Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21058 | 25 Aug 2025
Klinis : materi edukasi gangguan komunikasi verbal untuk resume keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: materi edukasi gangguan komunikasi verbal untuk resume keperawatan
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Komunikasi Verbal" (SDKI, 2017). Gangguan Komunikasi Verbal didefinisikan sebagai "ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan verbal secara efektif" (SDKI, 2017). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kerusakan saraf, penyakit, atau gangguan psikologis. Pasien dengan gangguan komunikasi verbal memiliki kesulitan dalam menyampaikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan mereka secara lisan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Komunikasi Verbal, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
a. Komunikasi Verbal: Pasien mampu menyampaikan pesan verbal secara efektif.
b. Interaksi Sosial: Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
c. Kemampuan Beradaptasi: Pasien mampu beradaptasi dengan gangguan komunikasi verbal yang dialami.
d. Kualitas Hidup: Pasien memiliki peningkatan kualitas hidup dengan adanya peningkatan kemampuan berkomunikasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Komunikasi Terapeutik
- Menggunakan teknik komunikasi verbal dan non-verbal yang sesuai dengan kemampuan pasien.
- Memfasilitasi pasien untuk menyampaikan pesan verbal secara efektif.
- Memberikan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi pasien.
b. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Memberikan edukasi tentang gangguan komunikasi verbal yang dialami pasien.
- Mengajarkan teknik-teknik komunikasi alternatif yang dapat digunakan.
- Melibatkan keluarga dalam proses rehabilitasi komunikasi pasien.
c. Terapi Wicara
- Melakukan evaluasi komprehensif terhadap kemampuan komunikasi verbal pasien.
- Menyusun rencana terapi wicara yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Melaksanakan sesi terapi wicara secara teratur untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal.
d. Manajemen Lingkungan
- Menyediakan lingkungan yang mendukung komunikasi verbal pasien.
- Memfasilitasi interaksi sosial pasien dengan orang lain.
- Memberikan bantuan atau alat bantu komunikasi jika diperlukan.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu pasien dengan Gangguan Komunikasi Verbal untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan kemampuan komunikasi verbal, interaksi sosial, adaptasi, dan kualitas hidup. -
Article No. 21059 | 25 Aug 2025
Klinis : materi edukasi gangguan komunikasi verbal untuk resume keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gangguan komunikasi verbal adalah "Hambatan Komunikasi Verbal". Hambatan Komunikasi Verbal didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam penggunaan atau pemahaman bahasa lisan yang menghambat interaksi efektif".
Karakteristik definisi dari Hambatan Komunikasi Verbal meliputi:
- Kesulitan mengekspresikan pikiran, perasaan, atau kebutuhan secara lisan
- Kesulitan memahami bahasa lisan
- Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif
Faktor yang dapat menyebabkan Hambatan Komunikasi Verbal antara lain:
- Gangguan neurologis (stroke, trauma kepala, demensia)
- Gangguan psikologis (skizofrenia, autisme)
- Gangguan anatomi (laringektomi, cleft palate)
- Gangguan sensorik (tuli, gangguan pendengaran)
- Keterbatasan kognitif
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk klien dengan Hambatan Komunikasi Verbal adalah:
- Komunikasi Verbal Efektif
Indikator dari Luaran Komunikasi Verbal Efektif antara lain:
- Klien dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara lisan
- Klien dapat memahami bahasa lisan dengan baik
- Klien dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai Luaran Komunikasi Verbal Efektif pada klien dengan Hambatan Komunikasi Verbal meliputi:
a. Pemberian Edukasi Gangguan Komunikasi Verbal
- Jelaskan penyebab dan gejala gangguan komunikasi verbal
- Ajarkan teknik komunikasi alternatif (isyarat, tulisan, gambar)
- Libatkan keluarga/significant other dalam proses komunikasi
- Berikan informasi tentang sumber daya dan dukungan yang tersedia
b. Fasilitasi Komunikasi
- Gunakan komunikasi yang sederhana dan jelas
- Berikan waktu yang cukup bagi klien untuk mengekspresikan diri
- Gunakan alat bantu komunikasi (papan komunikasi, komputer, dll)
- Observasi dan identifikasi pola komunikasi klien
- Beri umpan balik positif saat klien berkomunikasi
c. Kolaborasi Terapeutik
- Koordinasi dengan ahli wbicara/terapis okupasi untuk intervensi spesifik
