Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9632 | 22 Dec 2024
Klinis : Anemis, HB 6,, trauma tumpul ginjal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anemia dengan Hb 6, trauma tumpul ginjal.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan akibat trauma tumpul ginjal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh akibat anemia.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan volume cairan tubuh: Kondisi di mana terjadi penurunan volume cairan di dalam tubuh, dapat disebabkan oleh perdarahan, dehidrasi, atau kehilangan cairan berlebih.
2. Intoleransi aktivitas: Kondisi di mana seseorang mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik karena adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Risiko infeksi: Kondisi di mana seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami infeksi, dapat disebabkan oleh penurunan sistem kekebalan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan cairan: Kondisi di mana volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan seimbang.
2. Toleransi aktivitas: Kondisi di mana seseorang mampu melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Tidak terjadi infeksi: Kondisi di mana seseorang terbebas dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen cairan: Pemberian dan monitoring cairan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2. Manajemen energi: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas dengan mengatur penggunaan energi.
3. Pencegahan infeksi: Upaya untuk mencegah terjadinya infeksi, seperti menjaga kebersihan dan hygiene.
Dalam konteks akademis, persona pakar, dan nurse, penjelasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dan komprehensif mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai dengan kondisi anemia, trauma tumpul ginjal. -
Article No. 9633 | 22 Dec 2024
Klinis : Lemas 1 minggu ini, Tampak pucat(+), barusan periksa lab darah di Klinik \, didapatkan HB 5.9. BAB ada darah yang menetes setelah kotoran keluar sudah 1 minggu ini. Benjolan di anus, keluar saat mengedan, sudah 3 bulan terakhir, benjolan masih dapat kempes/masuk sendiri. Demam(-), mual(-), muntah(-). BAK(+). RPD: Ambeien 3 bulan ini, HT(-), DM(-), Alergi obat(-)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Sebagai perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Anemia Defisiensi Besi
Berdasarkan gejala yang dilaporkan, yaitu lemas, tampak pucat, dan hasil laboratorium menunjukkan Hb 5.9 g/dL, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Anemia Defisiensi Besi. Kondisi ini menunjukkan adanya penurunan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah, yang dapat menyebabkan penurunan kapasitas transportasi oksigen ke jaringan.
2. Resiko Perdarahan
Gejala BAB ada darah yang menetes setelah kotoran keluar, serta adanya benjolan di anus yang keluar saat mengedan, mengindikasikan adanya resiko perdarahan. Kondisi ini memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Anemia Defisiensi Besi
a. Peningkatan Kadar Hemoglobin
b. Peningkatan Status Nutrisi
c. Peningkatan Toleransi Aktivitas
2. Resiko Perdarahan
a. Tidak Terjadi Perdarahan
b. Kontrol Efektif terhadap Sumber Perdarahan
c. Tidak Terjadi Komplikasi Perdarahan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Anemia Defisiensi Besi
a. Monitor Tanda-Tanda Vital
b. Identifikasi Faktor Penyebab Anemia
c. Berikan Suplemen Besi
d. Ajarkan Klien Tentang Diet Kaya Zat Besi
e. Kolaborasi dengan Dokter untuk Terapi Farmakologis
2. Resiko Perdarahan
a. Monitor Tanda-Tanda Perdarahan
b. Identifikasi Sumber dan Penyebab Perdarahan
c. Berikan Tindakan untuk Menghentikan Perdarahan
d. Ajarkan Klien Teknik Pencegahan Perdarahan
e. Kolaborasi dengan Dokter untuk Terapi Farmakologis dan Tindakan Medis
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Anemia Defisiensi Besi: Kondisi ini ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah, yang dapat menyebabkan penurunan kapasitas transportasi oksigen ke jaringan. Gejala yang muncul adalah lemas dan tampak pucat.
