Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9152 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien dirawat denga gagal jantung NYHA III mengeluh sesak napas saat beraktivitas ringan. Klien memiliki riwayat hipertensi. Saat ini tekanan darah 150/100 mmHg. Nadi Perifer teraba lemah dan capillary Refill time >3 detik. Klien terlihat pucat dan lelah. Hasil pemeriksaan Echocardiografi ejection fraction (EF) 45%. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, masalah keperawatan utama pasien adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan curah jantung (00029)
Definisi: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu, tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Perifer (0407)
- Indikator:
a. Nadi perifer teraba kuat dan regular
b. Pengisian kapiler <3 detik
c. Ekstremitas hangat dan kering
d. Tekanan darah dalam batas normal
2. Toleransi Aktivitas (0005)
- Indikator:
a. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
b. Mampu menyelesaikan aktivitas sesuai dengan rencana
c. Melaporkan peningkatan energi/stamina
d. Melaporkan penurunan sesak napas saat aktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Gagal Jantung (6680)
- Aktivitas:
a. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
b. Monitor adanya edema perifer, peningkatan berat badan, dan perubahan warna kulit
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai kondisi pasien
d. Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap sesuai toleransi pasien
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen gagal jantung
2. Manajemen Energi (0180)
- Aktivitas:
a. Identifikasi faktor yang menyebabkan kelelahan
b. Anjurkan aktivitas sesuai toleransi pasien
c. Bantu pasien merencanakan aktivitas sehari-hari
d. Ajarkan teknik manajemen energi seperti pembagian waktu istirahat
e. Kolaborasi pemberian terapi oksigen jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan penurunan curah jantung dipilih karena kondisi klien menunjukkan adanya gagal jantung dengan gejala sesak napas saat beraktivitas ringan, edema perifer, nadi perifer lemah, dan kapiler refill time yang memanjang. Hal ini menunjukkan penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Luaran/output yang diharapkan adalah peningkatan perfusi jaringan perifer dan toleransi aktivitas. Hal ini akan dicapai melalui intervensi manajemen gagal jantung dan manajemen energi yang mencakup pemantauan kondisi klien, pemberian terapi, serta edukasi dan latihan aktivitas sesuai toleransi. -
Article No. 9153 | 17 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal - gatal di kaki dan tangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan gatal-gatal di kaki dan tangan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pruritus (Gatal-gatal)
Penjelasan:
Pruritus merupakan sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti alergi, infeksi, penyakit kulit, atau faktor lainnya.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
- Penyebab: Alergi, infeksi, penyakit kulit, atau faktor lainnya.
- Karakteristik: Gatal-gatal, keinginan untuk menggaruk, perubahan warna kulit, ruam, dan iritasi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan kulit yang tidak gatal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak adanya rasa tidak nyaman.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan: Manajemen gejala pruritus, termasuk pemberian antihistamin, perawatan kulit, dan edukasi mengenai faktor penyebab dan pencegahannya.
Dalam konteks ini, pasien datang dengan keluhan gatal-gatal di kaki dan tangan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pruritus. Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan assessment, menetapkan tujuan, dan memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi keluhan gatal-gatal pada pasien. -
Article No. 9154 | 17 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala sebelah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala sebelah.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kepala Sebelah (Headache, Unilateral)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri kepala sebelah merupakan keluhan umum yang dirasakan oleh pasien dengan sensasi tidak nyaman di salah satu sisi kepala. Pasien dapat menggambarkan nyeri sebagai berdenyut, tekan, atau rasa terbakar. Nyeri ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, ketegangan otot, atau gangguan vaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien diharapkan dapat:
1. Melaporkan penurunan skala nyeri.
2. Mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Beradaptasi dengan gaya hidup yang dapat mencegah kekambuhan nyeri kepala.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri: Identifikasi karakteristik nyeri, pemberian analgesik, dan pengajaran teknik nonfarmakologis (kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi).