- Kolaborasi dengan keluarga/significant other untuk menciptakan lingkungan komunikasi yang mendukung
- Konsultasi dengan psikolog/psikiater jika diperlukan
Dengan pemberian edukasi gangguan komunikasi verbal, fasilitasi komunikasi, dan kolaborasi terapeutik yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai Luaran Komunikasi Verbal Efektif dan meningkatkan kualitas hidup serta interaksi sosialnya. -
Article No. 21060 | 25 Aug 2025
Klinis : materi edukasi gangguan mobilitas fisik untuk resume keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda paparkan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Mobilitas Fisik". Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit, cedera, atau proses penuaan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
a. Peningkatan Kemampuan Mobilisasi: Pasien mampu melakukan pergerakan dan perpindahan dengan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas dengan lebih baik dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
c. Penurunan Risiko Komplikasi: Pasien dapat menurunkan risiko komplikasi yang dapat muncul akibat gangguan mobilitas, seperti dekubitus, kontraktur, dan gangguan sirkulasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan adalah:
a. Edukasi Gangguan Mobilitas Fisik:
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan dampak dari gangguan mobilitas fisik.
- Menjelaskan pentingnya aktivitas, latihan, dan mobilisasi untuk meningkatkan kemampuan fisik.
- Mengajarkan teknik-teknik mobilisasi yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
b. Latihan Fisik:
- Melakukan latihan range of motion (ROM) untuk mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas sendi.
- Melakukan latihan kekuatan otot untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan.
- Mengajarkan latihan ambulasi, seperti berjalan dengan alat bantu, untuk meningkatkan kemampuan mobilisasi.
c. Manajemen Lingkungan:
- Menyediakan alat bantu mobilisasi yang sesuai, seperti kursi roda, walker, atau tongkat.
- Memastikan lingkungan aman dan bebas dari bahaya yang dapat menghambat mobilisasi.
- Memberikan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang memerlukan mobilisasi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan kemampuan mobilisasi, peningkatan toleransi aktivitas, dan penurunan risiko komplikasi. Asuhan keperawatan yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individu pasien. -
Article No. 21061 | 25 Aug 2025
Klinis : - Keluarga mengatakan pendapatan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. - Keluarga mengaku sering mengalami kesulitan membayar biaya kesehatan/transportasi. - Anggota keluarga merasa cemas tentang masa depan karena masalah keuangan. - Keluarga mengatakan sulit memenuhi kebutuhan gizi seimbang karena keterbatasan penghasilan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan ekonomi keluarga (00155)
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakstabilan ekonomi keluarga (00155)
Definisi: Keadaan dimana keluarga memiliki ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga secara konsisten.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas ekonomi keluarga (1906)
Definisi: Kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar secara konsisten.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen ekonomi keluarga (6106)
Definisi: Upaya untuk mengelola sumber daya ekonomi keluarga agar dapat memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga secara konsisten.
2. Dukungan ekonomi keluarga (6107)
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi keluarga dalam memperoleh dan memanfaatkan sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga.
Kode:
SDKI: 00155
SLKI: 1906
SIKI: 6106, 6107
Dengan diagnosa keperawatan Ketidakstabilan ekonomi keluarga (00155), perawat dapat melakukan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen ekonomi keluarga (6106) dan dukungan ekonomi keluarga (6107) untuk membantu keluarga mencapai stabilitas ekonomi dan dapat memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga secara konsisten. -
Article No. 21016 | 24 Aug 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan pusing berputar disertai dengan muntah muntah > 8 kali sejak kemarin. Muntah berwarna kecokelatan sejak hari ini. Pasien juga mengeluhkan batuk batuk dan sulit mengeluarkan dahak sejak kemarin. Sebelumnya sering tersedak saat makan dan minum. Keluarga mengatakan sejak 1 tahun terakhir pasien cenderung lebih sulit berkomunikasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 13099)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan.
2. Gangguan Komunikasi Verbal (SDKI: 13045)
Definisi: Keterbatasan dalam menggunakan atau memahami bahasa lisan.