- Resiko Perdarahan: Kondisi ini ditandai dengan adanya gejala BAB ada darah yang menetes setelah kotoran keluar, serta adanya benjolan di anus yang keluar saat mengedan. Hal ini menunjukkan adanya resiko perdarahan yang perlu segera ditangani.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Anemia Defisiensi Besi: Diharapkan dapat terjadi peningkatan kadar hemoglobin, peningkatan status nutrisi, dan peningkatan toleransi aktivitas.
- Resiko Perdarahan: Diharapkan tidak terjadi perdarahan, kontrol efektif terhadap sumber perdarahan, dan tidak terjadi komplikasi perdarahan.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Anemia Defisiensi Besi:
a. Monitor Tanda-Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital untuk mendeteksi perubahan kondisi klien.
b. Identifikasi Faktor Penyebab Anemia: Mencari penyebab anemia, seperti kekurangan asupan zat besi, perdarahan, atau kondisi medis lainnya.
c. Berikan Suplemen Besi: Memberikan suplemen besi untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
d. Ajarkan Klien Tentang Diet Kaya Zat Besi: Memberikan edukasi tentang makanan yang kaya akan zat besi untuk membantu meningkatkan asupan zat besi.
e. Kolaborasi dengan Dokter untuk Terapi Farmakologis: Bekerja sama dengan dokter untuk memberikan terapi obat-obatan yang sesuai.
- Resiko Perdarahan:
a. Monitor Tanda-Tanda Perdarahan: Memantau tanda-tanda perdarahan, seperti darah dalam feses, perdarahan dari anus, atau tanda-tanda perdarahan lainnya.
b. Identifikasi Sumber dan Penyebab Perdarahan: Mencari sumber dan penyebab perdarahan, seperti hemorrhoid atau kondisi medis lainnya.
c. Berikan Tindakan untuk Menghentikan Perdarahan: Melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan, seperti pemberian obat hemostatik atau tindakan medis lainnya.
d. Ajarkan Klien Teknik Pencegahan Perdarahan: Memberikan edukasi kepada klien tentang cara-cara mencegah terjadinya perdarahan.
e. Kolaborasi dengan Dokter untuk Terapi Farmakologis dan Tindakan Medis: Bekerja sama dengan dokter untuk memberikan terapi obat-obatan dan tindakan medis yang sesuai.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu/Bapak dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 9634 | 22 Dec 2024
Klinis : batuk 3 hari, panas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu batuk selama 3 hari dan demam, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif".
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka. Kondisi batuk dan demam yang berlangsung selama 3 hari dapat menjadi indikasi adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan tujuan/luaran yang dapat dicapai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak lagi mengalami sesak napas atau sulit bernapas.
- Pasien tidak lagi mengalami demam.
2. Gejala Infeksi Teratasi
- Tanda-tanda infeksi, seperti demam, hilang.
- Pasien tidak lagi mengalami batuk yang mengganggu.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan/luaran yang diharapkan, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
- Memantau pola napas, irama, dan kedalaman napas pasien.
- Memposisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
- Mengajarkan teknik batuk dan bernafas dalam yang efektif.
- Melakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
2. Manajemen Demam
- Memantau tanda-tanda vital, termasuk suhu tubuh.
- Memberikan intervensi penurun demam, seperti kompres hangat, pemberian obat penurun demam.
- Memastikan asupan cairan yang adekuat.
3. Manajemen Infeksi
- Memantau tanda-tanda infeksi, seperti demam, produksi sekret.
- Melakukan perawatan dan perawatan luka yang optimal.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk pemberian terapi antibiotik jika diperlukan.
4. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan batuk serta demam.
- Mengajarkan teknik batuk efektif dan perawatan diri.
- Memotivasi pasien untuk mematuhi regimen pengobatan.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan teratasi infeksi yang menyebabkan batuk dan demam. -
Article No. 9635 | 22 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan cegukan terus menerus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan pola napas berhubungan dengan hiperrefleksivitas diafragma, berdasarkan keluhan pasien yang mengalami cegukan terus-menerus.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan irama dan kedalaman pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Karakteristik Utama: Cegukan, napas dangkal, napas cuping hidung.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi dan irama napas.
- Pertahankan jalan napas yang bebas.
- Berikan oksigen jika diperlukan.
