Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21037 | 24 Aug 2025
Klinis : pasien anak perempuan, usia 13 tahun datang ke igd dengan keluhan sesak napas dan demam yang tidak kunjung turun, saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak nafas,batuk,pilek,demam, ada suara grok-grok, tentukan diagnosa sdki beserta kodenya dan siki slki, sertakan penyebab dan tanda gejala mayor minor untuk sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\par \b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0
\par
\par \b Kode SDKI:\b0 B.3.1.1.1 \b Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif\b0
\par
\par \b Penyebab (Etiologi):\b0 Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), peningkatan produksi sekret (dahak), bronkospasme, atau edema mukosa saluran napas.
\par
\par \b Tanda dan Gejala Mayor:\b0
\par - \i Sesak napas\i0 (dispnea)
\par - \i Batuk tidak efektif\i0 atau tidak mampu mengeluarkan sekret
\par - \i Suara napas tambahan\i0 (mengi/grok-grok/ronkhi)
\par
\par \b Tanda dan Gejala Minor:\b0
\par - Demam
\par - Pilek (rinore)
\par - Takipnea (laju napas meningkat)
\par - Sianosis sekitar bibir (pada kondisi berat)
\par - Gelisah
\par
\par \b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode:\b0 B.3.1.1 \b Kriteria Luaran:\b0
\par - Jalan napas paten
\par - Bunyi napas bersih (vesikuler)
\par - Tidak ada sianosis
\par - Laju napas dalam rentang normal sesuai usia
\par - Ekspektorasi sputum efektif (jika ada)
\par - Gangguan tidur tidak ada
\par
\par \b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode:\b0 B.3.1.1 \b Manajemen Jalan Napas\b0
\par \b Aktivitas Keperawatan:\b0
\par - Kaji status pernapasan (laju, irama, kedalaman, bunyi napas)
\par - Posisikan semi-Fowler atau Fowler untuk memudahkan ekspansi paru
\par - Ajarkan dan bantu latihan napas dalam dan batuk efektif
\par - Lakukan fisioterapi dada (postural drainage dan perkusi) jika indikasi
\par - Kolaborasi pemberian terapi oksigen sesuai order
\par - Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik sesuai order
\par - Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
\par - Ajarkan pentingnya hidrasi adekuat untuk mengencerkan sekret
\par
\par \b Catatan:\b0 Diagnosis dan intervensi keperawatan ini bersifat umum. Penetapan yang definitif memerlukan pengkajian keperawatan yang komprehensif dan terus-menerus, serta harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan kebijakan institusi.
\par
\par }
-
Article No. 21038 | 24 Aug 2025
Klinis : pasien anak perempuan, usia 13 tahun datang ke igd dengan keluhan sesak napas dan demam yang tidak kunjung turun, saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak nafas,batuk,pilek,demam, ada suara grok-grok, tentukan diagnosa sdki beserta kodenya dan siki slki, sertakan penyebab dan tanda gejala mayor minor untuk sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\par \b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0
\par \b Kode SDKI: 00032\b0
\par \b Judul: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif\b0
\par
\par \b PENYEBAB (ETIOLOGI):\b0
\par - Akumulasi sekret berlebih di saluran napas akibat proses infeksi atau inflamasi\b
\par \b0
\par \b TANDA DAN GEJALA (DEFINING CHARACTERISTICS):\b0
\par \b Mayor:\b0
\par - \i Suara napas tambahan (grok-grok/wheezing)\i0
\par - \i Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk\i0
\par - \i Sesak napas (dispnea)\i0
\par
\par \b Minor:\b0
\par - \i Demam\i0
\par - \i Pilek (rinore)\i0
\par - \i Takipnea (peningkatan frekuensi napas)\i0
\par
\par \b SLKI (STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA):\b0
\par \b Kode: L.04013\b0
\par \b Judul: Status Pernapasan\b0
\par \b Indikator:\b0
\par - Frekuensi napas dalam rentang normal sesuai usia\b
\par \b0 - Tidak terdapat suara napas tambahan\b
\par \b0 - Ekspansi dada simetris\b
\par \b0 - Tidak ada sianosis\b
\par \b0
\par \b SIKI (STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA):\b0
\par \b Kode: I.09010\b0
\par \b Judul: Manajemen Jalan Napas\b0
\par \b Intervensi:\b0
\par - Auskultasi suara napas tiap 2-4 jam\b
