Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9434 | 20 Dec 2024
Klinis : seorang bayi usia 0 hari dengan berat badan 2100 gram dan ada labioschisis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Labioschisis
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko terjadinya penurunan volume darah dari satu atau lebih sistem tubuh yang dapat mengancam kehidupan.
- Faktor Risiko: Kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit (labioschisis).
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi perdarahan pada bayi.
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda perdarahan, seperti perdarahan aktif atau perubahan warna kulit.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan secara berkala.
2. Pertahankan lingkungan yang bersih dan steril untuk mencegah infeksi.
3. Berikan perawatan dan nutrisi yang adekuat untuk mendukung proses penyembuhan.
4. Berikan edukasi kepada keluarga tentang pencegahan dan deteksi dini perdarahan.
5. Koordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, terapis) untuk penanganan komprehensif.
Dengan persona seorang pakar perawat, penjelasan ini memberikan informasi yang jelas dan komprehensif mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi bayi usia 0 hari dengan berat badan 2100 gram dan labioschisis. -
Article No. 9435 | 20 Dec 2024
Klinis : seorang bayi dengan berat badan 2100 gram, ada labioschisis dan mengalami hipoglikemia dengan kadar gds 48 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan: Bayi dengan berat badan 2100 gram mengalami hipoglikemia dengan kadar glukosa darah sewaktu 48 mg/dl, menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh labioschisis yang dapat mengganggu proses menelan dan intake nutrisi yang adekuat.
2. Gangguan Integritas Kulit
Penjelasan: Adanya labioschisis pada bayi dapat menyebabkan gangguan integritas kulit di area tersebut, yang membutuhkan penanganan khusus.
3. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Penjelasan: Bayi dengan berat badan 2100 gram dan hipoglikemia memiliki risiko ketidakstabilan tanda-tanda vital, seperti perubahan frekuensi denyut jantung, pernafasan, dan suhu tubuh.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Gangguan Integritas Kulit
- Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Keseimbangan Nutrisi
- Integritas Kulit
- Stabilitas Tanda-Tanda Vital
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Nutrisi
- Perawatan Luka
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital -
Article No. 9436 | 20 Dec 2024
Klinis : banyak sputum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, yang ditandai dengan: Bebas dari sputum, sekresi dan obstruksi jalan napas, irama pernapasan normal, dan pertukaran gas yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Terapi Oksigen
3. Pengisapan Jalan Napas
4. Fisioterapi Dada
5. Edukasi Manajemen Jalan Napas
Dengan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 9437 | 20 Dec 2024
Klinis : seorang bayi dengan diagnosa BBLSR tampak pucat dengan HB 7.3 gr/dl, dan sementara dilakukan tindakan transfusi darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan Volume Cairan (SDKI: Defisit Volume Cairan)
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kehilangan cairan atau zat cair tubuh secara berlebihan.
- Karakteristik Utama: Hb di bawah normal, kulit pucat.
- Faktor yang Berhubungan: Kehilangan darah.
2. Risiko Infeksi (SDKI: Risiko Infeksi)
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor Risiko: Prosedur medis invasif (transfusi darah).
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Cairan
- Tujuan: Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Intervensi: Memantau tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta nilai laboratorium (Hb).
2. Pencegahan Infeksi
- Tujuan: Mencegah atau meminimalkan risiko infeksi.
- Intervensi: Memastikan prosedur aseptik selama tindakan transfusi darah, memantau tanda-tanda infeksi.
Hasil Keperawatan (SIKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Kriteria Hasil: Hb dalam batas normal, tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Bebas Infeksi
- Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada peningkatan jumlah leukosit.
Jadi, dalam kasus bayi dengan BBLSR yang tampak pucat dengan Hb 7,3 g/dl dan sedang menjalani transfusi darah, perawat perlu fokus pada manajemen cairan untuk mengatasi kekurangan volume cairan serta pencegahan infeksi terkait prosedur medis invasif yang dilakukan. Pemantauan keseimbangan cairan dan bebas infeksi menjadi kunci utama dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 9438 | 20 Dec 2024
Klinis : TBC
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI untuk kondisi Tuberkulosis (TBC).
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi TBC:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi TBC adalah "Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas" (SDKI, 2019). Kondisi TBC dapat menyebabkan akumulasi sekret dan inflamasi pada saluran pernapasan, sehingga pasien mengalami kesulitan dalam membersihkan jalan napas secara efektif. Diagnosa ini menggambarkan masalah utama yang harus ditangani dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TBC.
Luaran/Output SLKI untuk Kondisi TBC:
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien TBC adalah "Bersihan Jalan Napas Efektif" (SLKI, 2019). Indikator keberhasilan dari luaran ini antara lain: pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret, bunyi napas tambahan minimal, dan frekuensi napas dalam rentang normal. Luaran ini menggambarkan tujuan akhir yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan yang diberikan.