2. Edukasi Kesehatan: Edukasi mengenai penyebab, faktor pemicu, dan pencegahan nyeri kepala sebelah.
3. Kolaborasi: Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk menentukan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Dengan pendekatan komprehensif berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri kepala sebelah secara efektif dan mencegah kekambuhan di kemudian hari. -
Article No. 9155 | 17 Dec 2024
Klinis : DO : K/U lemah, GCS 4 6 X, Px makan dan minum dibantu keluarga T : 130/83, N : 66x/mnt, S:36,7ºC RR : 20x/mnt SPO2 : 99% Tonus otot 2 5 2 5 Hemiplegi dekstra Makan dan minum dibantu keluarga CT Angiography (CTA) : - Acute to subacute ischaemic infarct di temporal kiri - Curiga stenosis DD:/Trombus Hipoplasi Vertebralis kanan (saran konfirmasi DSA) DS : Pasien sulit tidur DO : K/U lemah, mata sayu, pola tidur siang kurang lebih 30 menit, pola tidur malam 4-5 jam GCS : 4 6 X T : 130/83, N : 66X/mnt, S :36,7ºC RR : 20x/mnt SPO2 : 99%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan hemiplegi dekstra.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam gerakan yang disengaja yang menghasilkan perubahan posisi tubuh atau anggota tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fisik dan mobilitas sesuai kondisi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah latihan pergerakan ekstremitas, pelatihan kemampuan fungsional, dan manajemen nyeri.
2. Gangguan Tidur berhubungan dengan perubahan pola tidur.
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan Tidur adalah pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan terkait dengan jumlah, kualitas, atau waktu tidur yang tidak adekuat.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat tidur dengan kualitas dan kuantitas yang adekuat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan tidur, terapi relaksasi, dan edukasi tentang pola tidur.
3. Hambatan Komunikasi berhubungan dengan kelemahan fisik (hemiplegi).
Penjelasan:
- SDKI: Hambatan Komunikasi adalah keterbatasan dalam bertukar informasi, ide, perasaan, dan kebutuhan dengan orang lain.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat berkomunikasi secara efektif.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah latihan komunikasi, penggunaan alat bantu komunikasi, dan kolaborasi dengan ahli wbicara.
Standar yang digunakan adalah SDKI, SLKI, dan SIKI yang merupakan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 9156 | 17 Dec 2024
Klinis : DO : K/U lemah, GCS 4 6 X, Px makan dan minum dibantu keluarga T : 130/83, N : 66x/mnt, S:36,7ºC RR : 20x/mnt SPO2 : 99% Tonus otot 2 5 2 5 Hemiplegi dekstra Makan dan minum dibantu keluarga CT Angiography (CTA) : - Acute to subacute ischaemic infarct di temporal kiri - Curiga stenosis DD:/Trombus Hipoplasi Vertebralis kanan (saran konfirmasi DSA) DS : Pasien sulit tidur DO : K/U lemah, mata sayu, pola tidur siang kurang lebih 30 menit, pola tidur malam 4-5 jam GCS : 4 6 X T : 130/83, N : 66X/mnt, S :36,7ºC RR : 20x/mnt SPO2 : 99%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya sebagai perawat profesional akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular (00010)
- Ditandai dengan hemiplegi dekstra, CTA menunjukkan infark iskemik akut hingga subakut di temporal kiri, serta curiga stenosis/trombus pada vertebralis kanan.
2. Defisit Perawatan Diri: Makan (00102)
- Ditandai dengan makan dan minum dibantu oleh keluarga.
3. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Ditandai dengan sulit tidur, pola tidur siang kurang dari 30 menit, dan pola tidur malam hanya 4-5 jam.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular (NOC 0909):
- Indikator: Stabilitas neurologi, Sensasi ekstremitas, Pergerakan ekstremitas
- Kriteria hasil: Pasien mencapai stabilitas neurologi yang baik, sensasi dan pergerakan ekstremitas membaik.
2. Perawatan Diri: Makan (NOC 0303):
- Indikator: Makan makanan padat, Minum cairan, Menggunakan peralatan makan
- Kriteria hasil: Pasien dapat makan dan minum secara mandiri.
3. Kualitas Tidur (NOC 0004):
- Indikator: Pola tidur, Durasi tidur, Kualitas istirahat
- Kriteria hasil: Pasien mencapai kualitas tidur yang baik, dengan pola tidur yang teratur dan istirahat yang cukup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular (NIC 6440):
- Intervensi: Pemantauan neurologis, Manajemen obat, Perawatan ekstremitas, Kolaborasi dengan tim medis
- Tujuan: Menjaga stabilitas neurologis, mencegah komplikasi, dan memulihkan fungsi ekstremitas.
2. Perawatan Diri: Makan (NIC 1050):
- Intervensi: Asesmen kemampuan makan, Bantuan makan, Latihan kemandirian makan, Edukasi pasien dan keluarga
- Tujuan: Meningkatkan kemandirian pasien dalam makan dan minum.
3. Manajemen Tidur (NIC 1850):
- Intervensi: Asesmen pola tidur, Edukasi higiene tidur, Intervensi lingkungan untuk meningkatkan tidur, Kolaborasi dengan tim medis
- Tujuan: Membantu pasien mencapai kualitas tidur yang baik dan mencukupi.