\par \b0 - Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam\b
\par \b0 - Posisikan semi-Fowler atau sesuai toleransi\b
\par \b0 - Kolaborasi pemberian terapi inhalasi/nebulizer\b
\par \b0 - Monitor status oksigenasi (SatO2)\b
\par \b0 - Berikan hidrasi adekuat\b
\par
\par \b Catatan Klinis:\b0
\par Diagnosis ini dipilih berdasarkan manifestasi klinis akumulasi sekret (suara grok-grok), gangguan pertukaran gas (sesak napas), dan respons inflamasi sistemik (demam). Pendekatan holistik mencakup manajemen sekret, optimasi oksigenasi, dan penanganan demam.\b
\par \b0
\par \b Referensi:\b0
\par PPNI. (2017). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Edisi 1-6\i0 . Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.\b
\par \b0 PPNI. (2018). \i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Edisi 1-6\i0 . Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.\b
\par \b0 PPNI. (2019). \i Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Edisi 1-6\i0 . Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.\b0
\par
\par }
-
Article No. 21039 | 24 Aug 2025
Klinis : pasien anak perempuan, usia 13 tahun datang ke igd dengan keluhan sesak napas dan demam yang tidak kunjung turun, saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak nafas,batuk,pilek,demam, ada suara grok-grok,nyeri ulu hati, tentukan diagnosa sdki beserta kodenya dan siki slki, sertakan penyebab dan tanda gejala mayor minor untuk sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\b Berdasarkan data pengkajian pada pasien anak perempuan usia 13 tahun dengan keluhan sesak napas, demam, batuk, pilek, suara "grok-grok", dan nyeri ulu hati, berikut adalah diagnosis keperawatan utama yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\b0\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0\par
\b \cf2\ul SDKI: Gangguan Pertukaran Gas (Kode: 00030)\cf0\ulnone\b0\par
\b Penyebab (Etiologi):\b0\par
Faktor terkait: Inflamasi saluran napas sekunder akibat infeksi (diduga infeksi saluran pernapasan akut atau pneumonia), peningkatan produksi sekret, dan demam.\par
\b Tanda dan Gejala:\b0\par
\b Mayor:\b0 Dispnea (sesak napas), suara napas tambahan (mengi/grok-grok), batuk, dan takipnea.\par
\b Minor:\b0 Demam, gelisah (jika ada), dan sianosis (jika berat).\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
\b Kode: 0401 - Status Pernapasan\b0\par
Indikator yang dapat dimonitor:\par
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal sesuai usia.\par
- Tidak adanya dispnea.\par
- Suara napas bersih (tidak ada mengi/ronkhi).\par
- Saturasi oksigen dalam rentang normal (SpO2 >95%).\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
\b Kode: 3320 - Manajemen Jalan Napas\b0\par
Aktivitas intervensi:\par
- Kaji status pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan suara napas).\par
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (misalnya, semi-Fowler).\par
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan.\par
- Kolaborasi pemberian oksigen dan terapi nebulizer sesuai indikasi.\par
- Monitor saturasi oksigen secara berkala.\par
\b Catatan:\b0 Diagnosis ini bersementara dan memerlukan konfirmasi lebih lanjut melalui pemeriksaan penunjang (seperti rontgen thorax atau pemeriksaan laboratorium) serta evaluasi dokter. Nyeri ulu hati mungkin terkait dengan batuk terus-menerus atau kondisi lain yang memerlukan assessment tambahan.\par
} -
Article No. 21040 | 24 Aug 2025
Klinis : ards
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J80
- Deskripsi: Sindrom Distres Pernapasan Akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.70
- Deskripsi: Ventilasi mekanik, tidak spesifik, tanpa CPAP
Penjelasan:
Kode ICD-10 J80 (Sindrom Distres Pernapasan Akut) digunakan untuk mengkodekan kondisi ARDS, yang merupakan kondisi pernapasan akut dengan perkembangan bilateral opasitas paru yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh efusi, atelektasis, atau nodul paru. Kondisi ini ditandai dengan edema paru, hipoksemia, dan penurunan kepatuhan paru, yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik.
