Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9534 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya dengan keluhan demam tinggi, lemas, dan mudah memar. Orang tua juga melaporkan bahwa anak sering kali mengeluh sakit pada tulang dan mengalami perdarahan gusi. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan hepatosplenomegali dan beberapa lebam pada kulitnya. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan penurunan jumlah sel darah merah, sel darah putih yang sangat tinggi, dan trombosit yang sangat rendah. Dokter mendiagnosis anak tersebut dengan Leukimia Limfoblastik Akut (LLA). Apa masalah keperawatan utama dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme sel akibat leukemia limfoblastik akut (LLA).
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
- Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan, perubahan komposisi tubuh, penurunan massa otot, lemah, letih, apatis, dan perubahan kadar biokimia darah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Berat badan dalam rentang normal, komposisi tubuh sesuai usia, tidak ada tanda-tanda defisiensi nutrisi, dan kadar biokimia darah normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status nutrisi, pemberian nutrisi yang sesuai kebutuhan, edukasi gizi pada pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi asupan nutrisi.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat, menghindari komplikasi akibat defisiensi nutrisi, dan mendukung proses pengobatan leukemia limfoblastik akut. -
Article No. 9535 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya dengan keluhan demam tinggi, lemas, dan mudah memar. Orang tua juga melaporkan bahwa anak sering kali mengeluh sakit pada tulang dan mengalami perdarahan gusi. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan hepatosplenomegali dan beberapa lebam pada kulitnya. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan penurunan jumlah sel darah merah, sel darah putih yang sangat tinggi, dan trombosit yang sangat rendah. Dokter mendiagnosis anak tersebut dengan Leukimia Limfoblastik Akut (LLA). Apa masalah keperawatan utama dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dengan Leukimia Limfoblastik Akut (LLA).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fisik akibat anemia dan trombositopenia.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
3. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan penyakit kronis.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat penurunan jumlah sel darah putih.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan status fungsional dan tidak mengalami penurunan kemampuan.
- Pasien dapat mengelola kelelahan dan aktivitas sesuai dengan toleransinya.
2. Risiko Perdarahan:
- Pasien tidak mengalami perdarahan aktif.
- Pasien dapat mempertahankan status hemodinamik yang stabil.
- Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang sesuai.
3. Kelelahan:
- Pasien dapat mengelola energi dan aktivitas sesuai dengan toleransinya.
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
4. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat mempertahankan status imunitas yang optimal.
- Pasien dan keluarga dapat mengenali tanda-tanda infeksi dan mengambil tindakan yang sesuai.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitoring tanda-tanda vital dan toleransi aktivitas.
- Pengaturan aktivitas dan istirahat sesuai dengan kondisi pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
2. Risiko Perdarahan:
- Pemantauan tanda-tanda perdarahan.
- Pencegahan cedera fisik dan trauma.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda perdarahan dan manajemen yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
3. Kelelahan:
- Manajemen energi dan aktivitas.
- Penyediaan lingkungan yang nyaman dan mendukung istirahat.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen kelelahan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
4. Risiko Infeksi:
- Pemantauan tanda-tanda infeksi.
