Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9474 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir dengan pernafasan 42 kali permenit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir dengan frekuensi pernafasan 42 kali per menit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat". Kriteria diagnostik utama untuk diagnosa ini adalah frekuensi napas yang tidak dalam kisaran normal, yaitu di luar 30-60 kali per menit untuk bayi baru lahir.
Luaran/Output Keperawatan SLKI:
Luaran/output keperawatan yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
1. Pola Napas: Tonus/Usaha Napas (0415)
- Indikator hasil: Frekuensi napas dalam kisaran normal (30-60 kali per menit)
- Kriteria hasil: Frekuensi napas 42 kali per menit
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output keperawatan yang diharapkan adalah:
1. Pemantauan Pernapasan (3350)
- Definisi: Pengumpulan dan analisis data pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten dan ventilasi yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Mengukur frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
b. Memantau tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif, seperti retraksi, penggunaan otot tambahan, atau pergerakan perut paradoksal.
c. Mengevaluasi pola pernapasan dan membandingkannya dengan nilai normal.
d. Mendokumentasikan temuan pernapasan.
2. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Definisi: Fasilitasi dan pemeliharaan jalan napas yang terbuka untuk memastikan pertukaran gas yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Memposisikan bayi pada posisi yang memfasilitasi pernapasan yang efektif.
b. Mempertahankan jalan napas yang terbuka dengan teknik-teknik yang sesuai, seperti suction jika diperlukan.
c. Mengobservasi tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif dan mengambil tindakan yang sesuai.
d. Memberikan oksigen tambahan jika diperlukan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena frekuensi napas bayi baru lahir yang berada di luar kisaran normal, yaitu 42 kali per menit. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam pola pernapasan yang dapat mempengaruhi ventilasi dan pertukaran gas.
Luaran/output keperawatan yang diharapkan adalah Pola Napas: Tonus/Usaha Napas dengan kriteria hasil frekuensi napas dalam kisaran normal (30-60 kali per menit). Indikator ini menunjukkan bahwa pola pernapasan bayi telah kembali ke kondisi yang optimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Pemantauan Pernapasan dan Manajemen Jalan Napas. Pemantauan Pernapasan bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang paten dan ventilasi yang adekuat. Manajemen Jalan Napas bertujuan untuk memfasilitasi dan mempertahankan jalan napas yang terbuka, sehingga pertukaran gas dapat berlangsung dengan baik.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan frekuensi napas bayi dapat kembali ke kisaran normal, sehingga ventilasi dan pertukaran gas dapat berlangsung secara efektif. -
Article No. 9475 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir dengan kehamilan 35 Minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir dengan kehamilan 35 minggu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi bayi baru lahir dengan kehamilan 35 minggu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Risiko Berat Badan Kurang. Diagnosis ini dipilih karena bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu memiliki risiko mengalami berat badan yang tidak adekuat. Bayi prematur cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah dibandingkan bayi cukup bulan, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam pemantauan dan penanganannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan bayi baru lahir dengan kehamilan 35 minggu dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Berat Badan Membaik: Bayi menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap sesuai dengan usia dan kondisinya.
2. Pertumbuhan Membaik: Bayi menunjukkan perkembangan fisik yang sesuai dengan tahapan usia, seperti peningkatan panjang badan, lingkar kepala, dan lain-lain.
3. Menyusu Efektif: Bayi dapat menyusu dengan efektif dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
4. Risiko Komplikasi Menurun: Bayi tidak mengalami komplikasi yang umum terjadi pada bayi prematur, seperti hipotermia, hipoglikemia, dan gangguan pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Berat Badan: Melakukan penimbangan berat badan bayi secara teratur dan mencatat perubahannya untuk memastikan adanya peningkatan berat badan yang sesuai.
2. Pemberian Nutrisi yang Adekuat: Memastikan bayi mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, baik melalui pemberian ASI atau susu formula yang sesuai dengan kebutuhan bayi prematur.
