Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9281 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cedera pada dirinya sendiri.
Faktor yang Berhubungan: Stres, depresi, kecemasan, kesedihan yang mendalam, harga diri rendah, konflik interpersonal.
2. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan perubahan dalam proses berpikir, persepsi, dan/atau pemahaman realitas.
Faktor yang Berhubungan: Stress, depresi, kecemasan, trauma, riwayat gangguan jiwa.
3. Risiko Bunuh Diri
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kematian.
Faktor yang Berhubungan: Depresi, hopelessness, harga diri rendah, riwayat percobaan bunuh diri, dukungan sosial yang kurang.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dialami oleh klien. SDKI terdiri dari definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik definisi, dan batasan karakteristik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil/luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk mencapai hasil/luaran yang diharapkan. SIKI terdiri dari definisi, aktivitas, dan batasan aktivitas.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur, mulai dari mengidentifikasi masalah, menentukan luaran yang diharapkan, hingga melakukan intervensi yang sesuai untuk membantu klien mengatasi kondisinya. -
Article No. 9282 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia, nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis, dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Biokimia Laboratory Investigations Day 1 * Day 3 Day 5 Day 7 Day 9 Day 15 Normal Range Haemoglobin 15.0 15.5 10.2 8.4 9.1 11.0 13–17 g/dL Red blood cell count 5.15 5.14 3.32 2.9 3.03 3.70 1.50–5.50 × 1012/L Haematocrit 45.3 46 26.7 25.6 27 33.9 10%–50% White blood cell count 3.1 6.0 11.4 14.1 8.9 7.5 4.00–10.0 × 109/L Platelets 35 14 29 127 136 259 150–410 ×109/L Monocytes % 12.2 17.3 15.4 22.8 18 10.1 2%–10% Reticulocyte count 10.8% Indirect Coomb’s test Positive Serum bilirubin • Total 71.4 65.6 51.9 59.9 48.9 48.7 <18.7 µmol/L • Direct 9.6 30.1 21.5 17.2 14.3 <5.7 µmol/L • Indirect 61.5 35.5 30.2 42.7 34.6 2.00–3.00 µmol/L Serum enzymes • AST 87 385 187 131 1–40 U/L • ALT 112 109 202 156 126 80 1–41 U/L • CK 487 1331 465 298 <190 U/L • LDH 1090 2013 1063 240–480 U/L Urea 1.9 2.31 3.2 1.9 2.5 1.7–8.3 mmol/L APTT 56.8 27.7–41 s Serum lactate 2.2 0.2–2.0 mmol/L * Day of admission, AST= aspartate aminotransferase, ALT = alanine aminotransferase, CK = creatinine kinase, LDH = lactate dehydrogenase, APTT = activated partial thromboplastin time. Tabel 2. Hasil laboratorium lainnya Investigation Day 1 * Day 3 Day 5 Day 29 Dengue NS1 antigen Positive Dengue IgM Positive Positive Dengue IgG Positive Ultrasound of hepatobiliary system Hepatitis, ascites, pleural effusion * Day of admission. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus, sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis. Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik, pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif (Tabel 2).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit dan gangguan fungsi koagulasi.
Penjelasan:
- Pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi, menunjukkan adanya risiko perdarahan.
- Jumlah trombosit menurun drastis dari 35 x 10^9/L menjadi 14 x 10^9/L, di bawah batas normal.
- Terjadi pemanjangan APTT, menandakan adanya gangguan fungsi koagulasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fisiologis.
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti demam tinggi, muntah, dan diare.
- Terjadi penurunan kadar hemoglobin, anemia, dan kelelahan yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.
Penjelasan:
- Pasien mengalami kondisi yang dapat mempengaruhi perfusi jaringan, seperti takikardia, nyeri perut, penurunan tekanan darah, dan asidosis metabolik.
- Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya efusi pleura, asites, dan hepatitis yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. SDKI: Risiko Perdarahan, Intoleransi Aktivitas, Gangguan Perfusi Jaringan
2. SLKI: Pemulihan Perdarahan, Toleransi Aktivitas, Perfusi Jaringan
3. SIKI: Manajemen Perdarahan, Peningkatan Toleransi Aktivitas, Manajemen Perfusi Jaringan
Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik pasien secara ketat.
- Memantau jumlah trombosit dan parameter koagulasi.
- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Memberikan terapi cairan dan produk darah sesuai indikasi.
- Memberikan dukungan nutrisi yang adekuat.
- Memfasilitasi istirahat dan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien.