Intervensi Keperawatan SIKI untuk Kondisi TBC:
Berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran "Bersihan Jalan Napas Efektif" pada pasien TBC:
1. Manajemen Jalan Napas
- Memantau status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan)
- Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi ekspektorasi sekret
- Melakukan fisioterapi dada dan teknik batuk efektif untuk membantu pengeluaran sekret
- Membantu pasien melakukan drainase postural dan percussian dada
2. Manajemen Oksigenasi
- Memantau kadar oksigen dalam darah (SpO2) dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Mengajarkan teknik pernapasan dalam dan latihan batuk efektif
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai TBC, cara penularan, dan pencegahan komplikasi
- Mengajarkan teknik batuk efektif, fisioterapi dada, dan manajemen oksigenasi
Penerapan intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif dan berkelanjutan diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran "Bersihan Jalan Napas Efektif", sehingga dapat mempercepat proses pemulihan dan mencegah komplikasi pada pasien TBC. -
Article No. 9439 | 20 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Penglihatan
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan keluhan mata kabur yang disampaikan oleh pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Penglihatan. Gangguan penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan pada struktur mata, perubahan fisiologis, atau penyakit tertentu. Pasien dengan keluhan mata kabur perlu dievaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab dan rencana perawatan yang tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10023
Definisi: Perubahan kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Karakteristik mayor: Mata kabur, Penglihatan ganda, Fotofobia, Intoleransi cahaya.
Faktor Berhubungan: Penuaan, Trauma, Infeksi, Penyakit sistemik, Pengobatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10023
Judul: Gangguan Penglihatan
Hasil yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan penglihatan yang memadai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10023
Judul: Manajemen Gangguan Penglihatan
Intervensi: Identifikasi penyebab gangguan penglihatan, Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, Edukasi pasien dan keluarga, Pemberian terapi sesuai kondisi.
Dengan tone akademis, persona=pakar, dan nurse, saya akan menyampaikan informasi ini dengan gaya bahasa yang jelas, terstruktur, dan menggunakan istilah-istilah keperawatan yang sesuai. -
Article No. 9440 | 20 Dec 2024
Klinis : PASIEN DATANG DENGAN KELUHAN DEMAM, BATUK, PILEK, NYERI TENGGOROKAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien dengan keluhan demam, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Tanda dan gejala: Batuk produktif, suara napas tambahan, sulit bernapas.
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
2. Hipertermia
- Tanda dan gejala: Suhu tubuh di atas normal, menggigil.
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
3. Nyeri Akut
- Tanda dan gejala: Pasien mengeluh nyeri di tenggorokan, ekspresi wajah menunjukkan rasa nyeri.
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan pengkajian dan analisis data yang komprehensif.
- Diagnosa keperawatan mencakup masalah kesehatan, penyebab, dan tanda-gejala yang dialami pasien.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran keperawatan merupakan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan untuk diagnosa di atas dapat berupa: Bersihan jalan napas membaik, Suhu tubuh kembali normal, dan Nyeri berkurang.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan dirancang untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen jalan napas, Manajemen demam, dan Manajemen nyeri.
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 9441 | 20 Dec 2024
Klinis : Konfusi kronis berhubungan dengan ketidakseimbangan kimia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi konfusi kronis berhubungan dengan ketidakseimbangan kimia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi konfusi kronis berhubungan dengan ketidakseimbangan kimia adalah "Persepsi Sensori Terganggu". Diagnosis ini menggambarkan klien yang mengalami perubahan dalam persepsi atau interpretasi stimulus sensorik yang tidak sesuai dengan realita, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kimia di dalam tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mencerminkan persepsi yang akurat terhadap lingkungan.
2. Klien dapat menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan dalam persepsi sensorik.
3. Klien dapat melaporkan peningkatan kemampuan untuk berkonsentrasi dan berpikir jernih.
4. Klien dapat menunjukkan peningkatan dalam kemampuan untuk mengingat informasi dan melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Klien dapat mendemonstrasikan peningkatan dalam kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Observasi dan pemantauan:
- Pantau tanda-tanda vital dan pola tidur klien.
- Identifikasi perubahan dalam persepsi sensorik klien.
- Catat episode-episode kebingungan atau halusinasi yang dialami klien.
2. Manajemen lingkungan:
- Ciptakan lingkungan yang aman, tenang, dan ramah bagi klien.
- Minimalisir stimulus yang dapat memicu kebingungan atau halusinasi.
- Berikan penerangan yang cukup dan eliminasi bayangan atau refleksi yang dapat mengganggu.
3. Manajemen obat-obatan:
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan menyesuaikan regimen obat-obatan klien.
- Pantau efek samping dari obat-obatan dan laporkan segera jika terjadi perubahan.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan dalam mengonsumsi obat-obatan.
4. Terapi aktivitas dan stimulasi kognitif:
- Libatkan klien dalam aktivitas yang dapat meningkatkan konsentrasi dan fungsi kognitif.
- Berikan latihan memori, penalaran, dan pemecahan masalah secara bertahap.
- Dorong klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan interaksi dengan orang lain.