Jika pasien dengan ARDS memerlukan ventilasi mekanik sebagai bagian dari perawatan, kode ICD-9-CM 96.70 (Ventilasi mekanik, tidak spesifik, tanpa CPAP) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan tersebut. Kode ini mencakup penggunaan ventilator atau alat bantu napas lainnya untuk membantu atau menggantikan fungsi pernapasan pasien.
Penggunaan kode-kode ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan pelaporan yang tepat, serta untuk memfasilitasi penagihan dan reimbursasi yang sesuai. -
Article No. 20992 | 23 Aug 2025
Klinis : Kasus Gout artritis Pasien Ny. S, 63 tahun, datang ke Puskesmas diantar oleh anaknya untuk berobat karena sering terasa pegal dan nyeri pada jari-jari tangan serta lutut kanan. Nyeri sendi dirasakan hilang timbul dan menghilang dengan sendirinya. Nyeri dirasakan berdenyut-denyut, skala 5 (NRS 0-10). Biasanya nyeri akan dirasakan bertambah setelah sebelumnya pasien mengkonsumsi sayur-sayur berwarna hijau tua seperti daun singkong. Nyeri juga dirasakan bertambah apabila cuaca sedang dingin, terasa seperti kesemutan. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas. Sebelumnya 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri sendi di jari-jari (ibu jari dan jari telunjuk) kaki kanan dan lutut kanan sampai susah untuk berjalan. Pasien juga mengatakan sebelumnya nyeri terjadi hilang timbul pada sendi lain, tetapi tidak pernah disertai bengkak ataupun kemerahan. Pasien mengaku pernah diperiksa asam urat dan hasilnya tinggi. Meskipun demikian, pasien masih dapat bekerja dan tapi tidak mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi keluhannya. Riwayat merokok aktif maupun pasif disangkal oleh pasien. Riwayat memiliki penyakit kencing manis dan hipertensi tidak pernah dialami pasien. Riwayat penyakit keluarga yang pernah dialami tidak diketahui oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita keluhan berupa bengkak dan nyeri sendi yang serupa seperti pasien. Pasien biasanya makan 2-3 kali sehari. Makanan yang dimakan cukup bervariasi. Namum pasien suka mengkonsumsi makanan yang berlemak, seperti daging dan kuning telur, jeroan, melinjo, dan makanan bersantan. Pasien mengaku sehari-hari kurang minum air putih, hanya 3 – 4 gelas kecil air putih. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol ataupun jamuan, dan pasien jarang berolahraga. Pasien seorang lansia yang sudah menikah dan tidak bekerja, tinggal bersama dengan suami, anak perempuannya, menantu, dan kedua cucunya. Sehingga jumlah angota keluarga yang tinggal dirumah adalah enam orang. Dalam kegiatan sehari-hari pasien hanya di rumah saja, setiap pagi pasien berjualan nasi uduk di rumahnya untuk mengisi kekosongan agar tidak menganggur. Semua kegiatan rumah tangga dikerjakannya bersama dengan anak dan cucu yang tinggal serumah dengannya. Kebutuhan sehari-hari keluarga pasien dicukupi oleh suaminya, umumnya menggunakan uang dari gaji Tn. S sebagai buruh ± Rp 1,2jt/bulan dan dengan uang dari menantunya Tn. W ± 1,5jt/bulan. Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36 C; tekanan darah: 130/80 mmHg; frek. nadi: 94 x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan: 58 kg; tinggi badan: 155 cm; status gizi: overweight (IMT: 24,1). Status generalis: kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru, jantung, abdomen semua dalam batas normal. Status lokalis: Regio genu dextra/sinistra à L (look): Deformitas (-/-), warna dalam batas normal F (feel): Warm (+/+), bony tenderness (-/-), nyeri tekan +/+ M (move): Krepitasi (-/-), ROM baik/baik (ekstensi 90 tidak terbatas) Hasil laboratorium • Asam urat: 7,39 mg/dl • Kolesterol: 165,2 mg/dl
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: M10.90
- Deskripsi: Gout artritis, lokasi tidak ditentukan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien Ny. S, 63 tahun, memenuhi kriteria untuk diagnosis Gout artritis. Keluhan utama pasien berupa nyeri dan pegal pada jari-jari tangan serta lutut kanan yang hilang timbul, sesuai dengan manifestasi klinis gout. Riwayat pemeriksaan asam urat sebelumnya yang menunjukkan hasil tinggi, serta faktor risiko seperti konsumsi makanan tinggi purin, usia lanjut, dan status gizi overweight, juga mendukung diagnosis ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan medis yang disebutkan dalam kasus ini.
