Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9370 | 19 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien Ny. D usia 43 tahun dibawa ke RS Bethesda karena pasien adalah rujukan dari RS Parakan setelah 7 hari di rawat karena stroke. Sebelum dibawa ke RS Parakan, Pasien mengalami pusing hebat kemudian kejang. Keluarga Ny.D mengatakan pada tanggal 10 Desember 2024 Ny. D masuk ke IGD RS Bethesda dengan penurunan kesdaran, kemudian dilakukan pemeriksaan MRI kepala, Ny. D di IGD mendapatkan terapi obat Lasix 2 ampul injeksi dalam 50 cc NaCl diberikan 2 cc/jam dan Nimotop injeksi 2.5 cc/jam. Ny. D masuk ke ruang Galilea II saraf pada tanggal 10 Desember 2024 pukul 17.00 WIB, terpasang infus RL 20tpm, O2 binasal 3 lpm, NGT no.16, kateter no.16, dan mendapatkan terapi obat oral dan injeksi. Hasil pengkajian Ny. D didapatkan hasil kesadaran Ny. D apatis GCS E= 3, V= Afasia, M= 5, tanda-tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, suhu 380 C, Nadi 70 x/menit, napas 24 x/menit, suara napas stridor. Pasien mendapatkan terapi oral, sedangkan terapi injeksi sudah dihentikan. Ny. D sudah mampu untuk mengunyah dan menelan makanan melalui oral, tetapi minum masih susah. Ny. D mengalami kelumpuhan sebelah kanan. Keluarga Ny. D mengatakan sebelumnya menderita tekanan darah tinggi, pada saat dirawat di RS PKU Wonosobo dan dapat terapi obat Amlodipine. Ny. D minum obat hanya kalau pusing dan sakit kepala saja, setelah itu tidak rutin lagi minum. Ny. D mendapatkan diet bubur blender CVA, makan 3x sehari, 1 porsi habis, dari pagi sudah minum 4 gelas air belimbing. Keluarga mengatakan Ny. D selama diberi makan dan minum tidak muntah dan bisa menelan makanan. Keluarga mengatakan selama di RS dipasang pempres dan kateter (urine 600 cc/6 jam). Kadang 2 hari baru BAB. Kebutuhan dibantu Total. Hasil Pemeriksaan fisik TB 159 cm, BB 78 kg. TTS 140/80 mmHg, Nadi 70x/menit, suhu 38 C, Respirasi 24x/menit, tingkat kesadaran Apatis. GCS : E=3, V=Afasia, M=5. Ny. D tampak sakit sedang, terpasang NGT no. 16, kateter urine no.16, O2 binasal 3 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit di tangan. Pada saat pasien dimiringkan ke kanan dan kiri pasien mudah mengalami sesak napas. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Cholesterol 196,9 mg/dl, LDL 157,6 mg/dl. Pemeriksaan Thorax : Corakan Bronkovaskuler kasar. COR dalam batas normal. Pemeriksaan MRI tanda early infark dengan laminar necrosis di kedua lobus frontalis perimediana dan lobus temporalis sinistra sugestif adanya stenosis di ACM sinistra M2 dan A1 bilateral. Program Pengobatan : Hp pro 3x75 mg (08.00 WIB, 16.00WIB, dan 24.00 WIB) Glauseta 3x250 mg (08.00 WIB, 16.00 WIB, dan 24.00 WIB) Nimotop 4x60 mg/tablet (08.00 WIB, 16.00 WIB, 20.00 WIB dan 24.00 WIB) Neulin ps 3x1 (08.00 WIB, 16.00 WIB, dan 24.00 WIB)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kondisi pasien Ny. D:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat stroke.
2. Gangguan Proses Berpikir berhubungan dengan perubahan struktur otak akibat stroke.
3. Gangguan Menelan berhubungan dengan kelainan neurologis akibat stroke.
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan terpasangnya alat medis (NGT, kateter).
5. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan keterbatasan gerak akibat kelumpuhan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik.