- Latih teknik relaksasi pernapasan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab cegukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keamanan praktik keperawatan. -
Article No. 9636 | 22 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan cegukan terus menerus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pernapasan Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen dan/atau karbon dioksida dalam darah.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pernapasan Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan utama dari intervensi keperawatan adalah untuk memulihkan pola pernapasan yang efektif, sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida secara adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau pola dan frekuensi pernapasan, mengatur posisi tubuh, memberikan oksigen tambahan, dan melatih teknik pernapasan yang benar.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif untuk mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kondisi cegukan yang dialami oleh pasien. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada restorasi pola pernapasan yang efektif dan pengelolaan gejala cegukan. -
Article No. 9637 | 22 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan cegukan terus menerus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengalami cegukan terus-menerus.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan pola napas (00033)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
Penjelasan:
Pasien mengalami cegukan terus-menerus, yang merupakan gangguan pola napas. Cegukan disebabkan oleh kontraksi diafragma yang tidak terkontrol, yang dapat mengganggu pola napas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pemulihan pola napas (1604)
Kriteria hasil:
1604.1 Frekuensi napas dalam rentang normal
1604.2 Irama napas teratur
1604.3 Kedalaman napas adekuat
1604.4 Tidak ada retraksi otot pernapasan
1604.5 Tidak ada napas cuping hidung
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen jalan napas (3140)
Intervensi:
3140.1 Memantau pola napas
3140.2 Mengatur posisi semi-fowler atau fowler
3140.3 Menganjurkan pasien untuk tenang dan rileks
3140.4 Mengajarkan teknik pernapasan diafragmatik
3140.5 Memberikan obat anti-cegukan sesuai resep
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memulihkan pola napasnya dan mengatasi masalah cegukan yang terus-menerus. -
Article No. 9638 | 22 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh nyeri pada kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan keluhan nyeri pada kaki yang disampaikan oleh pasien, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M79.6
- Deskripsi: Nyeri pada ekstremitas
Penjelasan:
Kode ICD-10 M79.6 (Nyeri pada ekstremitas) mencakup keluhan nyeri yang dirasakan pada kaki atau ekstremitas lainnya. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti cedera, inflamasi, atau gangguan muskuloskeletal.
Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang secara langsung terkait dengan keluhan nyeri pada kaki, karena keluhan ini biasanya memerlukan evaluasi dan manajemen konservatif awal, seperti pemeriksaan fisik, pengobatan dengan obat-obatan, terapi fisik, atau intervensi lainnya yang bergantung pada penyebab spesifik.
Penilaian dan penanganan lebih lanjut akan bergantung pada temuan klinis, hasil pemeriksaan penunjang, dan diagnosis diferensial yang ditegakkan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang merawat pasien. -
Article No. 9639 | 22 Dec 2024
Klinis : pasien mengeluh nyeri pada kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan sedemikian rupa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Akut adalah pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri, dapat beradaptasi terhadap nyeri, dan dapat mendemonstrasikan teknik penanganan nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri: mengkaji karakteristik nyeri, memberikan analgetik sesuai resep, dan mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Manajemen Aktivitas: mengatur aktivitas dan istirahat pasien, serta memberikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
3. Edukasi: memberikan informasi terkait penyebab, prognosis, dan penanganan nyeri kepada pasien dan keluarga.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani keluhan nyeri pada pasien. -
Article No. 9640 | 22 Dec 2024
Klinis : lemes sejak kemarin malam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu "lemes sejak kemarin malam", berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Kelelahan (SDKI)
Penjelasan:
1. Kelelahan (SDKI):
- Definisi: Pengalaman fisik dan/atau mental yang menyebabkan keterbatasan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik mayor: Merasa letih, sulit berkonsentrasi, penurunan motivasi, penurunan produktivitas.
- Faktor yang berhubungan: Ketidakseimbangan aktivitas dan istirahat, proses penyakit, stres psikologis.