- Deskripsi: -
Tidak terdapat informasi mengenai tindakan medis yang dilakukan pada pasien, sehingga tidak dapat ditentukan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis. -
Article No. 20993 | 23 Aug 2025
Klinis : Kasus Gout artritis Pasien Ny. S, 63 tahun, datang ke Puskesmas diantar oleh anaknya untuk berobat karena sering terasa pegal dan nyeri pada jari-jari tangan serta lutut kanan. Nyeri sendi dirasakan hilang timbul dan menghilang dengan sendirinya. Nyeri dirasakan berdenyut-denyut, skala 5 (NRS 0-10). Biasanya nyeri akan dirasakan bertambah setelah sebelumnya pasien mengkonsumsi sayur-sayur berwarna hijau tua seperti daun singkong. Nyeri juga dirasakan bertambah apabila cuaca sedang dingin, terasa seperti kesemutan. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas. Sebelumnya 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri sendi di jari-jari (ibu jari dan jari telunjuk) kaki kanan dan lutut kanan sampai susah untuk berjalan. Pasien juga mengatakan sebelumnya nyeri terjadi hilang timbul pada sendi lain, tetapi tidak pernah disertai bengkak ataupun kemerahan. Pasien mengaku pernah diperiksa asam urat dan hasilnya tinggi. Meskipun demikian, pasien masih dapat bekerja dan tapi tidak mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi keluhannya. Riwayat merokok aktif maupun pasif disangkal oleh pasien. Riwayat memiliki penyakit kencing manis dan hipertensi tidak pernah dialami pasien. Riwayat penyakit keluarga yang pernah dialami tidak diketahui oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita keluhan berupa bengkak dan nyeri sendi yang serupa seperti pasien. Pasien biasanya makan 2-3 kali sehari. Makanan yang dimakan cukup bervariasi. Namum pasien suka mengkonsumsi makanan yang berlemak, seperti daging dan kuning telur, jeroan, melinjo, dan makanan bersantan. Pasien mengaku sehari-hari kurang minum air putih, hanya 3 – 4 gelas kecil air putih. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol ataupun jamuan, dan pasien jarang berolahraga. Pasien seorang lansia yang sudah menikah dan tidak bekerja, tinggal bersama dengan suami, anak perempuannya, menantu, dan kedua cucunya. Sehingga jumlah angota keluarga yang tinggal dirumah adalah enam orang. Dalam kegiatan sehari-hari pasien hanya di rumah saja, setiap pagi pasien berjualan nasi uduk di rumahnya untuk mengisi kekosongan agar tidak menganggur. Semua kegiatan rumah tangga dikerjakannya bersama dengan anak dan cucu yang tinggal serumah dengannya. Kebutuhan sehari-hari keluarga pasien dicukupi oleh suaminya, umumnya menggunakan uang dari gaji Tn. S sebagai buruh ± Rp 1,2jt/bulan dan dengan uang dari menantunya Tn. W ± 1,5jt/bulan. Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36 C; tekanan darah: 130/80 mmHg; frek. nadi: 94 x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan: 58 kg; tinggi badan: 155 cm; status gizi: overweight (IMT: 24,1). Status generalis: kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru, jantung, abdomen semua dalam batas normal. Status lokalis: Regio genu dextra/sinistra à L (look): Deformitas (-/-), warna dalam batas normal F (feel): Warm (+/+), bony tenderness (-/-), nyeri tekan +/+ M (move): Krepitasi (-/-), ROM baik/baik (ekstensi 90 tidak terbatas) Hasil laboratorium • Asam urat: 7,39 mg/dl • Kolesterol: 165,2 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, beserta kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gout artritis pada Ny. S:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut (00132)
b. Gangguan mobilitas fisik (00085)
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri akut (00132)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
- Kode: 00132
b. Gangguan mobilitas fisik (00085)
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal, neurologis, atau perkembangan.