3. Risiko Aspirasi (SDKI: 13085)
Definisi: Rentan mengalami masuknya bahan asing ke dalam saluran pernafasan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kelelahan Menurun
2. Gangguan Komunikasi Verbal:
- Kemampuan Berkomunikasi Membaik
- Interaksi Sosial Membaik
3. Risiko Aspirasi:
- Tidak Terjadi Aspirasi
- Risiko Aspirasi Menurun
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi (I13099)
- Manajemen Kelelahan (I13099)
2. Gangguan Komunikasi Verbal:
- Terapi Wicara (I13045)
- Fasilitasi Komunikasi (I13045)
3. Risiko Aspirasi:
- Pencegahan Aspirasi (I13085)
- Manajemen Jalan Nafas (I13085)
Kode diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan di atas mengacu pada sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh PPNI. Diagnosa, luaran, dan intervensi tersebut merupakan contoh yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda gambarkan. Sebagai perawat, saya akan menggunakan pendekatan holistik dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 21017 | 24 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing beputar disertai mual muntah 8x,muntah berwarna kecoklatan keluhan lain disertai batuksulit mengeluarka dahak sering tersedak jika minum.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Kode SDKI: 00195
Definisi: Kondisi ketidakmampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam batas normal.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00032
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang dapat mendukung kebutuhan oksigenasi.
3. Risiko Aspirasi
Kode SDKI: 00039
Definisi: Berisiko mengalami masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran napas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI terdiri dari daftar diagnosis keperawatan yang disusun berdasarkan pola-pola respons manusia terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SLKI terdiri dari daftar luaran (hasil) keperawatan yang diklasifikasikan berdasarkan respons pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI terdiri dari daftar intervensi keperawatan yang diklasifikasikan berdasarkan domain dan kelas intervensi untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Kode dan definisi diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan dapat ditemukan dalam buku-buku yang diterbitkan oleh PPNI. -
Article No. 21018 | 24 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing beputar disertai mual muntah 8x,muntah berwarna kecoklatan keluhan lain disertai batuksulit mengeluarka dahak sering tersedak jika minum.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Aspirasi (00039)
Definisi: Kerentanan terhadap masuknya cairan, sekret, atau benda asing ke dalam trakea dan paru-paru, yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
2. Mual (00134)
Definisi: Sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan berlawanan dengan keinginan untuk muntah.
3. Gangguan Mobilitas Jaringan (00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan bebas, lancar, dan terkordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Aspirasi (00039)
- Kode: 10020
- Definisi: Kerentanan terhadap masuknya cairan, sekret, atau benda asing ke dalam trakea dan paru-paru, yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
2. Mual (00134)
- Kode: 10138
- Definisi: Sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan berlawanan dengan keinginan untuk muntah.
3. Gangguan Mobilitas Jaringan (00085)
- Kode: 10083
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan bebas, lancar, dan terkordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Aspirasi (00039)
- Kode: 20020
- Definisi: Derajat penurunan risiko masuknya cairan, sekret, atau benda asing ke dalam trakea dan paru-paru, yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
2. Mual (00134)
- Kode: 20138
- Definisi: Derajat penurunan sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan berlawanan dengan keinginan untuk muntah.
3. Mobilitas Jaringan (00085)
- Kode: 20083
- Definisi: Derajat peningkatan gerakan bebas, lancar, dan terkordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Aspirasi (00039)
- Kode: 30020
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan risiko masuknya cairan, sekret, atau benda asing ke dalam trakea dan paru-paru, yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
2. Manajemen Mual (00134)
- Kode: 30138
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan berlawanan dengan keinginan untuk muntah.