- Pencegahan infeksi melalui teknik aseptik dan pencucian tangan.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan utama yang muncul berdasarkan kasus ini adalah Intoleransi Aktivitas, Risiko Perdarahan, Kelelahan, dan Risiko Infeksi. Hal ini didasarkan pada gejala-gejala yang dialami oleh pasien, seperti demam, lemas, mudah memar, perdarahan gusi, serta hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan penurunan sel darah merah, peningkatan sel darah putih, dan trombositopenia.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, tidak mengalami perdarahan aktif, dapat mengelola kelelahan, serta dapat mempertahankan status imunitas yang optimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital dan toleransi aktivitas, edukasi pasien dan keluarga, pencegahan cedera dan infeksi, serta kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup selama menjalani perawatan untuk Leukimia Limfoblastik Akut (LLA). -
Article No. 9536 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 5 tahun didiagnosis dengan Retinoblastoma pada mata kanan setelah orang tua menyadari adanya kelainan pada refleks mata saat difoto dengan flash. Anak ini akan menjalani perawatan dengan kemoterapi dan kemungkinan pengangkatan mata kanan. Orang tua terlihat sangat cemas dan takut terhadap kemungkinan kehilangan penglihatan permanen pada anak mereka. Anak juga tampak gelisah dan sering menangis, serta menunjukkan perilaku penolakan terhadap pengobatan. Apa masalah keperawatan utama dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan menganalisis masalah keperawatan utama yang dialami oleh anak perempuan berusia 5 tahun dengan diagnosa retinoblastoma pada mata kanan, berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Masalah Keperawatan Utama:
1. Kecemasan Orang Tua
- SDKI: Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
- SLKI: Tingkat Kecemasan Menurun
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan:
Orang tua pasien tampak sangat cemas dan takut terhadap kemungkinan kehilangan penglihatan permanen pada anak mereka. Hal ini merupakan reaksi normal terhadap situasi yang mengancam, namun membutuhkan intervensi keperawatan untuk membantu menurunkan tingkat kecemasan orang tua.
2. Ketidakpatuhan Anak terhadap Pengobatan
- SDKI: Ketidakpatuhan
- Definisi: Perilaku tidak mengikuti rencana pengobatan yang disepakati oleh pasien dan tenaga kesehatan.
- SLKI: Kepatuhan Meningkat
- SIKI: Manajemen Ketidakpatuhan
Penjelasan:
Anak pasien menunjukkan perilaku penolakan terhadap pengobatan, seperti kemoterapi dan kemungkinan pengangkatan mata kanan. Hal ini dapat menghambat proses pengobatan dan pemulihan, sehingga membutuhkan intervensi keperawatan untuk meningkatkan kepatuhan anak terhadap rencana pengobatan.
3. Kecemasan Anak
- SDKI: Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
- SLKI: Tingkat Kecemasan Menurun
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan:
Anak pasien tampak gelisah dan sering menangis, yang menunjukkan adanya kecemasan. Kecemasan pada anak dapat menghambat proses pengobatan dan pemulihan, sehingga membutuhkan intervensi keperawatan untuk membantu menurunkan tingkat kecemasan anak.
Dengan mengatasi masalah-masalah keperawatan utama ini, diharapkan dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan orang tua dan anak, meningkatkan kepatuhan anak terhadap pengobatan, serta mendukung proses pengobatan dan pemulihan secara optimal. -
Article No. 9537 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, dengan riwayat lahir prematur pada usia kehamilan 30 minggu, didiagnosis dengan cerebral palsy (CP) tipe spastik. Anak ini mengalami keterlambatan perkembangan motorik, kesulitan berbicara, dan kekakuan pada otot-otot ekstremitas. Orang tua melaporkan bahwa anak sering kali tampak kesulitan saat mencoba berjalan dan cenderung terjatuh. Saat ini, anak tersebut juga mulai mengalami kesulitan dalam makan karena adanya gangguan kontrol otot mulut. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya menganalisis kasus ini dengan menggunakan standar dokumentasi keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Masalah keperawatan utama pada kasus anak laki-laki berusia 4 tahun dengan riwayat cerebral palsy (CP) tipe spastik ini adalah:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakstabilan Neuromuskular
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk mengontrol gerakan motorik akibat gangguan pada sistem saraf pusat dan otot.
Penjelasan:
- Anak ini mengalami keterlambatan perkembangan motorik, kesulitan berbicara, dan kekakuan pada otot-otot ekstremitas, yang merupakan manifestasi utama dari kondisi cerebral palsy tipe spastik.
- Orang tua melaporkan bahwa anak sering kali tampak kesulitan saat mencoba berjalan dan cenderung terjatuh, menunjukkan adanya gangguan kontrol motorik.
- Anak juga mulai mengalami kesulitan dalam makan karena adanya gangguan kontrol otot mulut, yang merupakan dampak dari ketidakstabilan neuromuskular.