- Kode: 00085
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Terkendali (1605)
- Definisi: Derajat kenyamanan selama mengalami rasa nyeri fisik.
- Kode: 1605
b. Mobilitas (0208)
- Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
- Kode: 0208
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nyeri (1400)
- Definisi: Pengurangan rasa nyeri hingga ke tingkat kenyamanan yang dapat diterima.
- Kode: 1400
b. Peningkatan Mobilitas (0200)
- Definisi: Fasilitasi pergerakan yang optimal dan aman.
- Kode: 0200
Dalam kasus ini, Ny. S mengalami Gout artritis dengan keluhan utama nyeri pada sendi jari-jari tangan dan lutut kanan, serta gangguan mobilitas fisik. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri akut dan Gangguan mobilitas fisik. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Nyeri dan Peningkatan Mobilitas untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pasien. -
Article No. 20994 | 23 Aug 2025
Klinis : Skenario keganasan pada tulang/osteosarkoma Seorang klien, Tn. H, umur 34 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat di kaki kirinya dan terjadi pembengkakan. Semenjak 3 bulan yang lalu pasien sudah merasakan nyeri di punggung kiri dan kemudian menjalar ke kaki kirinya. Rasa nyeri semakin dirasakan ketika malam hari. Skala nyeri klien pada skala 6 klien tampak meringis dan memegangi kaki kirinya. Pada kaki kiri klien terdapat abses. Semenjak nyeri dirasakan, pasien menjadi tidak nafsu makan, BB turun. Keluarga mengatakan dulu klien gemuk, klien terakhir kali menimbang berat badannya 75 Kg. Setelah sakit klien menjadi kurus, BB klien sekarang 45 Kg dengan tinggi 176 cm. Setelah dilakukan pemeriksaan klien didiagnosa oleh dokter menderita osteosarkoma dan harus melakukan tindakan amputasi pada kaki kirinya untuk mencegah mestatase ke jaringan lainnya. Klien mengatakan baru tahu kalau penyakit seperti yang dideritanya harus melakukan amputasi. Semenjak klien tahu akan dilakukan amputasi, klien menjadi sering bertanya seputar tindakan amputasi yang akan dilakukannya. Klien juga menanyakan apakah tindakan tersebut berbahaya bagi dirinya dan apakah akan terjadi komplikasi yang serius terhadap dirinya. Berdasarkan hasil pengkajian, TTV klien adalah TD: 130/100 mmHg, N: 88x/menit, S: 38°C, RR: 24 x/menit. Berdasarkan hasil CT-Scan terdapat benjolan pada tibia sinistra klien. Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil Lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan skenario yang diberikan, berikut diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis (NYKR)
- Kode SDKI: NYKR
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan jaringan tersebut, yang berlangsung terus menerus atau menetap.
2. Gangguan Mobilitas Fisik (GMFK)
- Kode SDKI: GMFK
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen dan terarah pada lingkungan.
3. Risiko Kurang Volume Cairan (RVLC)
- Kode SDKI: RVLC
- Definisi: Berisiko mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
4. Ansietas (ANSA)
- Kode SDKI: ANSA
- Definisi: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman atau sumber yang tidak diketahui dengan perasaan tidak nyaman atau khawatir.
5. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Perifer (RKPP)
- Kode SDKI: RKPP
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke daerah perifer.