3. Peningkatan Mobilitas Jaringan (00085)
- Kode: 30083
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan gerakan bebas, lancar, dan terkordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menghubungi saya kembali. -
Article No. 21019 | 24 Aug 2025
Klinis : Pasien Ny. S, 63 tahun, datang ke Puskesmas diantar oleh anaknya untuk berobat karena sering terasa pegal dan nyeri pada jari-jari tangan serta lutut kanan. Nyeri sendi dirasakan hilang timbul dan menghilang dengan sendirinya. Nyeri dirasakan berdenyut-denyut, skala 5 (NRS 0-10). Biasanya nyeri akan dirasakan bertambah setelah sebelumnya pasien mengkonsumsi sayur-sayur berwarna hijau tua seperti daun singkong. Nyeri juga dirasakan bertambah apabila cuaca sedang dingin, terasa seperti kesemutan. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas. Sebelumnya 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri sendi di jari-jari (ibu jari dan jari telunjuk) kaki kanan dan lutut kanan sampai susah untuk berjalan. Pasien juga mengatakan sebelumnya nyeri terjadi hilang timbul pada sendi lain, tetapi tidak pernah disertai bengkak ataupun kemerahan. Pasien mengaku pernah diperiksa asam urat dan hasilnya tinggi. Meskipun demikian, pasien masih dapat bekerja dan tapi tidak mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi keluhannya. Riwayat merokok aktif maupun pasif disangkal oleh pasien. Riwayat memiliki penyakit kencing manis dan hipertensi tidak pernah dialami pasien. Riwayat penyakit keluarga yang pernah dialami tidak diketahui oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita keluhan berupa bengkak dan nyeri sendi yang serupa seperti pasien. Pasien biasanya makan 2-3 kali sehari. Makanan yang dimakan cukup bervariasi. Namum pasien suka mengkonsumsi makanan yang berlemak, seperti daging dan kuning telur, jeroan, melinjo, dan makanan bersantan. Pasien mengaku sehari-hari kurang minum air putih, hanya 3 – 4 gelas kecil air putih. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol ataupun jamuan, dan pasien jarang berolahraga. Pasien seorang lansia yang sudah menikah dan tidak bekerja, tinggal bersama dengan suami, anak perempuannya, menantu, dan kedua cucunya. Sehingga jumlah angota keluarga yang tinggal dirumah adalah enam orang. Dalam kegiatan sehari-hari pasien hanya di rumah saja, setiap pagi pasien berjualan nasi uduk di rumahnya untuk mengisi kekosongan agar tidak menganggur. Semua kegiatan rumah tangga dikerjakannya bersama dengan anak dan cucu yang tinggal serumah dengannya. Kebutuhan sehari-hari keluarga pasien dicukupi oleh suaminya, umumnya menggunakan uang dari gaji Tn. S sebagai buruh ± Rp 1,2jt/bulan dan dengan uang dari menantunya Tn. W ± 1,5jt/bulan. Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36 C; tekanan darah: 130/80 mmHg; frek. nadi: 94 x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan: 58 kg; tinggi badan: 155 cm; status gizi: overweight (IMT: 24,1). Status generalis: kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru, jantung, abdomen semua dalam batas normal. Status lokalis: Regio genu dextra/sinistra ? L (look): Deformitas (-/-), warna dalam batas normal F (feel): Warm (+/+), bony tenderness (-/-), nyeri tekan +/+ M (move): Krepitasi (-/-), ROM baik/baik (ekstensi 90 tidak terbatas) Hasil laboratorium • Asam urat: 7,39 mg/dl • Kolesterol: 165,2 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. S yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode dan definisi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Sendi (SDKI kode 00133)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial pada sendi.
Faktor yang berhubungan: Penyakit muskuloskeletal, aktivitas yang berlebihan.
2. Diagnosa Keperawatan: Mobilitas Fisik Terganggu (SDKI kode 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang bertujuan dari satu titik ke titik lainnya, baik dengan berjalan, menggunakan alat bantu, atau cara lain.
Faktor yang berhubungan: Nyeri sendi, penurunan rentang gerak.
3. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Makan (SDKI kode 00102)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan dan minum secara mandiri.
Faktor yang berhubungan: Penurunan fungsi muskuloskeletal.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI kode 00188)
Definisi: Rentan mengalami kegagalan dalam pengaturan pribadi dari program pengobatan dan/atau regimen perawatan kesehatan yang efektif.
Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan terkait penyakit sendi, ketidakteraturan konsumsi obat.
5. Diagnosa Keperawatan: Risiko Kekurangan Volume Cairan (SDKI kode 00028)
Definisi: Rentan terhadap kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan atau/intraseluler, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor yang berhubungan: Asupan cairan yang tidak adekuat.
