidak kompleks
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S80.01XA menunjukkan bahwa pasien mengalami hematom (pembengkakan karena perdarahan) pada lutut bagian kiri. 'XA' di akhir kode menunjukkan bahwa ini adalah pertemuan awal atau kunjungan pertama untuk penanganan kondisi ini.
2. Kode ICD-9-CM 86.22 menunjukkan bahwa telah dilakukan tindakan medis berupa suture (jahitan) pada luka, yang dikategorikan sebagai suture tidak kompleks. Ini adalah kode prosedur yang sesuai untuk menggambarkan tindakan perawatan yang dilakukan pada hematom lutut kiri pasien.
Kode-kode ini digunakan oleh profesional kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan diagnosis dan prosedur medis secara terstandar. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk memastikan akurasi pencatatan dan penagihan layanan kesehatan yang diberikan. -
Article No. 11112 | 18 Jan 2025
Klinis : hipertensi dengan kehamilan 20 mg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan peningkatan tekanan darah pada kehamilan.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan yang tidak terkendali pada tekanan darah, denyut nadi, curah jantung, atau komponen hemodinamik lainnya.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah individu dapat mempertahankan stabilitas hemodinamik yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan aktivitas, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola hipertensi pada kehamilan.
Persona: Sebagai perawat, saya memahami bahwa hipertensi pada kehamilan 20 minggu merupakan kondisi yang memerlukan perhatian khusus. Saya akan bekerja sama dengan Anda, sebagai pakar, untuk memantau kondisi Anda secara cermat dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik yang optimal. Mari kita diskusikan lebih lanjut agar dapat memberikan perawatan yang terbaik untuk Anda. -
Article No. 11113 | 18 Jan 2025
Klinis : hamil 37 mg, tekanan darah 160/110, protein urin positif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: hamil 37 mg, tekanan darah 160/110, protein urin positif
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu: hamil 37 mg, tekanan darah 160/110, dan protein urin positif, maka Diagnosa Keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Preeklampsia Berat
Definisi: Kondisi klinis yang dicirikan dengan peningkatan tekanan darah, protein urin, dan pembengkakan yang terjadi selama kehamilan, yang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada ibu dan janin.
Karakteristik Definisi:
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
- Protein urin positif
- Edema
Faktor Risiko:
- Usia < 20 atau > 35 tahun
- Riwayat preeklampsia sebelumnya
- Kehamilan ganda
- Penyakit ginjal atau diabetes
- Obesitas
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Risiko Preeklampsia Berat, diharapkan dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
1. Tekanan Darah Terkendali
- Indikator: Tekanan darah sistolik 120-140 mmHg dan diastolik 80-90 mmHg
- Kriteria Hasil: Tekanan darah pasien berada dalam rentang normal
2. Tidak Terjadi Komplikasi
- Indikator: Tidak terjadi kejang, gagal ginjal, perdarahan, edema paru, atau komplikasi lainnya
- Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami komplikasi selama masa kehamilan
3. Pengetahuan tentang Preeklampsia Meningkat
- Indikator: Pasien dapat menjelaskan definisi, penyebab, tanda-tanda, dan penanganan preeklampsia
- Kriteria Hasil: Pasien memiliki pemahaman yang baik tentang preeklampsia
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan pada pasien dengan Risiko Preeklampsia Berat, diperlukan beberapa Intervensi Keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), antara lain:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Tujuan: Mengidentifikasi perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan peningkatan risiko preeklampsia
- Kegiatan: Mengukur dan mencatat tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi secara berkala
2. Manajemen Hipertensi
- Tujuan: Menurunkan tekanan darah pasien ke dalam rentang normal
- Kegiatan: Pemberian obat antihipertensi, pengaturan aktivitas, dan edukasi tentang manajemen hipertensi
3. Pencegahan Komplikasi
- Tujuan: Mencegah terjadinya komplikasi akibat preeklampsia
- Kegiatan: Pemantauan tanda-tanda komplikasi, pemberian oksigen, perawatan edema, dan edukasi tentang pencegahan komplikasi
4. Peningkatan Pengetahuan
- Tujuan: Meningkatkan pemahaman pasien tentang preeklampsia
- Kegiatan: Edukasi tentang definisi, penyebab, tanda-tanda, dan penanganan preeklampsia
Implementasi dari Intervensi Keperawatan di atas dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan pada pasien dengan Risiko Preeklampsia Berat. -
Article No. 11114 | 18 Jan 2025
Klinis : BapakAgus, seorang pria berusia 40 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak, dan demam selama 5 hari terakhir. Bapak Agus merasa napasnya semakin sesak, terutama pada malam hari, semakin memburuk jika posisinya terlentang. Dahak yang dikeluarkan berwarna hijau dan tebal. Ia juga merasa lelah dan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena batuk dan sesak napas yang mengganggu. Bapak Agus memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan tidak pernah menjalani pemeriksaan medis secara rutin. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pernapasan cepat dan nyeri tekan pada dada bagian kanan. Tanda vital menunjukkan suhu tubuh 38,5°C, frekuensi napas 28 kali per menit, dan saturasi oksigen 92%. Tidak ada pembengkakan pada ekstremitas. Pemeriksaan rontgen thorax menunjukkan infiltrat pada bagian kanan paru, yang mengindikasikan kemungkinan pneumonia. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit dan CRP.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan kondisi yang dialami oleh Bapak Agus, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan keletihan.