Penjelasan singkat dan kode SLKI serta SIKI:
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengendalian Nyeri (PNYR) - Kode SLKI: PNYR
2. Mobilitas (MOB) - Kode SLKI: MOB
3. Keseimbangan Cairan (KCLR) - Kode SLKI: KCLR
4. Koping Efektif (KOPE) - Kode SLKI: KOPE
5. Perfusi Jaringan (PRJS) - Kode SLKI: PRJS
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri (MNYR) - Kode SIKI: MNYR
2. Peningkatan Mobilitas (PMOB) - Kode SIKI: PMOB
3. Manajemen Cairan (MCAI) - Kode SIKI: MCAI
4. Manajemen Kecemasan (MKCA) - Kode SIKI: MKCA
5. Peningkatan Perfusi Perifer (PPPR) - Kode SIKI: PPPR -
Article No. 20995 | 23 Aug 2025
Klinis : Skenario keganasan pada tulang/osteosarkoma Seorang klien, Tn. H, umur 34 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat di kaki kirinya dan terjadi pembengkakan. Semenjak 3 bulan yang lalu pasien sudah merasakan nyeri di punggung kiri dan kemudian menjalar ke kaki kirinya. Rasa nyeri semakin dirasakan ketika malam hari. Skala nyeri klien pada skala 6 klien tampak meringis dan memegangi kaki kirinya. Pada kaki kiri klien terdapat abses. Semenjak nyeri dirasakan, pasien menjadi tidak nafsu makan, BB turun. Keluarga mengatakan dulu klien gemuk, klien terakhir kali menimbang berat badannya 75 Kg. Setelah sakit klien menjadi kurus, BB klien sekarang 45 Kg dengan tinggi 176 cm. Setelah dilakukan pemeriksaan klien didiagnosa oleh dokter menderita osteosarkoma dan harus melakukan tindakan amputasi pada kaki kirinya untuk mencegah mestatase ke jaringan lainnya. Klien mengatakan baru tahu kalaupenyakit seperti yang dideritanya harus melakukan amputasi. Semenjak klien tahu akan dilakukan amputasi, klien menjadi sering bertanya seputar tindakan amputasi yang akan dilakukannya. Klien juga menanyakan apakah tindakan tersebut berbahaya bagi dirinya dan apakah akan terjadi komplikasi yang serius terhadap dirinya. Berdasarkan hasil pengkajian, TTV klien adalah TD: 130/100 mmHg, N: 88x/menit, S: 38°C, RR: 24 x/menit. Berdasarkan hasil CT- Scan terdapat benjolan pada tibia sinistra klien. Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil Lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 %
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: C40.2
- Deskripsi: Osteosarkoma pada tulang panjang tungkai bawah, termasuk pergelangan kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 84.17
- Deskripsi: Amputasi anggota badan bagian bawah, transtibial
Penjelasan:
Berdasarkan skenario yang diberikan, klien Tn. H, berusia 34 tahun, didiagnosis menderita osteosarkoma pada tulang tungkai kirinya. Osteosarkoma merupakan jenis kanker tulang yang paling umum, biasanya terjadi pada tulang panjang seperti femur, tibia, atau humerus. Kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi ini adalah C40.2, yang menggambarkan osteosarkoma pada tulang panjang tungkai bawah, termasuk pergelangan kaki.
Tindakan medis yang direncanakan adalah amputasi pada kaki kiri klien untuk mencegah metastasis ke jaringan lain. Kode ICD-9-CM untuk prosedur amputasi anggota badan bagian bawah, khususnya transtibial (di bawah lutut), adalah 84.17.