Berdasarkan diagnosa keperawatan ini, perawat dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dengan menggunakan standar luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai, sehingga dapat membantu anak dan keluarga dalam mengelola kondisi cerebral palsy secara optimal. -
Article No. 9538 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang bayi laki-laki yang baru lahir dengan omfalokel pada usia kehamilan 37 minggu dibawa ke ruang perawatan intensif neonatal (NICU). Setelah kelahiran, bayi ini mengalami kesulitan dalam menjaga suhu tubuhnya karena sebagian organ perutnya (usus dan bagian lainnya) terpapar keluar melalui celah dinding perut. Bayi ini sering menunjukkan tanda-tanda hipotermia, dengan suhu tubuh yang rendah (di bawah 36,5°C), meskipun sudah diberikan pemanas ruangan dan pakaian penghangat. Tim medis sedang mempersiapkan bayi ini untuk operasi penutupan omfalokel, tetapi untuk saat ini bayi perlu pemantauan lebih lanjut dan perawatan khusus untuk menjaga suhu tubuh. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama pada kasus bayi laki-laki baru lahir dengan omfalokel adalah Ketidakefektifan Pengaturan Suhu Tubuh. Kondisi ini terjadi karena sebagian organ perut (usus dan bagian lainnya) bayi terpapar keluar melalui celah dinding perut, sehingga bayi mengalami kesulitan dalam menjaga suhu tubuhnya.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Suhu Tubuh
- Kriteria hasil: Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C) selama perawatan.
- Indikator:
- Suhu tubuh bayi stabil dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda hipotermia (misalnya menggigil, ekstremitas dingin, warna kulit pucat)
- Bayi tampak nyaman dan aktif
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Suhu
- Mempertahankan lingkungan yang hangat dan terkendali, misalnya menggunakan inkubator atau pemanas ruangan
- Menyediakan pakaian dan selimut yang cukup untuk menjaga kehangatan bayi
- Memantau suhu tubuh bayi secara teratur dan melakukan tindakan segera jika terjadi penurunan suhu
- Melakukan langkah-langkah untuk mencegah kehilangan panas, seperti mengurangi waktu bayi berada di luar inkubator atau pemanas
- Memberikan asupan nutrisi dan cairan yang cukup untuk mendukung metabolisme dan produksi panas
2. Manajemen Perawatan Luka
- Melakukan perawatan luka omfalokel dengan teknik aseptik dan memantau tanda-tanda infeksi
- Menjaga kelembaban luka dengan menggunakan penutup luka yang sesuai
- Memberikan terapi farmakologis sesuai indikasi, misalnya antibiotik untuk mencegah infeksi
3. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan
- Berkoordinasi dengan tim medis (dokter, ahli gizi, dan lain-lain) dalam merencanakan dan mengevaluasi perawatan bayi
- Memfasilitasi komunikasi dan pertukaran informasi yang efektif antara tim kesehatan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan bayi dapat mempertahankan stabilitas suhu tubuhnya, mencegah komplikasi, dan mempersiapkan diri untuk tindakan operasi penutupan omfalokel. -
Article No. 9539 | 21 Dec 2024
Klinis : intervensi untuk nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk menangani kondisi nyeri akut.
Diagnosis Keperawatan SDKI untuk Nyeri Akut:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut adalah "Nyeri Akut" (SDKI 2017). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut. Nyeri akut memiliki onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dengan durasi kurang dari 3 bulan dan berakhir ketika penyebab nyeri telah teratasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/outcome sebagai berikut:
1. Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri hingga berada pada tingkat yang dapat ditolerir.