- Intervensi keperawatan (SLKI):
- Manajemen Kelelahan
- Peningkatan Energi
- Dukungan Emosional
2. Luaran Keperawatan (SIKI):
- Tingkat Energi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Indikator:
- Kelelahan fisik yang dilaporkan
- Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
- Tingkat motivasi
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang lebih komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan yang Anda alami. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada manajemen kelelahan, peningkatan energi, dan dukungan emosional untuk membantu Anda dalam pemulihan.
Apakah ada pertanyaan atau hal yang ingin Anda diskusikan lebih lanjut? -
Article No. 9641 | 22 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan 55 tahun dirawat diruang penyakit dalam mengeluh sesak nafas, hanya bisa tidur menggunakan lebih dari 2 bantal. Tampak lemah dan sesak napas, TD :140/80 mmHg, nadi 88x/ menit lemah, frekwensi napas 28 x/ menit, terdapat retraksi interkostal, napas cuping hidung, cianosis pada kaki, suhu dingin, suhu tubuh 36, 6°C, capillary refill pada kaki 4 detik, dingin dan sianosis pada kaki, pemeriksaan jantung : terdapat bunyi jantung tambahan S3 gallops, MAP: 100 mmHg, JVP: 2 cm. Hasil pemeriksaan fisik bunyi rales pada auskultasi paru, terdapat retraksi interkostal, ronchi basah halus (+), terdapat ascites (+), JVP 5+2 cmH2O, edema pada kedua kaki, sianosis pada kuku dan ujung jari, jari tangan dan kaki teraba dingin, pengisian kapiler 3 detik. Terpasang dower kateter produksi urine 700 cc dalam 24 jam SpO2 94%, terpasang O2 3lpm. Hasil rontgen terdapat gambaran cairan di paru, CTR 66%. Hasil pemeriksaan laboratorium Kalium 7 g/ dl. Gambaran EKG left ventrikel hipertropi dan ischemic inferior. Kalium 7 mmol/ L, CRP Kuantitatif/ HsCRP 11.19 mg/ dL. Terapi: Diit lunak (1700 kkal), Infus NaCl 0.9% 8 tpm, Digoksin 0.25 mg/ 24 jam PO, Nitrokaf Retard 2.5 mg/ 12 jam PO, Spironolactone 25 mg/ 24 jam PO. Miniaspi 80 mg/ 24 jam PO, Bioprexum 2.5 mg/ 24 jam PO, Atorvastatin 20 mg/ 24 jam. Pasien mengatakan bila beraktivitas sehari-hari sesak nafas semakin bertambah, aktivitas sehari-hari di bantu keluarga pasien bernafas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Kelebihan volume cairan (SDKI: Kelebihan Volume Cairan)
Penjelasan: Pasien mengalami gejala-gejala kelebihan volume cairan, seperti sesak napas, edema, sianosis, dan peningkatan tekanan vena jugularis. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi jantung yang tidak mampu memompa darah secara efektif.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI: Intoleransi Aktivitas)
Penjelasan: Pasien mengalami sesak napas yang semakin bertambah saat melakukan aktivitas sehari-hari, menunjukkan bahwa pasien memiliki intoleransi terhadap aktivitas.
3. Kekurangan volume cairan (SDKI: Kekurangan Volume Cairan)
Penjelasan: Pasien menunjukkan tanda-tanda kekurangan volume cairan, seperti kulit dingin, capillary refill yang lambat, dan produksi urin yang rendah.
Standar diagnosis keperawatan yang digunakan adalah standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), yaitu:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosis keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan:
- SLKI: Keseimbangan Cairan Terpelihara
- SIKI: Manajemen Cairan, Pengaturan Posisi, Pemantauan Cairan
2. Intoleransi aktivitas:
- SLKI: Toleransi Aktivitas Meningkat
- SIKI: Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas, Edukasi Aktivitas
3. Kekurangan volume cairan:
- SLKI: Volume Cairan Memadai
- SIKI: Manajemen Cairan, Pemantauan Cairan, Pemberian Cairan
Dengan menerapkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan dari PPNI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan sesuai dengan kebutuhan pasien.