3. Inkubator dan Termoregulasi: Menempatkan bayi di dalam inkubator dan mempertahankan suhu lingkungan yang optimal untuk mencegah terjadinya hipotermia.
4. Pencegahan Komplikasi: Melakukan tindakan pencegahan dan pemantauan terhadap komplikasi yang umum terjadi pada bayi prematur, seperti hipoglikemia, gangguan pernapasan, dan infeksi.
5. Edukasi dan Dukungan Orang Tua: Memberikan edukasi kepada orang tua mengenai perawatan bayi prematur, termasuk cara menyusui, stimulasi, dan pemantauan pertumbuhan. Memberikan dukungan emosional dan praktis kepada orang tua dalam merawat bayi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada kebutuhan bayi prematur, diharapkan bayi baru lahir dengan kehamilan 35 minggu dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan memiliki peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan. -
Article No. 9476 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memadai untuk mendukung kebutuhan ventilasi.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan Pola Napas adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan adanya ketidakseimbangan antara ventilasi dan kebutuhan oksigen.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Outcome yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan frekuensi napas yang normal, kedalaman napas yang adekuat, dan tidak ada retraksi dinding dada.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, dan Pemantauan Respirasi.
Bayi baru lahir yang pucat dengan tone yang akademis menunjukkan adanya masalah pada pola napasnya, sehingga diagnosa Ketidakefektifan Pola Napas sangat sesuai untuk kondisi tersebut. -
Article No. 9477 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kehidupan.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Penilaian terhadap kemampuan bayi dalam mempertahankan pola napas yang adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk membantu bayi dalam mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti bayi dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
2. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Penilaian terhadap tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang tidak efektif, seperti ekstremitas pucat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mempertahankan perfusi jaringan perifer yang efektif.
- SIKI: Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti bayi mempertahankan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
3. Risiko Hipotermi
Definisi: Berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah normal.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Penilaian terhadap tanda-tanda hipotermi pada bayi, seperti suhu tubuh rendah.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal.
- SIKI: Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti bayi mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Dalam kondisi bayi baru lahir yang pucat, dengan tone yang akademis, persona perawat sebagai pakar, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Pola Napas, Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif, dan Risiko Hipotermi. Intervensi dan hasil keperawatan yang diharapkan berfokus pada pengelolaan pola napas, perfusi jaringan perifer, dan suhu tubuh bayi. -
Article No. 9478 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait kondisi bayi baru lahir yang pucat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir yang pucat adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas merupakan ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diinginkan. Pada bayi baru lahir yang pucat, kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen ke jaringan, yang dapat mengakibatkan kelelahan dan intoleransi terhadap aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dicapai adalah:
1. Bayi mempertahankan/meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
2. Bayi mempertahankan/meningkatkan status sirkulasi yang adekuat.
3. Bayi mempertahankan/meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat.
4. Bayi menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk pemantauan warna kulit, nadi, dan pernapasan.
2. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan.
3. Pengaturan aktivitas dan istirahat yang seimbang untuk meminimalkan kelelahan.
4. Penyediaan lingkungan yang hangat dan nyaman untuk meminimalkan kehilangan panas.
5. Pemberian nutrisi yang adekuat melalui ASI atau susu formula untuk memenuhi kebutuhan energi.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab utama kondisi bayi yang pucat, seperti anemia, hiperbilirubinemia, atau kondisi lainnya.
