Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11560 | 27 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri bagian perut sebelah kanan pada kista ovarium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengeluh nyeri bagian perut sebelah kanan pada kista ovarium.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patofisiologis kista ovarium
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
- Tanda dan gejala: Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut sebelah kanan yang diakibatkan oleh adanya kista ovarium.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri, menunjukkan toleransi terhadap nyeri, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, Pengaturan posisi, Terapi relaksasi, Terapi farmakologi, Edukasi tentang nyeri dan manajemennya.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat
Penjelasan singkat ini diberikan dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai diagnosa keperawatan, standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengeluh nyeri bagian perut sebelah kanan pada kista ovarium. Sebagai pakar keperawatan, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pendekatan keperawatan dalam menangani kasus ini. -
Article No. 11561 | 27 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri bagian perut sebelah kanan pada kista ovarium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Faktor Terkait:
- Agen cedera biologis (kista ovarium)
Karakteristik Mayor:
- Laporan nyeri
- Perubahan ekspresi wajah
- Perubahan tanda-tanda vital
Penjelasan Singkat:
SDKI - Nyeri Akut adalah diagnosa keperawatan yang tepat untuk pasien dengan keluhan nyeri pada bagian perut sebelah kanan akibat kista ovarium. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI - Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan nyeri akut akibat kista ovarium adalah pasien dapat melaporkan berkurangnya nyeri, mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal, dan menunjukkan ekspresi wajah yang lebih relaks.
SIKI - Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut akibat kista ovarium meliputi manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi komplementer, dan edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat -
Article No. 11562 | 27 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri bagian perut sebelah kanan pada kista ovarium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan adanya kista ovarium
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu. Nyeri akut berhubungan dengan kista ovarium disebabkan oleh peregangan kapsul ovarium akibat pembesaran kista.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari manajemen nyeri akut pada pasien dengan kista ovarium adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami nyeri, serta pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut pada pasien dengan kista ovarium meliputi:
1. Manajemen nyeri: Menilai karakteristik nyeri, memberikan analgesik sesuai resep, dan mengajarkan teknik nonfarmakologis seperti distraksi, relaksasi, dan kompres hangat.
2. Edukasi: Memberikan informasi mengenai penyebab nyeri, gejala, dan penanganan nyeri.
3. Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll) untuk memperoleh penanganan komprehensif.
Peran perawat dalam manajemen nyeri pada pasien dengan kista ovarium adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat, serta mengevaluasi efektivitas intervensi dalam mengatasi nyeri pasien. -
Article No. 11563 | 27 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri bagian perut sebelah kanan pada kista ovarium
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri bagian perut sebelah kanan pada kista ovarium adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (NANDA, 2018). Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri akut yang disebabkan oleh adanya kista ovarium di area perut sebelah kanan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan.
4. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
5. Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri pasien (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas)
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis yang sesuai
- Ajarkan dan bantu pasien menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Pantau efektivitas intervensi dalam menurunkan nyeri
2. Peningkatan Tidur
- Kaji pola tidur dan kebiasaan tidur pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur pasien
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur (suhu, pencahayaan, suara)
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis untuk meningkatkan kualitas tidur, jika diperlukan
3. Peningkatan Aktivitas
- Kaji kemampuan fungsional pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Buat rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien
- Ajarkan teknik-teknik untuk melakukan aktivitas dengan nyaman
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri, peningkatan kemampuan mengelola nyeri, adaptasi terhadap nyeri, peningkatan aktivitas, dan kualitas tidur yang memadai. -
Article No. 11514 | 27 Jan 2025
Klinis : diagnosa keperawatan yang muncul jika pasein hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien dengan hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengambil tindakan untuk memelihara kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang manajemen hipertensi, kurangnya motivasi, dan keterbatasan sumber daya.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan tekanan darah, penurunan curah jantung, dan kelelahan.
3. Risiko Komplikasi
- Definisi: Berisiko mengalami cedera atau komplikasi akibat hipertensi.