Klien mengalami gejala-gejala yang khas pada osteosarkoma, seperti nyeri hebat, pembengkakan, penurunan berat badan yang signifikan, dan hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis. Oleh karena itu, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang diberikan sesuai dengan kondisi klien. -
Article No. 20996 | 23 Aug 2025
Klinis : Skenario keganasan pada tulang/osteosarkoma Seorang klien, Tn. H, umur 34 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat di kaki kirinya dan terjadi pembengkakan. Semenjak 3 bulan yang lalu pasien sudah merasakan nyeri di punggung kiri dan kemudian menjalar ke kaki kirinya. Rasa nyeri semakin dirasakan ketika malam hari. Skala nyeri klien pada skala 6 klien tampak meringis dan memegangi kaki kirinya. Pada kaki kiri klien terdapat abses. Semenjak nyeri dirasakan, pasien menjadi tidak nafsu makan, BB turun. Keluarga mengatakan dulu klien gemuk, klien terakhir kali menimbang berat badannya 75 Kg. Setelah sakit klien menjadi kurus, BB klien sekarang 45 Kg dengan tinggi 176 cm. Setelah dilakukan pemeriksaan klien didiagnosa oleh dokter menderita osteosarkoma dan harus melakukan tindakan amputasi pada kaki kirinya untuk mencegah mestatase ke jaringan lainnya. Klien mengatakan baru tahu kalaupenyakit seperti yang dideritanya harus melakukan amputasi. Semenjak klien tahu akan dilakukan amputasi, klien menjadi sering bertanya seputar tindakan amputasi yang akan dilakukannya. Klien juga menanyakan apakah tindakan tersebut berbahaya bagi dirinya dan apakah akan terjadi komplikasi yang serius terhadap dirinya. Berdasarkan hasil pengkajian, TTV klien adalah TD: 130/100 mmHg, N: 88x/menit, S: 38°C, RR: 24 x/menit. Berdasarkan hasil CT- Scan terdapat benjolan pada tibia sinistra klien. Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 Hasil Lab : HB : 12,04 g/dl HT : 43% Leukosit : 11.000/ul Trombosit : 140.000/ul PT : 13,5 % APTP : 33,9 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai untuk kondisi Tn. H dengan osteosarkoma:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (peka terhadap nyeri).
SLKI: Manajemen Nyeri
SIKI: Manajemen Nyeri
2. Risiko Perubahan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (00002)
SDKI: Adanya risiko asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Manajemen Nutrisi
SIKI: Manajemen Nutrisi
3. Cemas (00146)
SDKI: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang diketahui atau tidak diketahui.
SLKI: Manajemen Kecemasan
SIKI: Manajemen Kecemasan
4. Defisit Pengetahuan (00126)
SDKI: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
SLKI: Edukasi Kesehatan
SIKI: Edukasi Kesehatan
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut (00132):
Klien mengalami nyeri hebat di kaki kiri akibat osteosarkoma yang menyebabkan pembengkakan dan abses. Nyeri ini dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur klien.
2. Risiko Perubahan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (00002):
Klien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 75 kg menjadi 45 kg akibat tidak nafsu makan. Hal ini berisiko menyebabkan malnutrisi.
3. Cemas (00146):
Klien merasa cemas setelah mengetahui bahwa ia harus menjalani amputasi kaki kiri untuk mencegah metastasis. Klien menanyakan berbagai hal terkait prosedur dan risikonya.
4. Defisit Pengetahuan (00126):
Klien baru mengetahui bahwa penyakit yang dideritanya harus ditangani dengan amputasi. Klien membutuhkan informasi yang lebih lengkap terkait osteosarkoma dan tindakan amputasi yang akan dilakukan.