Penjelasan rinci:
1. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular (00010):
- Pasien memiliki kondisi neurologis yang rentan, dengan hemiplegi dekstra, infark iskemik di temporal kiri, serta curiga stenosis/trombus pada vertebralis kanan. Pemantauan neurologis yang ketat, pemberian obat-obatan yang tepat, serta perawatan ekstremitas yang baik diperlukan untuk menjaga stabilitas neurologis dan mencegah komplikasi.
2. Defisit Perawatan Diri: Makan (00102):
- Pasien membutuhkan bantuan dalam makan dan minum, sehingga diperlukan asesmen kemampuan makan, pemberian bantuan makan, latihan kemandirian makan, serta edukasi bagi pasien dan keluarga untuk meningkatkan kemandirian pasien.
3. Gangguan Pola Tidur (00198):
- Pasien mengalami sulit tidur, dengan pola tidur siang yang kurang dan pola tidur malam yang singkat. Asesmen pola tidur, edukasi higiene tidur, intervensi lingkungan untuk meningkatkan tidur, serta kolaborasi dengan tim medis diperlukan untuk membantu pasien mencapai kualitas tidur yang baik.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 9157 | 17 Dec 2024
Klinis : pasien anak datang kondisi lemah. riwayat muntah dan bab sering
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien anak yang datang dengan kondisi lemah, riwayat muntah dan bab sering.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan riwayat muntah dan diare yang sering.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Risiko Dehidrasi adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan tubuh yang dapat mengakibatkan komplikasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau asupan dan output cairan, mengganti cairan yang hilang, dan memberikan edukasi terkait penanganan muntah dan diare.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Penjelasan:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda vital, membantu pasien dalam melakukan aktivitas, dan memberikan dukungan psikologis.
Dengan pendekatan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah kesehatan pasien anak dengan kondisi lemah, riwayat muntah, dan diare sering. -
Article No. 9158 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 25 tahun, dirawat di ruang bedah dengan fraktur tertutup 1/3 medial femur kiri. Hasil pengkajian: riwayat kecelakaan motor 1 minggu yang lalu, keluarga membawa pasien ke tukang urut patah tulang dan dilarang makan yang berbau amis seperti ikan, telur, daging karena dianggap akan memperlama proses penyembuhan. Kondisi pasien bertambah buruk sehingga keluarga membawa ke rumah sakit, mengeluh nyeri hebat pada kaki kiri, demam, mual dan tidak bisa tidur, tampak cemas, TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 22 x/menit, suhu 36,5oC, post. operasi ORIF (open reduksi internal fiksasi) hari ketiga, RL 500cc/24 jam. Klien mendapat obat ceftriaxon 2x1 mg, levofloxacin 1x750 mg, ranitidine 2x1 mg, ketorolac IV 2x1 amp. pasien bertanya pada perawat apakah kakinya boleh terkena air wudhu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan seperti kerusakan tersebut.
- Penyebab: Fraktur terbuka 1/3 medial femur kiri
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor Risiko: Prosedur pembedahan ORIF (open reduction internal fixation), imobilisasi, penggunaan alat medis (IV line)
3. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Penyebab: Nyeri hebat pada kaki kiri, kecemasan
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan penurunan nyeri dari skala 8 menjadi skala 4 dalam 3 hari.
- Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien mempertahankan istirahat dan tidur yang adekuat.
2. Risiko Infeksi:
- Tanda-tanda infeksi tidak muncul selama perawatan.
- Pasien mendemonstrasikan perawatan luka yang benar.
- Pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan nilai hematologi dan parameter infeksi.
3. Gangguan Pola Tidur:
- Pasien melaporkan peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
- Pasien mendemonstrasikan teknik relaksasi yang efektif untuk membantu tidur.
- Pasien terlihat lebih segar dan energik setelah istirahat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, dan kompres dingin).
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang adekuat.
2. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, denyut nadi, perubahan luka).
- Berikan antibiotik sesuai resep dokter.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
3. Gangguan Pola Tidur:
- Kaji pola tidur dan faktor yang mempengaruhi.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika perlu.