- Faktor yang berhubungan: Kontrol tekanan darah yang buruk, komplikasi penyakit lain, dan gaya hidup yang tidak sehat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah panduan untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan mengklasifikasikan diagnosa keperawatan yang digunakan di Indonesia. Diagnosa keperawatan yang disebutkan sebelumnya mengacu pada SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan mengklasifikasikan luaran keperawatan yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI terkait dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi, seperti peningkatan pengetahuan tentang manajemen hipertensi, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah panduan untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan mengklasifikasikan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. Intervensi keperawatan terkait dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi, seperti edukasi tentang manajemen hipertensi, latihan fisik, dan pemantauan komplikasi.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan membantu menjaga kualitas dan konsistensi perawatan yang diberikan, serta memastikan bahwa intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 11515 | 27 Jan 2025
Klinis : Nn. Z, Perempuan 55 tahun datang ke RSAM dengan keluhan demam sejak kurang lebih 2 minggu SMRS. Demam dirasakan terus menerus, berlangsung sepanjang hari yang tidak disertai dengan menggigil. Demam menurun jika pasien meminum obat penurun panas dan kembali demam beberapa saat setelahnya. Sejak kurang lebih 1 minggu SMRS pasien mengaku mata beserta badan pasien terlihat kuning. Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual dan muntah, serta buang air kecil (BAK) seperti warna teh. Nyeri ulu hati terjadi hilang timbul, seperti tertusuk-tusuk dan tidak menyebar, dan terasa hilang saat pasien istirahat. Semenjak sakit nafsu makan pasien berkurang karena sering merasakan mual bahkan sampai muntah. Muntah terjadi lebih dari 5x/hari berupa makanan yang dimakan tanpa disertai darah sebanyak kurang lebih 5 gelas belimbing, dan setiap makan pasien akan muntah-muntah. Pasien baru pertama kali mengalami gejala seperti ini, di keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti ini, tapi pasien mengaku dilingkungan rumahnya ada yang menderita gejala yang sama. Pasien belum pernah melakukan tranfusi darah dan memakai obat-obatan melalui jarum suntik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dengan kesadaran kompomentis, keadaan umum tampak sakit sedang, berat badan menurun 3 Kg dari berat sebelumnya, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit regular, isi cukup, respirasi 24x/menit, dengan temperatur aksila 36,4 ºC. Pada pemeriksaan mata pada konjungtiva palpebra anemis, sklera ikterik, tidak ada oedem palpebra pada pemeriksaan THT tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan dada tampak simetris, suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada. Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur tidak ada. Pemeriksaan abdomen tidak tampak distensi, terdapat nyeri epigastrium, bising usus normal, hepar teraba 3 jari dibawah arcus costae dan lien tidak teraba. Pemeriksaan ektrstremitas ikterik, hangat dan tidak ditemukan oedem. Dari pemeriksaan laboratorium tanggal 23 September 2012 didapatkan Hb 12,9 g/dL, Leukosit 7,4x103/uL, Hematokrit 40,3 %, Trombosit 418x103/uL, Hitung Jenis Leukosit ; Lymfosit 29,8 % , Monosit 7,7 %, Neutrofil segmen 62,5%, Laju endap darah 23 mm/jam. SGOT 46 u/L, SGPT 12 u/L, Bilirubin total 13,62 mg/dl, HBSAg Negatif, Anti HAV Total Positif. Urobilinogen urin positif, dan bilirubin urin + 3. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa dengan hepatitis akut disebabkan oleh virus hepatitis A.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan, SDKI - SLKI - SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Federation of NANDA International, 2018).
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pengurangan nyeri, dan edukasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian analgesik, terapi panas/dingin, dan teknik relaksasi.
2. Diagnosa Keperawatan: Mual dan Muntah
- SDKI: Mual dan muntah adalah perasaan tidak nyaman dan keinginan untuk mengeluarkan isi lambung yang disertai kontraksi otot perut (International Federation of NANDA International, 2018).