Penjelasan singkat:
- Nyeri sendi berkaitan dengan penyakit muskuloskeletal dan aktivitas yang berlebihan. Pasien mengeluhkan nyeri sendi pada jari-jari tangan, lutut kanan, dan sendi lainnya.
- Mobilitas fisik terganggu akibat nyeri sendi dan penurunan rentang gerak, sehingga menimbulkan keterbatasan dalam beraktivitas.
- Defisit perawatan diri: makan, karena penurunan fungsi muskuloskeletal yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas makan secara mandiri.
- Risiko ketidakefektifan manajemen kesehatan terkait kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit sendi dan ketidakteraturan konsumsi obat.
- Risiko kekurangan volume cairan akibat asupan cairan yang tidak adekuat. -
Article No. 21020 | 24 Aug 2025
Klinis : asi tidak keluar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi "ASI tidak keluar" yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\ul Gangguan Pemberian ASI\cf1\ulnone (Kode SDKI: B.3.2)\par
\par
\b DEFINISI (SDKI):\b0\par
Kondisi ketidakmampuan ibu dalam memberikan ASI secara adekuat kepada bayi, yang dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, psikologis, atau teknik menyusui yang tidak tepat.\par
\par
\b LUARAN YANG DIHARAPKAN (SLKI):\par
\cf2\ul Pemberian ASI Efektif\cf1\ulnone (Kode SLKI: B.0303)\par
\par
\b KRITERIA LUARAN:\b0\par
1. Ibu mampu memproduksi ASI dalam jumlah yang adekuat.\par
2. Ibu menunjukkan teknik menyusui yang benar.\par
3. Bayi menunjukkan tanda-tanda mendapatkan ASI yang cukup (misalnya: berat badan meningkat, frekuensi BAK 6-8 kali/hari).\par
4. Ibu melaporkan peningkatan rasa nyaman selama proses menyusui.\par
\par
\b INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):\par
\cf2\ul Manajemen Laktasi\cf1\ulnone (Kode SIKI: B.3.2.1)\par
\par
\b AKTIVITAS INTERVENSI:\b0\par
1. Ajarkan teknik menyusui yang benar (posisi dan perlekatan).\par
2. Anjurkan frekuensi menyusui yang sering (8-12 kali/hari) untuk merangsang produksi ASI.\par
3. Lakukan manajemen stress pada ibu untuk mengurangi faktor psikologis penghambat laktasi.\par
4. Ajarkan teknik pemijatan payudara dan penggunaan pompa ASI jika diperlukan.\par
5. Kolaborasi dengan konsultan laktasi atau tenaga kesehatan terkait jika diperlukan.\par
6. Monitor asupan nutrisi dan hidrasi ibu.\par
\par
\b CATATAN:\b0\par
Kondisi "ASI tidak keluar" dapat disebabkan oleh multifaktor, termasuk faktor anatomis, hormonal, psikologis, atau teknik menyusui. Penilaian komprehensif diperlukan untuk menentukan penyebab utama dan intervensi yang tepat. Dokumentasi yang akurat dan evaluasi berkala terhadap luaran harus dilakukan untuk memastikan efektivitas intervensi.\par
} -
Article No. 21021 | 24 Aug 2025
Klinis : defisit pengetahuan tentang IUD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi defisit pengetahuan tentang IUD berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan:
Defisit Pengetahuan (00126)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan (00126)
Definisi: Kekurangan atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik yang spesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pengetahuan Peningkatan Kesehatan (1805)
Definisi: Tingkat pemahaman dan kemampuan individu atau keluarga mengenai konsep dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Edukasi Kesehatan (6550)
Definisi: Pemberian informasi dan pengajaran secara terstruktur untuk memfasilitasi pemahaman dan pembelajaran tentang kesehatan.
Dalam konteks defisit pengetahuan tentang IUD, perawat dapat memberikan intervensi edukasi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman pasien atau individu terkait penggunaan IUD sebagai metode kontrasepsi. Edukasi dapat mencakup informasi mengenai definisi, cara kerja, efektivitas, keuntungan, efek samping, serta prosedur pemasangan dan pelepasan IUD.
Dengan memberikan edukasi yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan membantu mereka dalam mengambil keputusan yang tepat terkait penggunaan IUD sebagai metode kontrasepsi.