Kode SDKI, SLKI, dan SIKI diberikan dalam format kode (nomor) sesuai dengan sistem yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 20997 | 23 Aug 2025
Klinis : Kasus fraktur Seorang pasien, seorang wanita berusia 41 tahun, dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien adalah pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan akibat tertabrak sepeda motor lain dari arah samping kiri. Pasien jatuh ke kanan dan menabrak pembatas jalan. Pada saat kejadian, pasien dalam keadaan sadar, tanpa tanda-tanda cedera kepala. Pada cruris kanan, terdapat swelling dan deformitas tanpa adanya vulnus apertum. Nyeri tekan dan krepitasi ditemukan pada palpasi, yang disertai dengan ketidakmampuan pasien melakukan knee flexion dan keterbatasan rentang gerak (ROM). Pemeriksaan x-ray dan CT scan menunjukkan adanya fraktur komunitif pada genu kanan. Saat ini pasien dirawat diruang trauma post operasi ORIF hari ke – 2 dan dalam kondisi tidak saadar atau disorientasi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi pernapasan 20 kali per menit, nadi 82 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8oC. Selanjutnya, kaki pasien tampak dibalut dengan tensocrepe dan verban. Hasil pengkajian didapatkan verban dan tensocrepe tampak basah dan terdapat rembesan darah. Drainase aktif dengan jumlah volume ± 30 ml/24 jam. Pasien mengatakan nafsu makan sedikit menurun karena nyeri post operasi dan sedikit mual. Saat ini pasien menggunakan folley catheter untuk BAK. Saat pengkajian tampak urine berwarna kuning jernih. Tidak terdapat informasi khusus mengenai pola eliminasi pada pasien ini. Pasien mengeluh mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dialami nya saat ini, pasien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun ketika tidur malam hari. Pasien mengatakan sulit memulai tertidur lagi ketika terbangun dan mengatakan mungkin hanya tidur tertidur ± 5 jam. Pasien melaporkan adanya nyeri hebat pada kaki kanan, yang terus-menerus dan mengganggu. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri muncul sepanjang waktu nyeri seperti tertusuk – tusuk dan seperti disayat pada daerah operasi ORIF, nyeri berkurang setelah mendapatkan analgesik dan skala nyeri 6. Tidak ada keluhan lain terkait penglihatan, pendengaran, atau kemampuan berpikir. Pasien juga menunjukkan kecemasan terkait kondisi cederanya, khawatir bahwa ia mungkin tidak bisa pulih sepenuhnya. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam mengurus keluarga dan pekerjaan rumah. Cedera yang dialaminya menimbulkan kekhawatiran akan kemampuannya untuk kembali menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Pasien merasa terganggu dengan kondisi fisiknya yang terbatas dan takut menjadi beban bagi keluarganya. Ia juga merasa cemas tentang kemungkinan perlunya operasi dan rehabilitasi jangka panjang. Pasien seorang ibu dari dua anak dan istri yang sangat terlibat dalam keluarga. Sebelum kecelakaan, ia berperan sebagai pengurus utama rumah tangga. Cedera ini menyebabkan Ny. H tidak mampu menjalankan peran tersebut. Suaminya kini harus mengambil alih sebagian besar tugas rumah tangga. Selanjutnya, pasien mengatakan tidak masalah terkait fungsi seksual atau reproduksi. Namun, ia khawatir bahwa cedera ini dan ketidakmampuan fisiknya dapat mempengaruhi keintiman dengan suaminya, meskipun belum ada perubahan yang signifikan dalam hubungan tersebut sejak operasi ORIF. Pasien mengatakan tidak stres menghadapi kondisi ini karena support suami dan keluarga sangat membantu nya. Pasien mengatakan selalu berbicara dengan keluarga dan berdoa terkait kondisinya saat ini. Pasien merasa banyak mendapat dukungan dalam menghadapi situasi ini. Pasien memiliki keyakinan agama yang kuat. Hal ini terlihat dalam rutinitas sehar-hari pasien selama perawatan dimana pasien tetap menjalankan aktivitas ibadah sholat meskipun dalam kondisi terbatas. Pasien mengatakan dalam doanya ia meminta agar dapat pulih sepenuhnya dan kembali menjalani hidup normal. Hasil pemeriksaan penunjang pre-op ORIF
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, kode, dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi fraktur yang dialami oleh pasien:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (SDKI: 13077, SLKI: 00132, SIKI: 00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 13053, SLKI: 00092, SIKI: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik.
3. Gangguan Pola Tidur (SDKI: 13101, SLKI: 00198, SIKI: 00198)
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi sehari-hari.
4. Cemas (SDKI: 10027, SLKI: 00146, SIKI: 00146)
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman, bahaya, atau perubahan dalam lingkungan yang tidak jelas dan non-spesifik.
5. Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI: 13057, SLKI: 00085, SIKI: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh faktor persepsi, neuromuskular, muskuloskeletal, atau kardiovaskular.
6. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI: 13084, SLKI: 00046, SIKI: 00046)
Definisi: Rentan mengalami perubahan pada kulit dan selaput lendir yang menyebabkan kerusakan atau luka.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan di Indonesia. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran keperawatan yang ingin dicapai. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang akan dilakukan.
Kode yang disertakan merupakan kode diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).