- Memantau dan mengatasi gejala-gejala yang muncul. -
Article No. 9283 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: X60
- Deskripsi: Intoksikasi diri secara disengaja dengan obat-obatan dan zat biologis yang tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Tindakan lain untuk perawatan psikiatri, tidak dispesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 X60 digunakan untuk menggambarkan diagnosa "Intoksikasi diri secara disengaja dengan obat-obatan dan zat biologis yang tidak dispesifikasi". Hal ini sesuai dengan situasi di mana pasien mencoba mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri, yang dapat diklasifikasikan sebagai percobaan bunuh diri.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 "Tindakan lain untuk perawatan psikiatri, tidak dispesifikasi" dapat digunakan untuk melaporkan tindakan atau prosedur medis yang dilakukan untuk perawatan pasien, seperti pemantauan, terapi, atau intervensi psikiatri yang tidak dispesifikasi dalam kode yang lebih spesifik.
Dalam kasus ini, pasien memerlukan perawatan dan intervensi psikiatri terkait dengan masalah kesehatan mental yang dialaminya, seperti depresi atau kecemasan yang menyebabkan percobaan bunuh diri. Penanganan yang sesuai dan komprehensif sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. -
Article No. 9284 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri (NANDA-I, 2018)
Definisi: Rentan untuk terlibat dalam tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik, seperti bunuh diri, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Depresi, rendahnya harga diri, putus asa, dan riwayat percobaan bunuh diri.
2. Gangguan Proses Pikir (NANDA-I, 2018)
Definisi: Gangguan dalam proses berpikir yang ditandai dengan kekacauan, distorsi, atau gangguan dalam arus, isi, dan proses berpikir.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, dan rendahnya harga diri.
3. Gangguan Coping (NANDA-I, 2018)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membentuk adaptasi dasar atau efektif untuk menangani ancaman terhadap kesejahteraan hidup.
Faktor yang Berhubungan: Stres, rendahnya harga diri, dan kurangnya dukungan sosial.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Menjelaskan definisi, domain, dan karakteristik klinik dari diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Menetapkan kriteria hasil yang diharapkan untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Memandu perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang komprehensif dan terstandar.
Dalam kasus ini, penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi risiko perilaku mencederai diri sendiri, gangguan proses pikir, dan gangguan coping pada pasien. -
Article No. 9285 | 18 Dec 2024
Klinis : Penurunan hemoglobin Disfungsi hati Waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Hb (Penurunan Hemoglobin)
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (Disfungsi Hati)
3. Risiko Perdarahan (Waktu Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT) yang Memanjang)
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Hb (Penurunan Hemoglobin)
- SDKI: Penurunan Hb
- SLKI: Peningkatan Kadar Hb
- SIKI: Manajemen Anemia
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (Disfungsi Hati)
- SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Disfungsi Hati
3. Risiko Perdarahan (Waktu Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT) yang Memanjang)
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Peningkatan Faktor Pembekuan Darah
- SIKI: Manajemen Gangguan Pembekuan Darah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk membantu mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 9286 | 18 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata merah dan pandangan kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Sensori: Penglihatan Terganggu
Penjelasan:
Pasien mengalami keluhan mata merah dan pandangan kabur, yang menunjukkan adanya gangguan pada indera penglihatan. Diagnosa ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang mengidentifikasi gangguan pada fungsi penglihatan sebagai salah satu masalah keperawatan.
2. Risiko Infeksi
Penjelasan:
Dengan mata yang merah, pasien berisiko mengalami infeksi pada mata. Diagnosa ini didasarkan pada SDKI yang mengidentifikasi risiko infeksi sebagai salah satu masalah keperawatan yang perlu diperhatikan.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan untuk pasien dengan diagnosa keperawatan di atas adalah:
1. Integritas Sensori: Penglihatan dalam rentang normal
2. Bebas Infeksi
Selanjutnya, SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dapat digunakan untuk menentukan intervensi yang sesuai, seperti:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemberian Obat Tetes Mata
3. Edukasi tentang Perawatan Mata
4. Manajemen Infeksi
Secara umum, pendekatan keperawatan yang dilakukan harus berfokus pada penanganan gejala mata merah dan pandangan kabur, serta pencegahan dan penanganan infeksi yang mungkin terjadi. Edukasi kepada pasien juga penting untuk memastikan kepatuhan dalam perawatan dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 9287 | 18 Dec 2024
Klinis : hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipovolemia.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Volume Cairan
Definisi:
Kondisi di mana individu mengalami kekurangan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Penyebab:
1. Kehilangan cairan yang berlebihan melalui saluran gastrointestinal, pernafasan, kulit, atau lainnya.
2. Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
3. Kegagalan mekanisme kompensasi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Tanda dan Gejala: Turgor kulit buruk, mukosa kering, nadi cepat dan lemah, hipotensi, takikardi, oliguria, dan kebingungan.