7. Edukasi dan dukungan kepada orang tua terkait perawatan bayi yang pucat.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Kondisi bayi baru lahir yang pucat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti anemia, hiperbilirubinemia, atau kondisi lainnya yang dapat menghambat suplai oksigen ke jaringan. Diagnosa keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan dan ketidakmampuan bayi dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup peningkatan toleransi aktivitas, stabilisasi status sirkulasi dan perfusi jaringan, serta pemantauan tanda-tanda vital yang stabil. Hal ini bertujuan untuk memastikan bayi dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya dalam melakukan aktivitas, serta mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat kondisi pucat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pengaturan aktivitas dan istirahat, penyediaan lingkungan yang nyaman, pemberian nutrisi yang adekuat, kolaborasi dengan dokter, serta edukasi dan dukungan kepada orang tua. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan suplai oksigen, meminimalkan kelelahan, dan memenuhi kebutuhan dasar bayi, sehingga dapat mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 9479 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir yang pucat:
Diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Intoleransi Aktivitas". Kondisi bayi baru lahir yang pucat mengindikasikan adanya ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan aktivitas fisiologis yang dibutuhkan akibat penurunan suplai oksigen.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk bayi baru lahir yang pucat adalah:
a. Tanda-tanda vital stabil, seperti frekuensi nadi, pernapasan, dan suhu tubuh dalam batas normal.
b. Warna kulit membaik, tidak pucat lagi.
c. Bayi menunjukkan aktivitas dan responsivitas yang baik.
d. Tidak terjadi komplikasi, seperti hipotensi, hipoksia, atau syok.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada bayi baru lahir yang pucat adalah:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
b. Pemberian oksigen jika diperlukan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
c. Pemberian cairan intravena untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah.
d. Pemberian nutrisi yang adekuat melalui ASI atau susu formula.
e. Perawatan kulit dan termal yang optimal untuk mempertahankan suhu tubuh bayi.
f. Observasi dan identifikasi penyebab pucatnya kulit bayi, seperti anemia, sepsis, atau kelainan kongenital.
g. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena kondisi bayi baru lahir yang pucat mengindikasikan adanya keterbatasan kemampuan bayi untuk mempertahankan aktivitas fisiologis yang dibutuhkan akibat penurunan suplai oksigen. Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah stabilnya tanda-tanda vital, perbaikan warna kulit, aktivitas dan responsivitas bayi yang baik, serta tidak terjadi komplikasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen dan cairan jika diperlukan, pemberian nutrisi yang adekuat, perawatan kulit dan termal, observasi penyebab pucatnya kulit, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat. -
Article No. 9480 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi Bayi baru lahir pucat:
1. Kode ICD-10:
- Kode: P05.1
- Deskripsi: Berat badan lahir rendah akibat pertumbuhan lambat atau malnutrisi janin
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pengawasan ketat terhadap status vital bayi, termasuk pemantauan frekuensi jantung, respirasi, dan tekanan darah.
Penjelasan:
Kode ICD-10 P05.1 mencakup kondisi bayi baru lahir pucat yang disebabkan oleh pertumbuhan lambat atau malnutrisi janin selama kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan berat badan lahir rendah dan gejala seperti pucat.
Pada kasus ini, tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pengawasan ketat terhadap status vital bayi, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 99.15. Ini meliputi pemantauan yang cermat terhadap frekuensi jantung, respirasi, dan tekanan darah bayi untuk memastikan stabilitas kondisinya dan memberikan intervensi yang tepat jika diperlukan. -
Article No. 9481 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi bayi baru lahir yang pucat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir yang pucat adalah "Perfusi Jaringan Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan dapat dicapai luaran/output sebagai berikut:
1. Perfusi Jaringan Efektif: Tercapainya perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan warna kulit normal, suhu kulit hangat, serta adanya nadi perifer yang kuat dan teratur.
2. Pemulihan Kondisi Bayi: Bayi menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seperti warna kulit membaik, aktifitas meningkat, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Keseimbangan Cairan: Tercapainya keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan intake dan output cairan yang seimbang, serta tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti suhu, nadi, pernapasan, dan saturasi oksigen, untuk mendeteksi perubahan kondisi bayi.
2. Pemberian Oksigen: Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi untuk memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat.
3. Pengaturan Lingkungan: Ciptakan lingkungan yang nyaman dan hangat untuk bayi, seperti mengatur suhu ruangan, kelembaban, dan pencahayaan yang optimal.