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen mual dan muntah, pemberian antiemetik, dan edukasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian antiemetik, observasi tanda-tanda vital, dan edukasi.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya keterbatasan (International Federation of NANDA International, 2018).
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, peningkatan aktivitas, dan peningkatan energi.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan aktivitas, pemberian terapi oksigen, dan latihan fisik.
Catatan:
- Diagnosa keperawatan di atas berdasarkan gejala dan kondisi yang dialami oleh pasien Nn. Z.
- SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. -
Article No. 11517 | 27 Jan 2025
Klinis : Nn. Z, Perempuan 55 tahun datang ke RSAM dengan keluhan demam sejak kurang lebih 2 minggu SMRS. Demam dirasakan terus menerus, berlangsung sepanjang hari yang tidak disertai dengan menggigil. Demam menurun jika pasien meminum obat penurun panas dan kembali demam beberapa saat setelahnya. Sejak kurang lebih 1 minggu SMRS pasien mengaku mata beserta badan pasien terlihat kuning. Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual dan muntah, serta buang air kecil (BAK) seperti warna teh. Nyeri ulu hati terjadi hilang timbul, seperti tertusuk-tusuk dan tidak menyebar, dan terasa hilang saat pasien istirahat. Semenjak sakit nafsu makan pasien berkurang karena sering merasakan mual bahkan sampai muntah. Muntah terjadi lebih dari 5x/hari berupa makanan yang dimakan tanpa disertai darah sebanyak kurang lebih 5 gelas belimbing, dan setiap makan pasien akan muntah-muntah. Pasien baru pertama kali mengalami gejala seperti ini, di keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti ini, tapi pasien mengaku dilingkungan rumahnya ada yang menderita gejala yang sama. Pasien belum pernah melakukan tranfusi darah dan memakai obat-obatan melalui jarum suntik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dengan kesadaran kompomentis, keadaan umum tampak sakit sedang, berat badan menurun 3 Kg dari berat sebelumnya, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit regular, isi cukup, respirasi 24x/menit, dengan temperatur aksila 36,4 ºC. Pada pemeriksaan mata pada konjungtiva palpebra anemis, sklera ikterik, tidak ada oedem palpebra pada pemeriksaan THT tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan dada tampak simetris, suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada. Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur tidak ada. Pemeriksaan abdomen tidak tampak distensi, terdapat nyeri epigastrium, bising usus normal, hepar teraba 3 jari dibawah arcus costae dan lien tidak teraba. Pemeriksaan ektrstremitas ikterik, hangat dan tidak ditemukan oedem. Dari pemeriksaan laboratorium tanggal 23 September 2012 didapatkan Hb 12,9 g/dL, Leukosit 7,4x103/uL, Hematokrit 40,3 %, Trombosit 418x103/uL, Hitung Jenis Leukosit ; Lymfosit 29,8 % , Monosit 7,7 %, Neutrofil segmen 62,5%, Laju endap darah 23 mm/jam. SGOT 46 u/L, SGPT 12 u/L, Bilirubin total 13,62 mg/dl, HBSAg Negatif, Anti HAV Total Positif. Urobilinogen urin positif, dan bilirubin urin + 3. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa dengan hepatitis akut disebabkan oleh virus hepatitis A.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum akibat penyakit.
- Ciri-ciri utama: Pasien mengalami penurunan berat badan 3 kg dan sering merasakan mual-muntah sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
- Ciri-ciri utama: Pasien mengalami penurunan nafsu makan, sering merasakan mual-muntah hingga muntah lebih dari 5 kali per hari.
3. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses penyakit (hepatitis akut).
- Ciri-ciri utama: Pasien mengeluh nyeri pada epigastrium yang hilang timbul, seperti tertusuk-tusuk namun tidak menyebar.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
- Ciri-ciri utama: Pasien mengalami demam terus-menerus selama 2 minggu dan terdapat tanda-tanda infeksi pada pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kondisi.