2. Proses Berpikir: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi kognitif.
3. Menelan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan menelan.
4. Kontrol Infeksi: Pasien bebas dari infeksi.
5. Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan napas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Mobilitas Fisik:
a. Latihan rentang gerak ekstremitas
b. Latihan mobilisasi dini
c. Terapi fisik
d. Terapi okupasi
2. Proses Berpikir:
a. Stimulasi kognitif
b. Terapi orientasi realitas
c. Terapi reminisens
3. Menelan:
a. Latihan menelan
b. Manajemen nutrisi
c. Manajemen NGT
4. Kontrol Infeksi:
a. Perawatan NGT dan kateter
b. Pemantauan tanda-tanda infeksi
c. Manajemen antibiotik
5. Bersihan Jalan Napas:
a. Positioning
b. Fisioterapi dada
c. Suction
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat stroke: Pasien mengalami kelumpuhan sebelah kanan yang menyebabkan keterbatasan gerak dan penurunan kemampuan mobilitas fisik.
b. Gangguan Proses Berpikir berhubungan dengan perubahan struktur otak akibat stroke: Pasien mengalami afasia (gangguan berbicara) yang menunjukkan adanya perubahan pada struktur otak.
c. Gangguan Menelan berhubungan dengan kelainan neurologis akibat stroke: Pasien masih mengalami kesulitan menelan, meskipun sudah mampu makan melalui oral.
d. Resiko Infeksi berhubungan dengan terpasangnya alat medis (NGT, kateter): Pasien memiliki risiko infeksi yang tinggi akibat terpasangnya alat medis, seperti NGT dan kateter.
e. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan keterbatasan gerak akibat kelumpuhan: Posisi pasien yang mudah mengalami sesak napas saat dimiringkan menunjukkan adanya gangguan bersihan jalan napas.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik, sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Proses Berpikir: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi kognitif, sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.
c. Menelan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan menelan, sehingga dapat mengonsumsi makanan dan minuman secara oral dengan aman.
d. Kontrol Infeksi: Pasien bebas dari infeksi, sehingga proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik.
e. Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan napas, sehingga dapat bernapas dengan efektif.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Mobilitas Fisik:
- Latihan rentang gerak ekstremitas untuk meningkatkan kemampuan gerak pasien.
- Latihan mobilisasi dini untuk mencegah komplikasi akibat imobilitas.
- Terapi fisik untuk membantu pemulihan fungsi fisik pasien.
- Terapi okupasi untuk membantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan fisik dan meningkatkan kemandirian.
b. Proses Berpikir:
- Stimulasi kognitif untuk melatih dan mempertahankan fungsi kognitif pasien.
- Terapi orientasi realitas untuk membantu pasien berorientasi dengan lingkungannya.
- Terapi reminisens untuk membantu pasien mengingat kembali pengalaman positif di masa lalu.
c. Menelan:
- Latihan menelan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan menelan pasien.
- Manajemen nutrisi untuk memastikan asupan nutrisi pasien terpenuhi.
- Manajemen NGT untuk memastikan pemasangan dan perawatan NGT yang optimal.
d. Kontrol Infeksi:
- Perawatan NGT dan kateter untuk mencegah infeksi akibat alat medis.
- Pemantauan tanda-tanda infeksi untuk mendeteksi dan menangani infeksi secara dini.
- Manajemen antibiotik untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
e. Bersihan Jalan Napas:
- Positioning untuk memfasilitasi bersihan jalan napas.
- Fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Suction untuk membersihkan jalan napas. -
Article No. 9371 | 19 Dec 2024
Klinis : kejang demam kompleks
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan lengkap mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi kejang demam kompleks.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang demam kompleks adalah "Risiko cedera" (00035). Diagnosis ini menggambarkan potensi terjadinya cedera fisik pada pasien akibat kejang demam kompleks yang dialaminya. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien mengalami jatuh, terluka, atau bahkan kerusakan otak yang lebih parah jika tidak ditangani dengan tepat.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Integritas kulit: tidak ada kerusakan (0102)
- Kriteria hasil: Tidak ada erosi, lecet, atau luka pada kulit selama episode kejang demam kompleks.