4. Pemantauan Cairan: Lakukan pemantauan intake dan output cairan bayi secara ketat, serta mendeteksi tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengidentifikasi penyebab pucat dan menentukan penatalaksanaan yang tepat.
6. Edukasi dan Dukungan Keluarga: Berikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi bayi, pentingnya pemantauan, dan perawatan yang diperlukan. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk meningkatkan partisipasi dan dukungan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan membantu memulihkan kondisi bayi baru lahir yang pucat. -
Article No. 9482 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dibagian lengan kiri dan kepala, karena pasien terjatuh dari motor, kepala terbentur dan tangan kiri tidak bisa digerakan, pasien kejang selama 30 detik tidak ada muntah, kesadaran CM tekanan darah 100/60 nadi 81 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, suhu 36,8 , skalaya nyeri 8 spo2 100%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang berlaku di Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (terjatuh dari motor, kepala terbentur)
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
- Faktor yang berhubungan: Cedera jaringan, trauma fisik
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, perilaku atau tanda-tanda nyeri menurun
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Manajemen nyeri, termasuk pemberian analgesik, kompres dingin/hangat, distraksi dan relaksasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan/paralisis (tangan kiri tidak bisa digerakkan)
SDKI:
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, kontrol, atau pergerakan otot
- Faktor yang berhubungan: Kelemahan otot, paralisis, rasa nyeri
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat bergerak dengan mandiri, pergerakan sendi/otot membaik
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Terapi latihan, mobilisasi, penggunaan alat bantu gerak
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran (kejang selama 30 detik)
SDKI:
- Definisi: Kerentanan terhadap luka fisik yang dapat mengganggu integritas tubuh
- Faktor yang berhubungan: Penurunan tingkat kesadaran, kejang
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi cedera, pasien aman selama perawatan
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pencegahan jatuh, pengaturan lingkungan yang aman
Harap diingat bahwa ini hanya diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI. Evaluasi yang lebih mendalam oleh tenaga kesehatan profesional diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 9483 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien datang ke rumah sakit mengeluh nyeri dibagian kepala dan dibagian lengan kiri, karena pasien terjatuh dari motor, kepala terbentur, tangan kiri tidak bisa di gerakan, sempat kejang selama 30 detik tidak ada muntah, kesadaran CM, tekanan darah 100/60, nadi 81 kali/ menit, pernafasan 20 kali/ menit, suhu 36.8, skala nyeri 8, spo2 100%
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S06.0
- Deskripsi: Wafas (wafas intrakranial), meliputi cedera kepala akibat benturan.
2. Kode ICD-10:
- Kode: S53.4
- Deskripsi: Kerusakan ligamen di sendi siku, meliputi cedera lengan kiri akibat jatuh dari motor.
3. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.39
- Deskripsi: Pemantauan aktivitas listrik otak (EEG), untuk mengevaluasi kejang yang terjadi selama 30 detik.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S06.0 (Wafas intrakranial) digunakan untuk menggambarkan cedera kepala akibat benturan yang dialami pasien saat terjatuh dari motor. Hal ini sesuai dengan gejala yang dilaporkan, yaitu kepala terbentur saat jatuh.
2. Kode ICD-10 S53.4 (Kerusakan ligamen di sendi siku) digunakan untuk menggambarkan cedera lengan kiri akibat jatuh dari motor. Hal ini sesuai dengan gejala bahwa pasien tidak dapat menggerakkan tangan kirinya.
3. Kode ICD-9-CM 93.39 (Pemantauan aktivitas listrik otak - EEG) direkomendasikan untuk mengevaluasi kejang yang terjadi selama 30 detik pada pasien. Pemeriksaan EEG dapat membantu mengidentifikasi penyebab dan tipe kejang yang dialami.
Secara keseluruhan, pasien ini memerlukan evaluasi dan penanganan yang komprehensif, termasuk pemeriksaan fisik, pencitraan diagnostik (misalnya CT-scan kepala), dan pemantauan neurologi untuk memastikan tidak ada komplikasi lebih lanjut akibat cedera kepala dan lengan.