5. Pemberian dukungan emosional:
- Berikan empati dan validasi pengalaman klien terkait perubahan persepsi sensorik.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan membantu klien beradaptasi.
- Identifikasi dan atasi sumber stres atau kecemasan yang dapat memperburuk kondisi klien.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dengan konfusi kronis berhubungan dengan ketidakseimbangan kimia dapat memperoleh perawatan yang optimal, meningkatkan persepsi yang akurat terhadap lingkungan, dan mengoptimalkan fungsi kognitif serta kemampuan beradaptasi. -
Article No. 9442 | 20 Dec 2024
Klinis : Gangguan mood berhubungan dengan kehilangan ingatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat yang ahli.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Gangguan mood berhubungan dengan kehilangan ingatan":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Gangguan Proses Pikir". Gangguan Proses Pikir didefinisikan sebagai perubahan dalam persepsi, pemikiran, dan perilaku yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif. Dalam kasus ini, kehilangan ingatan yang dialami oleh pasien dapat menyebabkan perubahan dalam proses pikirnya, yang kemudian berdampak pada suasana hati (mood) pasien.
Faktor yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah faktor psikologis, yaitu kehilangan ingatan yang dialami oleh pasien. Kehilangan ingatan dapat mengganggu kemampuan pasien dalam memproses informasi dan mengatur emosinya, sehingga mempengaruhi suasana hatinya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
a. Perbaikan mood: Pasien dapat menunjukkan suasana hati yang lebih stabil dan positif.
b. Peningkatan kemampuan kognitif: Pasien dapat menunjukkan peningkatan dalam kemampuan memproses informasi, mengingat, dan membuat keputusan.
c. Peningkatan kemampuan untuk beradaptasi: Pasien dapat menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat kehilangan ingatan.
d. Peningkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari: Pasien dapat menunjukkan peningkatan dalam kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SLKI) pada kasus "Gangguan mood berhubungan dengan kehilangan ingatan" adalah:
a. Terapi Realitas: Membantu pasien untuk memahami realitas saat ini dan menerima perubahan yang terjadi akibat kehilangan ingatan.
b. Stimulasi Kognitif: Melakukan aktivitas yang merangsang dan melatih kemampuan kognitif pasien, seperti permainan teka-teki, membaca, atau menceritakan pengalaman.
c. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung pasien dalam beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
d. Konseling Psikologis: Memberikan dukungan emosional dan bantuan dalam mengatasi perasaan, pikiran, dan perilaku yang terkait dengan kehilangan ingatan.
e. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan informasi dan pemahaman kepada pasien dan keluarga tentang kondisi pasien, serta cara-cara untuk mendukung pasien dalam proses pemulihan.
Setiap intervensi keperawatan yang diberikan harus dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk membantu pasien mencapai perbaikan mood, peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan kemampuan beradaptasi, dan peningkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari, sesuai dengan luaran yang diharapkan. -
Article No. 9443 | 20 Dec 2024
Klinis : Gangguan orientasi berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi gangguan orientasi berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, dengan pendekatan akademis dan perspektif seorang perawat profesional.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis Keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Orientasi" (SDKI, 2017). Gangguan orientasi didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mengenali diri, waktu, tempat, atau orang di sekitar dengan benar". Kondisi ini berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti usia lanjut, penyakit neurologis, atau trauma.
2. Luaran/Outcome yang Diharapkan (SLKI):
a. Orientasi Membaik: Pasien dapat mengenali diri, waktu, tempat, dan orang di sekitarnya dengan baik.
b. Kemampuan Kognitif Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan dalam fungsi kognitif, seperti daya ingat, atensi, dan pemahaman.
c. Keselamatan Terjaga: Pasien tidak mengalami cedera atau kejadian yang membahayakan dirinya sendiri akibat gangguan orientasi.
d. Peran dan Fungsi Membaik: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan peran sosial dengan lebih baik.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Pemantauan Fungsi Kognitif: Melakukan penilaian dan pemantauan berkala terhadap fungsi kognitif pasien, seperti orientasi, memori, bahasa, dan kemampuan berpikir.
b. Stimulasi Orientasi: Memberikan stimulasi orientasi dengan memperkenalkan diri, menginformasikan waktu, tempat, dan situasi saat ini secara jelas dan berulang.
c. Manajemen Lingkungan: Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung orientasi, seperti menyediakan penanda visual, jadwal aktivitas, dan meminimalkan distraksi.
d. Terapi Reminisens: Melakukan intervensi terapeutik dengan memanfaatkan kenangan masa lalu pasien untuk meningkatkan orientasi dan fungsi kognitif.
e. Edukasi Keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai gangguan orientasi, strategi penanganan, dan peran keluarga dalam mendukung pemulihan pasien.
f. Kolaborasi Interprofesional: Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, terapis okupasi, atau psikolog, untuk mengevaluasi dan mengelola gangguan orientasi secara komprehensif.
Melalui pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan gangguan orientasi berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu memperoleh peningkatan orientasi, kemampuan kognitif, keselamatan, serta peran dan fungsi yang lebih baik.