2. Pemulihan setelah episode kejang (1311)
- Kriteria hasil: Pasien dapat kembali ke kondisi normal setelah episode kejang demam kompleks berakhir, tanpa adanya komplikasi.
3. Kemampuan mengatur suhu tubuh (0800)
- Kriteria hasil: Suhu tubuh pasien dapat dipertahankan dalam batas normal setelah penanganan demam.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengaturan lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk pasien selama episode kejang demam kompleks, seperti menjaga ruangan tetap tenang, menjaga suhu ruangan, dan mencegah pasien dari bahaya cedera.
2. Manajemen demam: Memberikan intervensi untuk menurunkan demam, seperti pemberian obat penurun demam, kompres hangat, dan memastikan asupan cairan yang adekuat.
3. Pemantauan neurologis: Melakukan pemantauan ketat terhadap status neurologis pasien, termasuk tingkat kesadaran, pergerakan ekstremitas, dan tanda-tanda cedera saraf.
4. Edukasi keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai penyebab, pencegahan, dan penanganan kejang demam kompleks, serta tanda-tanda komplikasi yang harus diperhatikan.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif bagi pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Risiko cedera" dipilih karena kejang demam kompleks dapat menyebabkan pasien mengalami cedera fisik selama episode kejang, seperti terjatuh, benturan kepala, atau bahkan kerusakan otak yang lebih serius. Luaran/output yang diharapkan mencakup integritas kulit yang tetap terjaga, pemulihan setelah episode kejang, dan kemampuan mengatur suhu tubuh yang baik. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, menurunkan demam, memantau status neurologis, memberikan edukasi kepada keluarga, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif. -
Article No. 9372 | 19 Dec 2024
Klinis : kejang demam kompleks
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang demam kompleks dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kejang.
Penjelasan SDKI:
Risiko kerusakan integritas kulit adalah kondisi di mana individu rentan mengalami kerusakan pada kulit dan jaringan di bawahnya, yang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Pada kasus kejang demam kompleks, risiko kerusakan integritas kulit dapat timbul akibat pergerakan otot yang tidak terkendali saat kejang sehingga dapat menyebabkan luka, lecet, atau memar pada kulit.
Penjelasan SLKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko kerusakan integritas kulit pada pasien dengan kejang demam kompleks meliputi:
1. Monitoring tanda-tanda vital dan gejala kejang secara berkala.
2. Mencegah trauma kulit dengan menjaga lingkungan yang aman dan bersih.
3. Melakukan perawatan kulit secara lembut dan hati-hati.
4. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai risiko kerusakan integritas kulit.
Penjelasan SIKI:
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko kerusakan integritas kulit pada pasien dengan kejang demam kompleks antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala kejang secara teratur.
2. Pencegahan trauma kulit dengan menjaga lingkungan yang aman.
3. Perawatan kulit dengan teknik yang lembut dan hati-hati.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai risiko kerusakan integritas kulit.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik dan menggunakan standar praktik keperawatan yang berlaku sesuai dengan kaidah ilmiah. -
Article No. 9373 | 19 Dec 2024
Klinis : kejang demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menyajikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang demam dengan nada akademis dan dalam peran sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan demam tinggi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ancaman terhadap kerusakan pada lapisan epidermis dan/atau dermis kulit yang disebabkan oleh faktor internal dan/atau eksternal.
- Karakteristik Definisi: Perubahan warna kulit, kulit kering dan pecah-pecah, lesi pada kulit.
- Faktor Terkait: Demam tinggi, ketidakseimbangan suhu tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Integritas kulit tetap utuh, tidak terjadi kerusakan kulit.
- Kriteria Hasil: Kulit berwarna normal, hangat, lembab, dan utuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen demam, Perawatan kulit, Termoregulasi.
- Aktivitas Keperawatan: Memantau suhu tubuh, Memberikan kompres hangat/dingin, Menjaga kelembaban kulit, Mencegah iritasi kulit.