2. Faktor Terkait: Kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal, pernafasan, atau kulit; peningkatan kebutuhan cairan; dan gangguan mekanisme regulasi cairan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang memadai, perfusi jaringan yang adekuat, dan tanda vital yang stabil.
2. Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan turgor kulit yang baik, mukosa lembab, nadi dan tekanan darah dalam batas normal, dan output urin yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan: Pemantauan status cairan, pemberian cairan intravena, pembatasan aktivitas, dan edukasi terkait pentingnya menjaga keseimbangan cairan.
2. Tindakan Keperawatan: Mengukur tanda vital, memantau asupan dan pengeluaran cairan, memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Kesimpulannya, hipovolemia merupakan kondisi kekurangan volume cairan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan Volume Cairan, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan status cairan, pemberian cairan, dan edukasi pasien. -
Article No. 9288 | 18 Dec 2024
Klinis : nyeri akut 2. menyusui tidak efektif 3. gangguan mobilitas fisik 4. risiko pendarahan 5. risiko infeksi 6. defisit perawatan diri 7. defisit pengetahuan 8. penampilan peran tidak efektif. tolong buatkan prioritas diagnosa keperawannya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi-kondisi yang Anda berikan:
1. Nyeri Akut
Diagnosa Keperawatan SDKI: Nyeri Akut
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut menjadi prioritas utama karena perlu segera diatasi untuk memulihkan kenyamanan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat mengungkapkan penurunan dalam intensitas nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Pasien dapat melaporkan perasaan nyaman.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Berikan manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri.
- Monitor efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi.
2. Menyusui Tidak Efektif
Diagnosa Keperawatan SDKI: Menyusui Tidak Efektif
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Menyusui Tidak Efektif menjadi prioritas karena dapat mempengaruhi nutrisi dan perkembangan bayi.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Bayi dapat menyusu dengan efektif.
- Ibu dapat mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar.
- Ibu dapat melaporkan rasa nyaman saat menyusui.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian menyusui ibu-bayi.
- Ajarkan teknik menyusui yang benar.
- Berikan dukungan emosional dan praktis kepada ibu.
- Monitor kemajuan menyusui dan evaluasi intervensi.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
Diagnosa Keperawatan SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik menjadi prioritas karena dapat menghambat pemulihan dan aktivitas sehari-hari pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan mobilisasi.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan kemandirian.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian mobilitas fisik pasien.
- Berikan latihan fisik dan terapi untuk meningkatkan mobilitas.
- Ajarkan teknik mobilisasi yang aman.
- Sediakan alat bantu mobilitas jika diperlukan.
- Monitor kemajuan dan evaluasi intervensi.
4. Risiko Perdarahan
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Perdarahan
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan menjadi prioritas karena dapat mengancam keselamatan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien tidak mengalami perdarahan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perdarahan.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan pemantauan diri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian faktor risiko perdarahan.
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda perdarahan.
- Berikan perawatan sesuai penyebab risiko perdarahan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda perdarahan.
- Monitor kondisi pasien dan evaluasi intervensi.
5. Risiko Infeksi
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Infeksi
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi menjadi prioritas karena dapat menghambat pemulihan dan membahayakan kesehatan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien tidak mengalami infeksi.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan pemantauan diri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian faktor risiko infeksi.
- Terapkan tindakan pencegahan infeksi.
- Pantau tanda-tanda infeksi.
- Berikan perawatan sesuai penyebab risiko infeksi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda infeksi.
- Monitor kondisi pasien dan evaluasi intervensi.
6. Defisit Perawatan Diri
Diagnosa Keperawatan SDKI: Defisit Perawatan Diri
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri menjadi prioritas karena dapat mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan kemandirian.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik perawatan diri yang benar.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian kemampuan perawatan diri pasien.
- Berikan pelatihan dan bantuan untuk perawatan diri.
- Sediakan alat bantu perawatan diri jika diperlukan.
- Dorong dan motivasi pasien untuk mandiri dalam perawatan diri.
- Monitor kemajuan dan evaluasi intervensi.
7. Defisit Pengetahuan
Diagnosa Keperawatan SDKI: Defisit Pengetahuan
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan menjadi prioritas karena dapat mempengaruhi pemulihan dan kesehatan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat menyatakan informasi yang dibutuhkan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku sesuai pengetahuan yang diperoleh.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan pemahaman.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian kebutuhan informasi pasien.
- Berikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan.
- Gunakan media dan metode yang sesuai dengan gaya belajar pasien.
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi.
- Monitor pemahaman pasien dan evaluasi intervensi.
8. Penampilan Peran Tidak Efektif
Diagnosa Keperawatan SDKI: Penampilan Peran Tidak Efektif
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Penampilan Peran Tidak Efektif menjadi prioritas karena dapat mempengaruhi fungsi dan interaksi sosial pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat mendemonstrasikan penampilan peran yang efektif.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan kepuasan dalam menjalankan peran.
- Pasien dapat berinteraksi dengan -
Article No. 9289 | 18 Dec 2024
Klinis : klien riwayat HD sejak 3 tahun lalu, perut membesar BBsblm HD 54,8, BB kering 50 kg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi klien dengan riwayat hemodialisis (HD) sejak 3 tahun lalu, perut membesar, berat badan sebelum HD 54,8 kg, dan berat badan kering 50 kg, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, maka dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan volume cairan
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami peningkatan cairan intravaskular, interstisial, atau intrasel.
- SLKI: Keseimbangan cairan yang adekuat.
- SIKI: Manajemen cairan, Pemantauan cairan, Pengaturan berat badan.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan citra tubuh
- SDKI: Persepsi individu tentang bentuk dan ukuran tubuhnya yang terganggu.
- SLKI: Penerimaan terhadap citra tubuh.
- SIKI: Terapi kelompok, Terapi kognitif, Dukungan emosional.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
- SLKI: Status nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Asesmen nutrisi, Manajemen nutrisi, Konseling gizi.
Penjelasan singkat:
1. Kelebihan volume cairan: Klien dengan riwayat HD cenderung mengalami kelebihan cairan, yang dapat menyebabkan perut membesar dan perubahan berat badan. Intervensi keperawatan berfokus pada manajemen, pemantauan, dan pengaturan cairan serta berat badan.
2. Gangguan citra tubuh: Perubahan bentuk dan ukuran tubuh akibat kelebihan cairan dapat mempengaruhi persepsi klien tentang citra tubuhnya. Intervensi keperawatan fokus pada terapi kognitif, dukungan emosional, dan terapi kelompok untuk membantu klien menerima citra tubuhnya.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Klien dengan riwayat HD cenderung mengalami penurunan berat badan, sehingga dibutuhkan intervensi untuk asesmen, manajemen, dan konseling gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Catatan: Diagnosa keperawatan dan intervensi yang dijabarkan di atas merupakan contoh berdasarkan informasi yang diberikan. Penilaian dan penentuan diagnosa keperawatan yang tepat perlu dilakukan melalui pengkajian menyeluruh terhadap kondisi klien. -
Article No. 9290 | 18 Dec 2024
Klinis : klien riwayat HD sejak 3 tahun lalu, perut membesar BBsblm HD 54,8, BB kering 50 kg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan: Klien dengan riwayat hemodialisis (HD) sejak 3 tahun lalu, perut yang membesar, dan berat badan kering yang rendah (50 kg) dapat mengindikasikan adanya gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam batas normal.
- Faktor Terkait: Gangguan mekanisme regulasi cairan dan elektrolit, penurunan intake, peningkatan kehilangan cairan.
- Tanda dan Gejala: Edema, penurunan/peningkatan berat badan, perubahan tekanan darah, kehilangan cairan, perubahan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Outcomes: Keseimbangan Cairan, Keseimbangan Elektrolit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan cairan, Terapi pengganti cairan, Perawatan akses vaskular, Manajemen hemodialisis.
2. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan: Perut yang membesar dan berat badan kering yang rendah dapat menunjukkan adanya kelebihan volume cairan pada klien dengan riwayat HD.
SDKI:
- Definisi: Kelebihan cairan yang melebihi kapasitas tubuh untuk mengakomodasi.
- Faktor Terkait: Gangguan mekanisme regulasi cairan, peningkatan asupan cairan, penurunan ekskresi cairan.
- Tanda dan Gejala: Edema, peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah, perubahan elektrolit.
SLKI:
- Outcomes: Keseimbangan Cairan, Perfusi Jaringan.
SIKI:
- Intervensi: Pemantauan cairan, Terapi pengganti cairan, Manajemen hemodialisis, Edukasi cairan.
Penting untuk melakukan penilaian komprehensif, monitoring ketat, dan intervensi yang sesuai untuk mengelola kondisi klien ini dengan riwayat HD yang kompleks.