2. Fungsi yang Membaik: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman tanpa hambatan nyeri.
3. Koping yang Efektif: Pasien dapat menunjukkan strategi koping yang efektif dalam mengatasi nyeri.
4. Pengetahuan yang Memadai: Pasien dan keluarga dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, serta teknik-teknik penanganan nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas)
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri (fisiologis, psikologis, lingkungan, sosial)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, terapi musik, kompres hangat/dingin)
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
2. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan penyebab dan patofisiologi nyeri
- Ajarkan tentang penggunaan analgesik dan efek sampingnya
- Latih penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
- Dorong partisipasi aktif pasien dan keluarga dalam manajemen nyeri
3. Kolaborasi Interprofesional
- Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli fisioterapi, ahli farmasi) untuk perencanaan dan implementasi intervensi yang komprehensif
- Lakukan rujukan ke spesialis nyeri jika diperlukan
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol, fungsi yang membaik, koping yang efektif, serta pengetahuan yang memadai tentang manajemen nyeri. -
Article No. 9540 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak berusia 10 bulan, masuk ke unit gawat darurat pediatrik karena sesak napas dan memburuk saat menangis. Klien terlihat lemah dan pucat, jari tangan, kaki, kuku, dan bibir tampak kebiruan. Keluarganya mengeluhkan berat badan anak susah naik dan nafsu berkurang sejak 6 bulan yang lalu. Bunyi jantung murmur, dan hasil ECHO terdapat VSD sedang. Saat pemeriksaan didapatkan bentuk clubbing finger, pada pemeriksaan pernapasan didapatkan klien mengalami ortopnea. Apa masalah keperawatan utama dalam kasus tersebut? * Pola napas tidak efektif Penurunan curah jantung Defisit nutrisi Resiko infeksi Risiko pendarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama dalam kasus tersebut adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Klien mengalami sesak napas yang memburuk saat menangis, serta ortopnea, yang menunjukkan adanya gangguan pada pola pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi Ventricular Septal Defect (VSD) yang diderita klien.
2. Penurunan Curah Jantung
Penjelasan:
Klien menunjukkan tanda-tanda gagal jantung, seperti lemah, pucat, dan sianosis pada ekstremitas dan bibir. Kondisi VSD yang menyebabkan shunt kiri-kanan dapat mengganggu fungsi pompa jantung, sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung.
3. Defisit Nutrisi
Penjelasan:
Keluarga klien mengeluhkan berat badan anak susah naik dan nafsu makan berkurang sejak 6 bulan yang lalu. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi klien yang mengalami sesak napas dan gangguan fungsi jantung, sehingga mempengaruhi asupan dan penyerapan nutrisi.
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus ini adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Penurunan Curah Jantung
3. Defisit Nutrisi
Masing-masing masalah keperawatan tersebut memiliki definisi, faktor terkait, karakteristik, luaran, dan intervensi keperawatan yang spesifik sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 9541 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan kelelahan yang semakin memburuk, kulit tampak pucat, dan sering mengeluh pusing serta sesak napas setelah beraktivitas ringan. Orang tua anak melaporkan bahwa anak ini sudah sering menjalani transfusi darah sejak usia 2 tahun karena diagnosis thalassemia. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan kadar hemoglobin yang signifikan. Anak ini juga memiliki pembesaran limpa dan hati. Orang tua merasa khawatir tentang kondisi kesehatan anaknya dan membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai perawatan yang tepat. Apa masalah keperawatan utama dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut saya sampaikan analisis dan diagnosa keperawatan utama untuk kasus yang Anda deskripsikan:
Masalah Keperawatan Utama:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan anemia dan penyakit thalassemia yang diderita anak.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, anak laki-laki berusia 6 tahun ini datang dengan keluhan kelelahan yang semakin memburuk, kulit tampak pucat, sering pusing dan sesak napas setelah beraktivitas ringan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan kadar hemoglobin yang signifikan, serta adanya pembesaran limpa dan hati. Hal ini mengindikasikan bahwa anak mengalami anemia dan komplikasi terkait penyakit thalassemia yang dideritanya sejak usia 2 tahun.
Diagnosa Keperawatan SDKI: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Faktor Berhubungan (SLKI): Anemia, Penyakit thalassemia, Pembesaran limpa dan hati.
Gejala/Tanda Klinik (SIKI): Kelelahan, Kulit pucat, Sering pusing, Sesak napas setelah aktivitas ringan.
Masalah ini membutuhkan intervensi keperawatan yang tepat untuk meningkatkan toleransi aktivitas anak, serta manajemen perawatan yang komprehensif untuk mengelola penyakit thalassemia yang dideritanya. Kerja sama yang erat antara perawat, orang tua, dan tim kesehatan lainnya sangat diperlukan untuk memberikan perawatan yang optimal bagi anak. -
Article No. 9542 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 4 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan adanya pembengkakan pada perut sebelah kiri yang semakin membesar dalam beberapa minggu terakhir. Orang tua anak juga melaporkan bahwa anak tersebut sering merasa lelah, nafsu makan berkurang, dan mengalami demam ringan. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mendiagnosis anak tersebut dengan Tumor Wilms yang terlokalisir di ginjal kiri. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa tumor belum menyebar, namun ada peningkatan kadar kreatinin serum yang menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal. Apa masalah keperawatan utama dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama yang dapat diidentifikasi adalah:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia akibat tumor Wilms.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai keadaan di mana asupan zat gizi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Penyebabnya dapat berupa anoreksia, mual, atau muntah akibat efek samping pengobatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari masalah ini adalah pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal, mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan, dan tidak mengalami komplikasi akibat malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen nutrisi: mengevaluasi asupan nutrisi, memantau berat badan, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
2. Manajemen mual dan muntah: pemberian antiemetik, pengaturan pola makan, dan teknik relaksasi.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat selama pengobatan.
Dengan penanganan yang komprehensif dari tim medis dan perawat, diharapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada pasien anak dengan tumor Wilms dapat diatasi. -
Article No. 9543 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 9 tahun, yang baru saja didiagnosis dengan DHF grade 3, dirawat di ruang PICU. Anak ini menunjukkan tanda-tanda dehidrasi berat, dengan kulit yang kering, suhu tubuh yang tinggi (39°C), dan ekstremitas yang dingin serta berwarna kebiruan. Denyut nadi cepat (130x/menit) dan tekanan darah rendah (80/50 mmHg). Anak tersebut juga menunjukkan penurunan urin output dan sulit bergerak karena rasa pusing dan lemah. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya perdarahan gusi dan memar yang meluas di beberapa bagian tubuh. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, perkenalkan saya Perawat profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berdasarkan kasus yang Anda paparkan, masalah keperawatan utama pada pasien anak perempuan berusia 9 tahun dengan diagnosa DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) grade 3 adalah:
1. Kekurangan Volume Cairan (Defisit Volume Cairan)
- SDKI: Kekurangan Volume Cairan
- Definisi: Penurunan jumlah cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Penjelasan: Pasien mengalami tanda-tanda dehidrasi berat seperti kulit kering, suhu tinggi, ekstremitas dingin dan sianosis, serta penurunan output urin, yang mengindikasikan adanya kekurangan volume cairan.
2. Perdarahan
- SDKI: Perdarahan
- Definisi: Keluarnya darah dari sistem vaskular yang melebihi mekanisme pembekuan normal.
- Penjelasan: Pasien menunjukkan adanya perdarahan gusi dan memar yang meluas di beberapa bagian tubuh, yang merupakan tanda-tanda perdarahan akibat trombositopenia pada DHF grade 3.
3. Penurunan Mobilitas Fisik
- SDKI: Penurunan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- Penjelasan: Pasien menunjukkan sulit bergerak karena rasa pusing dan lemah, yang dapat disebabkan oleh hipovolemia dan hipotensi.
Berdasarkan SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan intake-output
- Pemberian cairan intravena untuk mengatasi kekurangan volume cairan
- Pemberian produk darah (trombosit) untuk mengatasi perdarahan
- Pemberian antipiretik dan analgesik untuk menurunkan demam
- Mobilisasi bertahap untuk meningkatkan mobilitas fisik
- Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit dan perawatannya
Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memahami masalah keperawatan dan penanganannya pada pasien anak dengan DHF grade 3. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. Wassalamualaikum.