Kesimpulan:
Pada kondisi kejang demam, perawat perlu melakukan pengkajian dan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit akibat demam tinggi yang dialami oleh pasien. Penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 9374 | 19 Dec 2024
Klinis : KB suntik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Klien dengan KB Suntik:
1. Risiko Gangguan Pola Menstruasi
- Penjelasan: Klien dengan KB suntik memiliki risiko mengalami gangguan pola menstruasi, seperti perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, atau amenorrhea (tidak mendapatkan menstruasi). Hal ini disebabkan oleh efek samping dari penggunaan kontrasepsi hormonal.
2. Risiko Peningkatan Berat Badan
- Penjelasan: Penggunaan KB suntik dapat meningkatkan berat badan sebagai efek samping yang umum terjadi. Hal ini dapat disebabkan oleh retensi cairan atau peningkatan nafsu makan.
3. Risiko Nyeri/Ketidaknyamanan pada Lokasi Suntikan
- Penjelasan: Klien dengan KB suntik memiliki risiko mengalami nyeri atau ketidaknyamanan pada lokasi suntikan, terutama pada saat prosedur penyuntikan dilakukan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar luaran keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk mendeskripsikan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar intervensi keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk mendeskripsikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Standar-standar ini digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar di Indonesia. -
Article No. 9375 | 19 Dec 2024
Klinis : Difisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi defisit nutrisi, sesuai dengan persona saya sebagai seorang perawat ahli.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi defisit nutrisi:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang paling sesuai untuk kondisi defisit nutrisi adalah "Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh". Diagnosa ini menggambarkan keadaan di mana asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh pasien tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya, sehingga mengakibatkan penurunan berat badan, kehilangan massa otot, dan berbagai komplikasi terkait nutrisi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan defisit nutrisi dapat mencapai beberapa luaran/output, antara lain:
a. Status gizi membaik, yang ditandai dengan peningkatan berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) sesuai dengan rentang normal.
b. Intake nutrisi meningkat, dengan asupan makanan dan cairan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
c. Tidak terjadi komplikasi terkait malnutrisi, seperti penurunan kekuatan otot, gangguan fungsi imun, luka sulit sembuh, dan lain-lain.
d. Pasien mampu mempertahankan berat badan yang optimal dan stabil.
e. Pasien menunjukkan peningkatan energi dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan defisit nutrisi, perawat dapat melakukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
a. Pengkajian nutrisi yang komprehensif, meliputi riwayat asupan makanan dan cairan, pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas), serta pemeriksaan laboratorium terkait status nutrisi.
b. Penyusunan rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien, dengan mempertimbangkan preferensi, kondisi medis, dan kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan.
c. Pemberian edukasi dan konseling terkait pentingnya nutrisi yang adekuat, serta strategi untuk meningkatkan asupan nutrisi, seperti pemilihan makanan yang kaya nutrisi, teknik makan yang tepat, dan pengaturan jadwal makan.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi dan memodifikasi rencana diet secara berkala, sesuai dengan respons pasien.
e. Pemantauan dan evaluasi status nutrisi pasien, termasuk pengukuran berat badan, pemeriksaan laboratorium, dan pengkajian tanda-tanda klinis malnutrisi.
f. Pemberian suplemen nutrisi atau nutrisi enteral/parenteral, jika diperlukan, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
g. Pemberian dukungan psikologis dan motivasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program diet dan perawatan nutrisi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dengan defisit nutrisi dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu memiliki status gizi yang optimal, intake nutrisi yang adekuat, dan terhindar dari komplikasi terkait malnutrisi. -
Article No. 9376 | 19 Dec 2024
Klinis : DS : - Pasien merasa kelelahan menjelang akhir proses persalinan. DO: - Kala II berlangsung sekitar 1,5 jam, pasien diberikan oksigen untuk mendukung oksigenasi optimal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
DS:
- Pasien merasa kelelahan menjelang akhir proses persalinan.