2. Ketidakefektifan pola napas (SDKI)
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Penyebab: Perubahan mekanis (infiltrat pada paru) dan kelelahan otot pernapasan.
3. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Peningkatan kebutuhan oksigen, perubahan pola napas, dan kelelahan.
4. Gangguan pola tidur (SDKI)
- Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan gangguan fungsi.
- Penyebab: Batuk, sesak napas, dan nyeri.
Penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan definisi, penyebab, dan gejala dari diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan tindakan keperawatan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Standar-standar ini dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai acuan dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 11115 | 18 Jan 2025
Klinis : BapakAgus, seorang pria berusia 40 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak, dan demam selama 5 hari terakhir. Bapak Agus merasa napasnya semakin sesak, terutama pada malam hari, semakin memburuk jika posisinya terlentang. Dahak yang dikeluarkan berwarna hijau dan tebal. Ia juga merasa lelah dan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena batuk dan sesak napas yang mengganggu. Bapak Agus memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan tidak pernah menjalani pemeriksaan medis secara rutin. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pernapasan cepat dan nyeri tekan pada dada bagian kanan. Tanda vital menunjukkan suhu tubuh 38,5°C, frekuensi napas 28 kali per menit, dan saturasi oksigen 92%. Tidak ada pembengkakan pada ekstremitas. Pemeriksaan rontgen thorax menunjukkan infiltrat pada bagian kanan paru, yang mengindikasikan kemungkinan pneumonia. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit dan CRP.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Bapak Agus:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI: 11.09.06)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Faktor yang Berhubungan: Infeksi paru (pneumonia), merokok.
- Gejala/Tanda Mayor: Sesak napas, napas cepat.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 10.01.04)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan energi, penyakit pernapasan.
- Gejala/Tanda Mayor: Kelelahan, gangguan tidur.
3. Nyeri Akut (SDKI: 13.01.03)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor yang Berhubungan: Infeksi paru (pneumonia).
- Gejala/Tanda Mayor: Nyeri tekan pada dada bagian kanan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan sistem klasifikasi untuk diagnosa keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan sistem klasifikasi untuk luaran (outcome) keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan sistem klasifikasi untuk intervensi keperawatan yang digunakan di Indonesia.
Ketiga standar tersebut dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan keseragaman dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia. -
Article No. 11116 | 18 Jan 2025
Klinis : BapakAgus, seorang pria berusia 40 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak, dan demam selama 5 hari terakhir. Bapak Agus merasa napasnya semakin sesak, terutama pada malam hari, semakin memburuk jika posisinya terlentang. Dahak yang dikeluarkan berwarna hijau dan tebal. Ia juga merasa lelah dan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena batuk dan sesak napas yang mengganggu. Bapak Agus memiliki riwayat merokok selama 15 tahun dan tidak pernah menjalani pemeriksaan medis secara rutin. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pernapasan cepat dan nyeri tekan pada dada bagian kanan. Tanda vital menunjukkan suhu tubuh 38,5°C, frekuensi napas 28 kali per menit, dan saturasi oksigen 92%. Tidak ada pembengkakan pada ekstremitas. Pemeriksaan rontgen thorax menunjukkan infiltrat pada bagian kanan paru, yang mengindikasikan kemungkinan pneumonia. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit dan CRP.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Bapak Agus yang disajikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekresi, retensi sekresi, perubahan mukosa, kelemahan otot pernapasan.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Faktor yang Berhubungan: Obstruksi jalan napas, kelelahan otot pernapasan, kecemasan.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
Faktor yang Berhubungan: Kurangnya energi, dispnea, nyeri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat membersihkan saluran napas dengan efektif.
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
2. Status Pernapasan
- Pasien dapat bernapas dengan irama, kedalaman, dan frekuensi yang adekuat.
- Pasien tidak mengalami dispnea saat beraktivitas.
- Saturasi oksigen dalam rentang normal.
3. Toleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas harian tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien tidak mengalami dispnea saat melakukan aktivitas.
- Pasien memiliki energi yang cukup untuk beraktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Monitor status pernapasan dan tanda-tanda vital
- Lakukan suction pada jalan napas, jika perlu
- Berikan bronkodilator dan ekspektoran, sesuai resep
- Anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan pernapasan
- Fasilitasi drainase postural
2. Manajemen Pernapasan
- Monitor status pernapasan dan tanda-tanda vital
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Atur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Latih pasien teknik pernapasan yang efektif
- Anjurkan aktivitas yang dapat meningkatkan kapasitas pernapasan
3. Manajemen Kelelahan
- Monitor tanda-tanda kelelahan
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang
- Anjurkan teknik manajemen energi dalam beraktivitas
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola keluhan pasien
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif berdasarkan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan, diharapkan kondisi Bapak Agus dapat membaik dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 11117 | 18 Jan 2025
Klinis : Pasien datang ke klinik dengan keluhan sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil terutama di malam hari (poliuria), dan penurunan berat badan yang signifikan. Pasien mengeluhkan gejala tersebut sejak 3 bulan lalu. Awalnya, pasien menganggap biasa, tetapi semakin lama merasa sangat lemas, mudah lelah, dan pandangannya kabur. Tekanan darah: 145/90 mmHg Berat badan: 80 kg Tinggi badan: 165 cm (IMT: 29,4, kategori obesitas) Nadi: 90 kali/menit Pernapasan: 20 kali/menit Gula darah sewaktu: 320 mg/dL (normal < 200 mg/dL).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan pasien mengeluhkan sering merasa lemas dan mudah lelah.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan dan dibutuhkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri dengan energi yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi perawatan ditujukan untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas, seperti manajemen aktivitas, manajemen energi, dan dukungan psikologis.
2. Polidipsia berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah, ditandai dengan pasien sering merasa haus.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Konsumsi air yang berlebihan yang disebabkan oleh peningkatan produksi urin atau penurunan cairan tubuh.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi perawatan ditujukan untuk memfasilitasi asupan cairan yang adekuat, seperti edukasi diet dan cairan, dan pemantauan intake-output cairan.
3. Poliuria berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah, ditandai dengan pasien sering buang air kecil terutama di malam hari.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Produksi urin yang berlebihan yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan eliminasi urin yang adekuat.
- SIKI: Intervensi perawatan ditujukan untuk memfasilitasi eliminasi urin yang adekuat, seperti pemantauan intake-output cairan, dan edukasi tentang manajemen poliuria. -
Article No. 11118 | 18 Jan 2025
Klinis : Dia menikah dan tinggal dengan suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya, dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Suaminya seorang pengangguran. Dia menggambarkan suaminya seorang yang emosional dan kasar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, beserta penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Kekerasan Fisik Akut
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kerentanan terhadap cedera fisik yang disebabkan oleh orang lain.
Faktor Risiko: Riwayat kekerasan, penggunaan alkohol/narkoba, kondisi ekonomi yang buruk, stres psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bebas dari Cedera Fisik
2. Manajemen Stres
3. Koping Efektif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Lingkungan: Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
2. Manajemen Krisis: Berikan dukungan emosional dan bantuan praktis.
3. Edukasi Kesehatan: Ajarkan keterampilan manajemen stres dan resolusi konflik.
Penjelasan Singkat:
Klien memiliki risiko tinggi mengalami kekerasan fisik akut dari suaminya yang digambarkan emosional dan kasar. Faktor risiko lainnya adalah kondisi ekonomi yang buruk karena suami pengangguran, serta lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah menciptakan lingkungan yang aman, memberikan dukungan selama krisis, dan mengajarkan keterampilan manajemen stres serta resolusi konflik untuk mencegah terjadinya kekerasan.