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah yang berlebihan.
3. Kontrol Nyeri:
- Pasien dapat mengontrol nyeri epigastrium dengan bantuan analgesik dan istirahat.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya nyeri.
4. Bebas Infeksi:
- Pasien tidak mengalami demam dan tanda-tanda infeksi lainnya.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital dan respon tubuh terhadap aktivitas.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Monitor asupan dan output nutrisi pasien.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan menarik selera.
- Ajarkan teknik makan kecil tapi sering untuk mengurangi mual dan muntah.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi dokter.
3. Kontrol Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri pasien.
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk manajemen nyeri yang optimal.
4. Bebas Infeksi:
- Monitor tanda-tanda infeksi dan suhu tubuh secara rutin.
- Berikan terapi antipiretik sesuai instruksi dokter.
- Lakukan perawatan berbasis bukti untuk mencegah komplikasi infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik yang sesuai.
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas dengan nada akademis dan persona pakar perawat. -
Article No. 11518 | 27 Jan 2025
Klinis : Seorang anak A berumur 6 tahun digendong ibunya untuk diperiksa di poli anak, karena badannya panas sejak 2 hari yang lalu. Anak tersebut menangis kuat dan memeluk erat ibunya tidak mau diperiksa oleh dokter atau perawat yang memakai pakaian putih. Menurut ibunya anak tersebut trauma dengan lingkungan RS dan petugas kesehatan, karena pernah dirawat dengan diagnosis demam berdarah, dan pada saat dirawat sebelumnya anak mendapatkan tusukan beberapa kali saat pemasangan infus dan pemeriksaan trombosit. Ibu juga menambahkan bahwa perawat/dokter yang kontak dengan pasien sering hadir hanya untuk melakukan tindakan inyasif tanpa komunikasi yang baik atau melihat pesiapan, anak dalam menerima indakan. Saat ini anak akan dilakukan prosedur pemasangan infus dan pengambilan sampel darah vena. Tugas: Mahasiswa membuat laporan berupa narasi tentang penyelesaian masalah berdasarkan data kasus di atas, narasi tersebut mencakup: a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut (diperbolehkan untuk melengkapi data tambahan) b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) berdasarkan SDKI sesuai kasus c. Rencana tindakan berdasarkan SIKI untuk mengatasi masalah (kaitkan dengan prinsip keperawatan anak, dan penerapan evidence based practice) dan rasionalisasi dari tindakan tersebut d. Evaluasi tujuan yang akan dicapai
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Laporan Penyelesaian Masalah Keperawatan
a. Data yang perlu dikaji terkait kondisi psikologis anak tersebut:
- Anak berusia 6 tahun, yang pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnosis demam berdarah.
- Anak memiliki trauma dengan lingkungan rumah sakit dan petugas kesehatan yang menggunakan pakaian putih.
- Anak menangis kuat dan memeluk erat ibunya saat akan diperiksa oleh dokter atau perawat.
- Anak tidak mau diperiksa atau menjalani prosedur medis seperti pemasangan infus dan pengambilan sampel darah.
- Ibu mengungkapkan bahwa perawat/dokter sering melakukan tindakan invasif tanpa komunikasi yang baik atau memperhatikan kesiapan anak.
b. Rumusan masalah (diagnosis keperawatan) berdasarkan SDKI:
Diagnosis Keperawatan: Kecemasan Anak berhubungan dengan pengalaman traumatik sebelumnya di rumah sakit.
c. Rencana tindakan berdasarkan SIKI untuk mengatasi masalah:
1. Pendekatan Terapeutik dan Komunikasi
- Membangun rapport dan kepercayaan anak dengan pendekatan yang lembut dan ramah.
- Melibatkan anak dalam komunikasi dan memberikan penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami.
- Memberikan dukungan emosional dan distraksi yang sesuai dengan usia anak.
2. Manajemen Rasa Nyaman
- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak, seperti menggunakan warna-warna cerah dan mainan yang menarik.