DO:
- Kala II berlangsung sekitar 1,5 jam, pasien diberikan oksigen untuk mendukung oksigenasi optimal.
Berdasarkan data yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Kelelahan". Kelelahan didefinisikan sebagai sensasi yang berkepanjangan dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang biasanya dilakukan.
Tanda dan gejala yang sesuai dengan kondisi pasien adalah pasien merasa kelelahan menjelang akhir proses persalinan, serta pemberian oksigen untuk mendukung oksigenasi optimal selama kala II persalinan yang berlangsung sekitar 1,5 jam. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kapasitas fisik pasien dalam menghadapi proses persalinan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien akan mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat mempertahankan tingkat energi yang adekuat selama proses persalinan.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas persalinan dengan kelelahan minimal.
3. Pasien dapat mempertahankan oksigenasi yang optimal selama proses persalinan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Kelelahan
a. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada pasien.
b. Bantu pasien untuk mengatur ulang aktivitas dan istirahat selama proses persalinan.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memberikan intervensi yang tepat, seperti pemberian oksigen, cairan intravena, atau obat-obatan untuk mengurangi kelelahan.
d. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk mempertahankan motivasi dan semangat selama proses persalinan.
2. Monitoring Oksigenasi
a. Pantau status oksigenasi pasien, termasuk saturasi oksigen, frekuensi pernapasan, dan tanda-tanda distress pernapasan.
b. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mempertahankan oksigenasi yang optimal.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan intervensi yang tepat dalam mendukung oksigenasi pasien selama proses persalinan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan tingkat energi yang adekuat, melakukan aktivitas persalinan dengan kelelahan minimal, dan mempertahankan oksigenasi yang optimal selama proses persalinan. -
Article No. 9377 | 19 Dec 2024
Klinis : DS : - Pasien merasa kelelahan menjelang akhir proses persalinan. DO: - Kala II berlangsung sekitar 1,5 jam, pasien diberikan oksigen untuk mendukung oksigenasi optimal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kelelahan (Fatigue)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelelahan adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan berkepanjangan terkait dengan penurunan kapasitas fisik dan mental untuk melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kelelahan.
2. Klien dapat menerapkan strategi untuk mengatasi kelelahan.
3. Klien dapat mempertahankan aktivitas harian sesuai kemampuan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi penyebab kelelahan, seperti proses persalinan yang berkepanjangan.
2. Berikan oksigen untuk mendukung oksigenasi optimal.
3. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen energi.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kelelahan.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami kelelahan menjelang akhir proses persalinan, dan diberikan oksigen untuk mendukung oksigenasi optimal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab kelelahan, memberikan oksigen, mengajarkan teknik relaksasi, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi kondisi ini. -
Article No. 9378 | 19 Dec 2024
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00007
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu.
- Penyebab: Infeksi, trauma, dehidrasi, lingkungan yang panas, obat-obatan, atau penyakit kronis.
- Gejala dan Tanda: Suhu tubuh meningkat, sakit kepala, mual, dehidrasi, kulit merah, dan kelelahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 00011
- Judul Luaran: Termoregulasi
- Definisi: Kemampuan untuk mengatur suhu tubuh dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil: Suhu tubuh dalam kisaran normal, kulit tidak merah, tidak berkeringat berlebihan, dan tidak merasa kesulitan beraktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 03301
- Judul Intervensi: Manajemen Hipertermia
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
- Aktivitas Keperawatan: Memonitor suhu tubuh, memberikan cairan, mengompres hangat/dingin, memberikan obat antipiretik, dan menciptakan lingkungan yang sejuk.
Dengan demikian, diagnosis keperawatan yang tepat untuk kondisi hipertermia adalah "Hipertermia", dengan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 9379 | 19 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri haid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan nyeri haid.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengendalikan nyeri
- Pasien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri
- Terapi relaksasi
- Pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri
Penjelasan singkat:
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri haid mengalami Nyeri Akut. Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tujuan dari penanganan nyeri akut adalah agar pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, dapat mengendalikan nyeri, dan dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri.