Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9580 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh pegal-pegal di bagian panggul, dengan G2P1A0
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Mobilitas Fisik Terganggu
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluh pegal-pegal di bagian panggul, dengan riwayat G2P1A0, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Mobilitas Fisik Terganggu.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mobilitas Fisik Terganggu didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, kontrol, atau kapasitas otot, atau rentang gerak sendi yang terbatas.
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi secara mandiri, dengan indikator seperti pemeliharaan fungsi muskuloskeletal, peningkatan rentang gerak, dan pengurangan rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, terapi latihan, aktivitas fisik, dan pengaturan posisi. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pemulihan fungsi fisik, mengurangi nyeri, dan meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 9581 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh pegal-pegal di bagian panggul, dengan G2P1A0
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala pasien yang mengeluh pegal-pegal di bagian panggul dan riwayat obstetri G2P1A0, maka dapat ditentukan kode diagnosis dan kode tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M25.5
- Deskripsi: Nyeri sendi lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.7
- Deskripsi: Pemeriksaan fisik, tidak termasuk pemeriksaan mata dan telinga
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M25.5 (Nyeri sendi lainnya) dipilih karena pasien mengeluhkan pegal-pegal di bagian panggul, yang dapat dikategorikan sebagai nyeri sendi. Kode ini mencakup kondisi umum seperti nyeri, kekakuan, dan pembatasan gerakan sendi.
2. Kode ICD-9-CM 89.7 (Pemeriksaan fisik, tidak termasuk pemeriksaan mata dan telinga) dapat digunakan untuk mencatat tindakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk mengevaluasi kondisi pasien. Tindakan ini dapat mencakup pemeriksaan umum, termasuk palpasi, inspeksi, dan pengujian refleks.
Selain itu, dengan riwayat obstetri G2P1A0 (gravida 2, paritas 1, abortus 0), dokter atau perekam medis juga dapat mempertimbangkan kode terkait kondisi kehamilan atau persalinan sebelumnya, jika dianggap relevan dengan keluhan saat ini. -
Article No. 9582 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh pegal-pegal di bagian panggul, dengan G2P1A0
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengeluh pegal-pegal di bagian panggul, dengan status G2P1A0, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Muskuloskeletal
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensi kerusakan pada struktur muskuloskeletal.
Penyebab: Aktivitas fisik yang berlebihan, postur tubuh yang tidak tepat, ketegangan otot.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Nyeri Muskuloskeletal Terkontrol
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa nyeri pada struktur muskuloskeletal.
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien melaporkan adanya penurunan skala nyeri.
d. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan tanpa nyeri yang mengganggu.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Manajemen Nyeri
Tujuan: Membantu pasien dalam mengendalikan dan mengurangi nyeri yang dirasakan.
Aktivitas:
a. Kaji tingkat, karakteristik, dan penyebab nyeri pasien.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis dan nonfarmakologis yang sesuai.
c. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin.
d. Motivasi pasien untuk secara aktif terlibat dalam pengelolaan nyeri.
e. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik
Tujuan: Membantu pasien untuk dapat bergerak dan beraktivitas secara optimal.
Aktivitas:
a. Kaji kemampuan mobilitas fisik pasien.
b. Berikan latihan gerak dan rentang gerak yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Ajarkan pasien teknik penggunaan alat bantu gerak yang tepat.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk terapi latihan yang lebih komprehensif.
e. Evaluasi progress mobilitas fisik pasien dan lakukan modifikasi intervensi jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Nyeri Muskuloskeletal" dipilih karena pasien mengeluhkan pegal-pegal di bagian panggul, yang menunjukkan adanya nyeri pada struktur muskuloskeletal. Keluhan ini dapat disebabkan oleh aktivitas fisik yang berlebihan, postur tubuh yang tidak tepat, atau ketegangan otot.
Luaran yang diharapkan adalah "Nyeri Muskuloskeletal Terkontrol", dimana pasien dapat mengendalikan rasa nyeri yang dirasakan, mampu mengidentifikasi penyebab nyeri, mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan dapat beraktivitas tanpa nyeri yang mengganggu.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Nyeri dan Peningkatan Mobilitas Fisik. Manajemen Nyeri bertujuan untuk membantu pasien mengendalikan dan mengurangi nyeri yang dirasakan, melalui pengkajian nyeri, pemberian terapi farmakologis dan nonfarmakologis, serta edukasi teknik manajemen nyeri. Peningkatan Mobilitas Fisik bertujuan untuk membantu pasien dapat bergerak dan beraktivitas secara optimal, melalui pengkajian kemampuan mobilitas, pemberian latihan gerak dan rentang gerak, serta kolaborasi dengan fisioterapis.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Nyeri Muskuloskeletal Terkontrol" dan dapat kembali beraktivitas dengan optimal. -
Article No. 9583 | 21 Dec 2024
Klinis : Ny. B (30 tahun), status obsteri P2 Al nifas hari pertama, saat ini dirawat di ruang nifas. Pasien mengatakan ASI keluar sedikit dan bayi terlihat belum dapat menyusu. Riwayat menyusui pada anak pertama hanya diberikan 4 bulan dan sudah diberikan makanan tambahan sejak bayi berumur 3 hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ny. B.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Menyusui (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan ibu dan/atau bayi untuk mempertahankan pola menyusui yang efektif.
Faktor yang Berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang teknik menyusui yang benar, riwayat pemberian makanan tambahan dini pada bayi sebelumnya.
2. Risiko Gangguan Produksi ASI (SDKI)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan atau peningkatan produksi ASI yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi.
Faktor yang Berhubungan: Riwayat pemberian makanan tambahan dini pada bayi sebelumnya.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Menyusui (SDKI)
- Kaji teknik menyusui yang dilakukan oleh ibu dan bayi (SLKI)
- Berikan pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui yang benar (SIKI)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya ahli laktasi) untuk mendukung proses menyusui (SIKI)
2. Risiko Gangguan Produksi ASI (SDKI)
- Kaji faktor-faktor yang dapat memengaruhi produksi ASI (SLKI)
- Berikan edukasi tentang pentingnya menyusui eksklusif dan teknik untuk meningkatkan produksi ASI (SIKI)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya ahli laktasi) untuk mendukung peningkatan produksi ASI (SIKI)
Penjelasan Singkat:
Standar dokumentasi asuhan keperawatan di Indonesia mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh PPNI. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Ny. B adalah Ketidakefektifan Menyusui dan Risiko Gangguan Produksi ASI. Rencana asuhan keperawatan berfokus pada pengkajian, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mendukung proses menyusui dan meningkatkan produksi ASI. -
Article No. 9584 | 21 Dec 2024
Klinis : FOKUS INTERVENSI DARI BUKU SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) DARI KASUS BERIKUT : Ny. B (30 tahun), status obsteri P2 Al nifas hari pertama, saat ini dirawat di ruang nifas. Pasien mengatakan ASI keluar sedikit dan bayi terlihat belum dapat menyusu. Riwayat menyusui pada anak pertama hanya diberikan 4 bulan dan sudah diberikan makanan tambahan sejak bayi berumur 3 hari.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O92.3
- Deskripsi: Tidak cukup produksi ASI
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Konseling menyusui
Penjelasan:
Kondisi Ny. B dengan status obsteri P2 A1 pada hari pertama nifas, mengeluhkan produksi ASI yang kurang dan bayi belum dapat menyusu dengan baik. Riwayat menyusui pada anak pertama hanya diberikan selama 4 bulan dan sudah diberikan makanan tambahan sejak bayi berumur 3 hari. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam proses menyusui.
Kode ICD-10 O92.3 (Tidak cukup produksi ASI) sesuai dengan kondisi Ny. B yang mengalami produksi ASI yang sedikit. Kode ICD-9-CM 99.15 (Konseling menyusui) dapat dipertimbangkan sebagai salah satu tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk mendukung proses menyusui pada Ny. B, seperti memberikan edukasi dan konseling terkait teknik menyusui yang benar, manajemen laktasi, serta dukungan untuk meningkatkan produksi ASI. -
Article No. 9585 | 21 Dec 2024
Klinis : FOKUS INTERVENSI DARI BUKU SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) DARI KASUS BERIKUT : Ny. B (30 tahun), status obsteri P2 Al nifas hari pertama, saat ini dirawat di ruang nifas. Pasien mengatakan ASI keluar sedikit dan bayi terlihat belum dapat menyusu. Riwayat menyusui pada anak pertama hanya diberikan 4 bulan dan sudah diberikan makanan tambahan sejak bayi berumur 3 hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Menyusui (SDKI 2017)
Definisi: Keadaan di mana bayi gagal untuk mendapatkan cukup ASI selama menyusui.
2. Risiko Keterlambatan Perkembangan (SDKI 2017)
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami penurunan kemampuan untuk mencapai keterampilan, fungsi, atau kemandirian yang diharapkan sesuai dengan usia.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien. Dalam kasus ini, ditemukan dua diagnosa keperawatan, yaitu Ketidakefektifan Menyusui dan Risiko Keterlambatan Perkembangan.
SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan menyusui dan perkembangan bayi yang sesuai dengan usia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dari buku SIKI, fokus intervensi yang dapat dilakukan untuk kasus ini antara lain:
1. Manajemen Laktasi
- Mengkaji kemampuan menyusui ibu
- Mengajarkan teknik menyusui yang benar
- Membantu ibu mencegah dan mengatasi masalah menyusui
2. Stimulasi Perkembangan Bayi
- Mengkaji perkembangan bayi
- Memberikan stimulasi perkembangan sesuai usia bayi
- Mengajarkan orang tua teknik stimulasi perkembangan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan ibu dapat menyusui dengan efektif dan perkembangan bayi dapat berlangsung sesuai usia. -
Article No. 9586 | 21 Dec 2024
Klinis : FOKUS INTERVENSI DARI BUKU SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) DARI KASUS BERIKUT : Ny. B (30 tahun), status obsteri P2 Al nifas hari pertama, saat ini dirawat di ruang nifas. Pasien mengatakan ASI keluar sedikit dan bayi terlihat belum dapat menyusu. Riwayat menyusui pada anak pertama hanya diberikan 4 bulan dan sudah diberikan makanan tambahan sejak bayi berumur 3 hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Ny. B dengan fokus intervensi dari buku SIKI.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Menyusu
2. Ketidakcukupan Produksi ASI
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Menyusu
- SDKI: Ketidakmampuan bayi untuk mengkoordinasikan proses menghisap, menelan, dan bernapas yang efektif selama menyusu.
- SLKI: Meningkatkan kemampuan bayi untuk menyusu secara efektif.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Edukasi Teknik Menyusui, Fasilitasi Kontak Dini Kulit ke Kulit, dan Pendampingan Menyusui.
2. Ketidakcukupan Produksi ASI
- SDKI: Produksi ASI yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
- SLKI: Meningkatkan produksi ASI yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Edukasi Manajemen Laktasi, Terapi Rangsang Isap, dan Pendampingan Menyusui.
Fokus Intervensi dari Buku SIKI:
1. Edukasi Teknik Menyusui
- Tujuan: Memastikan bayi dapat menyusu dengan efektif.
- Kegiatan: Menjelaskan posisi dan perlekatan yang benar, mendemonstrasikan teknik menyusu, dan memberikan kesempatan praktik.
2. Pendampingan Menyusui
- Tujuan: Memastikan proses menyusu berjalan lancar.
- Kegiatan: Memantau dan mendampingi ibu saat menyusui, serta memberikan umpan balik dan dukungan.
3. Edukasi Manajemen Laktasi
- Tujuan: Meningkatkan produksi ASI yang adekuat.
- Kegiatan: Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI, teknik memompa ASI, dan manajemen pemberian ASI.
Dengan intervensi yang fokus pada edukasi, pendampingan, dan manajemen laktasi, diharapkan Ny. B dapat meningkatkan produksi ASI dan memastikan bayi dapat menyusu secara efektif. -
Article No. 9587 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan tidak nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengatakan tidak nyaman.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut merupakan kondisi di mana pasien mengalami pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Diagnosis ini dicirikan oleh ekspresi verbal atau nonverbal dari rasa tidak nyaman, perubahan tekanan darah, pernapasan, dan nadi, serta perubahan ekspresi wajah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis keperawatan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan penurunan rasa nyeri, mendemonstrasikan teknik meredakan nyeri, dan menunjukkan perilaku yang sesuai dalam mengatasi nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut meliputi manajemen nyeri, pemberian analgetik, terapi komplementer (seperti relaksasi, distraksi, atau terapi musik), serta edukasi dan konseling terkait nyeri.
Dalam penanganan pasien yang mengatakan tidak nyaman, perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab dan karakteristik nyeri yang dirasakan, serta menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kondisi yang lebih nyaman. -
Article No. 9589 | 21 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, dengan diagnosis awal adalah tuberkulosis paru, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Bronkoskopi diagnostik, termasuk pengambilan biopsi terbuka
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk mengkodekan tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Ini sesuai dengan gejala dan temuan pemeriksaan pasien.
- Kode ICD-9-CM 87.44 (Bronkoskopi diagnostik, termasuk pengambilan biopsi terbuka) dapat digunakan jika tindakan bronkoskopi dan pengambilan biopsi paru dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru.
Sebagai catatan, dalam praktik klinis, kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan untuk tujuan dokumentasi, pelaporan, dan penagihan pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan. -
Article No. 9590 | 21 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, adanya lesi di paru.
- Karakteristik: Batuk tidak efektif, sesak napas, suara napas bronkial.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan.
- Karakteristik: Penurunan berat badan.
3. Hipertermia
- Definisi: Suhu tubuh di atas nilai normal.
- Faktor yang Berhubungan: Proses penyakit (tuberkulosis paru).
- Karakteristik: Demam.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Memberikan panduan standar dalam menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan karakteristik dan faktor yang berhubungan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Memberikan panduan standar dalam menentukan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan panduan standar dalam menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dengan adanya panduan ini, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terukur, dan sesuai dengan praktik keperawatan profesional di Indonesia.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.
Wassalamualaikum.