- Memberikan anak kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan petugas kesehatan.
3. Manajemen Prosedur
- Melakukan prosedur medis secara bertahap dan memberikan informasi kepada anak sebelum melakukan tindakan.
- Melibatkan orang tua dalam setiap langkah prosedur untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
- Menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan, seperti relaksasi, distraksi, dan pemberian sensasi menyenangkan.
Rasionalisasi:
- Pendekatan terapeutik dan komunikasi yang baik dapat membangun kepercayaan anak dan mengurangi kecemasan.
- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman dapat membantu anak beradaptasi dengan situasi baru.
- Melibatkan orang tua dan memberikan informasi secara bertahap dapat mempersiapkan anak secara psikologis untuk menerima prosedur medis.
- Penggunaan teknik non-farmakologis dapat mengurangi rasa sakit dan kecemasan anak selama prosedur medis.
d. Evaluasi tujuan yang akan dicapai:
- Anak dapat kooperatif dan tenang selama prosedur medis dilakukan.
- Anak tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang berlebihan, seperti menangis, memukul, atau menolak prosedur.
- Anak dapat menerima prosedur medis dengan perasaan aman dan nyaman.
- Anak dan orang tua merasa puas dengan pendekatan dan komunikasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan. -
Article No. 11519 | 27 Jan 2025
Klinis : pasien laki laki usia 45 tahun dengan sesak nafas dan batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien laki-laki usia 45 tahun dengan sesak napas dan batuk, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Karakteristik Definisi: Batuk tidak efektif, irama napas tidak teratur, adanya suara napas tambahan (mengi, ronki, wheezing), dypsnea.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan sekresi jalan napas, iritasi saluran napas, kelemahan otot pernapasan.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihnya saluran napas.
- Kriteria Hasil:
1) Frekuensi napas dalam rentang normal
2) Tidak ada suara napas tambahan
3) Tidak ada kesulitan bernafas
4) Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
5) Vital sign dalam batas normal
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki bersihnya jalan napas.
- Aktivitas Keperawatan:
1) Evaluasi status pernapasan pasien secara berkala
2) Berikan oksigen sesuai indikasi
3) Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika diperlukan
4) Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
5) Kolaborasi pemberian bronkodilator atau mukolitik sesuai indikasi
6) Kolaborasi dengan fisioterapis untuk melakukan fisioterapi dada jika diperlukan
7) Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan
8) Pantau tanda-tanda vital secara berkala
Dalam kasus ini, pasien laki-laki usia 45 tahun dengan keluhan sesak napas dan batuk memiliki diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas, di mana pasien dapat mempertahankan bersihnya saluran napas dengan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada kesulitan bernapas, pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif, dan vital sign dalam batas normal.
Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Jalan Napas, di mana perawat akan melakukan tindakan-tindakan seperti evaluasi status pernapasan, pemberian oksigen, suction, pembelajaran teknik batuk efektif, kolaborasi dengan pemberian bronkodilator atau mukolitik, fisioterapi dada, serta pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihnya jalan napas dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 11497 | 26 Jan 2025
Klinis : Pertolongan pertama saat lambung apa Pinggangnya juga
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Maaf, saya tidak dapat memberikan kode ICD-10 atau ICD-9-CM yang spesifik untuk kondisi yang Anda gambarkan karena informasi yang diberikan terlalu umum. Kondisi "Pertolongan pertama saat lambung apa Pinggangnya juga" tidak cukup jelas untuk menentukan diagnosis atau tindakan medis yang spesifik. Kode ICD-10 dan ICD-9-CM biasanya digunakan untuk menggambarkan kondisi medis dan prosedur yang lebih spesifik.
Untuk dapat memberikan kode yang tepat, saya membutuhkan informasi yang lebih detail tentang gejala, hasil pemeriksaan, dan rencana penanganan medis yang lebih jelas. Jika Anda dapat menyediakan informasi yang lebih lengkap, saya akan berusaha memberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai, beserta deskripsi untuk masing-masing kode.