Penjelasan: Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi di atas disusun berdasarkan kondisi pasien yang mengalami fraktur tertutup 1/3 medial femur kiri, dengan komplikasi nyeri akut, risiko infeksi, dan gangguan pola tidur. Intervensi keperawatan dirancang untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan mencapai luaran yang diharapkan. Pendekatan yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai perawat profesional. -
Article No. 9159 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma (memar) di lokasi venipunktur (lokasi suntikan) dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia (jantung berdetak cepat), nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (masalah tes pembekuan darah) (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral (cairan di sekita paru), asites (cairan di perut), dan hepatitis (pembengkakan hati), dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) (enzim hati) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus (warna kuning pada kulit), sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis (kerusakan sel darah merah). Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit (sel darah merah muda) meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik (positif menderita tapi tidak menunjukkan gejala klinis), pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit pada fase kritis penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma pada fase kritis DBD.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan kekuatan akibat penyakit DBD.
Penjelasan singkat:
1. Risiko Perdarahan:
- SDKI: Penurunan Pembekuan Darah
- SLKI: Pemulihan Pembekuan Darah
- SIKI: Pemantauan Perdarahan, Pemberian Produk Darah
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Terapi Cairan, Pemantauan Hemodinamik
3. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi
Tujuan utama asuhan keperawatan pada pasien DBD adalah mencegah komplikasi perdarahan, menjaga keseimbangan cairan, dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien. Perawat perlu melakukan pemantauan ketat tanda-tanda vital, tanda perdarahan, serta memantau keseimbangan cairan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian terapi cairan, pemberian produk darah jika diperlukan, dan manajemen aktivitas pasien. -
Article No. 9160 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma (memar) di lokasi venipunktur (lokasi suntikan) dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia (jantung berdetak cepat), nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (masalah tes pembekuan darah) (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral (cairan di sekita paru), asites (cairan di perut), dan hepatitis (pembengkakan hati), dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) (enzim hati) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus (warna kuning pada kulit), sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis (kerusakan sel darah merah). Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit (sel darah merah muda) meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik (positif menderita tapi tidak menunjukkan gejala klinis), pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Jumlah Trombosit pada Demam Berdarah Dengue
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem tubuh.
Karakteristik Definisi: Penurunan jumlah trombosit, adanya tanda-tanda perdarahan (misalnya hematoma, perdarahan gusi), dan demam berdarah dengue.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perdarahan Terkendali
2. Integritas Jaringan Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-tanda Vital
2. Pemantauan Perdarahan
3. Manajemen Cairan
4. Pemberian Terapeutik: Transfusi Darah
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan demam berdarah dengue berisiko mengalami penurunan jumlah trombosit yang dapat menyebabkan perdarahan. Hal ini ditandai dengan adanya hematoma di area venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, perdarahan, dan memberikan manajemen cairan yang tepat serta mempertimbangkan pemberian transfusi darah jika diperlukan untuk mencegah komplikasi perdarahan yang dapat mengancam nyawa. -
Article No. 9161 | 17 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma (memar) di lokasi venipunktur (lokasi suntikan) dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia (jantung berdetak cepat), nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (masalah tes pembekuan darah) (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral (cairan di sekita paru), asites (cairan di perut), dan hepatitis (pembengkakan hati), dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) (enzim hati) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus (warna kuning pada kulit), sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis (kerusakan sel darah merah). Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit (sel darah merah muda) meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik (positif menderita tapi tidak menunjukkan gejala klinis), pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko penurunan volume cairan berhubungan dengan proses patologis penyakit
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Keseimbangan cairan akan membaik
- Tanda-tanda vital akan stabil
- Tidak akan terjadi dehidrasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi cairan yang adekuat
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Tidak akan terjadi perdarahan
- Jumlah trombosit akan meningkat
- Tidak akan terjadi komplikasi akibat perdarahan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Pantau jumlah trombosit secara teratur
- Observasi tanda-tanda perdarahan
- Berikan perawatan luka dengan teknik steril
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi trombosit jika diperlukan
3. Risiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan proses patologis penyakit
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Fungsi hati akan membaik
- Nilai enzim hati akan menurun
- Tidak akan terjadi komplikasi akibat gangguan fungsi hati
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Pantau nilai enzim hati secara teratur
- Berikan nutrisi adekuat sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi sesuai indikasi
4. Risiko hemolisis berhubungan dengan proses patologis penyakit
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Tidak akan terjadi hemolisis lanjut
- Kadar hemoglobin akan membaik
- Tidak akan terjadi komplikasi akibat hemolisis
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Pantau kadar hemoglobin, bilirubin, dan LDH secara teratur
- Berikan nutrisi adekuat sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi sesuai indikasi
Penjelasan di atas merupakan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai dengan kasus yang diberikan. Tone akademis, persona pakar, nurse.