Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9767 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi Ny. R yang Anda deskripsikan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diidentifikasi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka operasi SC
2. Ketidakefektifan Pola Menyusu berhubungan dengan putting susu inverted dan ASI belum keluar
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka operasi SC:
- SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Manajemen Nyeri, Terapeutik: Farmakologi, Terapeutik: Non Farmakologi.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Intervensi Keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien.
2. Ketidakefektifan Pola Menyusu berhubungan dengan putting susu inverted dan ASI belum keluar:
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Menyusu adalah ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan pola menyusu yang efektif selama menyusu.
- SLKI: Peningkatan Laktasi, Dukungan Menyusui.
- SIKI: Promosi Laktasi, Perawatan Payudara, Dukungan Menyusui untuk membantu ibu dalam proses menyusui.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan:
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pemantauan Nutrisi, Edukasi Gizi.
- SIKI: Pemantauan Asupan Nutrisi, Edukasi Gizi untuk memastikan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan akan membantu perawat dalam melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang komprehensif bagi Ny. R. -
Article No. 9768 | 24 Dec 2024
Klinis : diare sehari 3-5 kali, diare sejak 6 hari yll
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi diare sehari 3-5 kali, diare sejak 6 hari yang lalu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare akut adalah pengeluaran feses yang encer atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, berlangsung kurang dari 14 hari dan dapat disertai dengan gejala-gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, dan dehidrasi.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan diare akut adalah pasien dapat:
1. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengendalikan gejala diare
3. Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
4. Mencegah komplikasi lebih lanjut
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani diare akut antara lain:
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi
3. Pemberian nutrisi yang sesuai
4. Edukasi mengenai manajemen diare
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan keberhasilan intervensi yang diberikan. -
Article No. 9769 | 24 Dec 2024
Klinis : hipovolemia pada dbd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi hipovolemia pada penderita demam berdarah dengue (DBD), dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit, ditandai dengan nadi cepat, kulit dingin, dan penurunan tekanan darah.
Penjelasan Singkat:
1. Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI adalah standar terminologi keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menentukan masalah kesehatan klien.
- Dalam kasus hipovolemia pada DBD, SDKI akan mencakup diagnosis seperti "Hipovolemia" yang berhubungan dengan "Penurunan volume cairan" dan "Ketidakseimbangan elektrolit".
2. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah standar terminologi keperawatan yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan.
- Untuk kasus hipovolemia pada DBD, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup "Pemantauan tanda-tanda vital", "Pemberian cairan intravena", "Pengaturan intake dan output cairan", dan "Edukasi tentang pencegahan kehilangan cairan".
3. Sistem Klasifikasi Hasil Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah standar terminologi keperawatan yang digunakan untuk mengevaluasi hasil dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan.
- Dalam kasus hipovolemia pada DBD, hasil keperawatan yang diharapkan mencakup "Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara", "Tanda-tanda vital stabil", dan "Tidak terjadi komplikasi akibat kehilangan cairan".
Sebagai perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan hipovolemia pada DBD, sehingga dapat membantu mencegah komplikasi dan mempercepat pemulihan pasien. -
Article No. 9724 | 24 Dec 2024
Klinis : Resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Ibu/Bapak. Sebagai seorang perawat senior, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Risiko Jatuh.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko Jatuh adalah rentan mengalami cedera akibat terjatuh yang disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
- Faktor risiko: Usia lanjut, gangguan keseimbangan, riwayat jatuh, lingkungan yang tidak aman, penggunaan alat bantu jalan, dan efek samping obat.
- Gejala dan tanda: Instabilitas, pusing, kelemahan, gangguan mobilitas, dan riwayat jatuh sebelumnya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien bebas dari risiko jatuh, mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman, dan tidak mengalami cedera akibat jatuh.
- Indikator: Tidak terjadi jatuh selama perawatan, tingkat risiko jatuh menurun, dan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Identifikasi faktor risiko, modifikasi lingkungan, penggunaan alat bantu jalan, edukasi klien dan keluarga, serta pemantauan secara berkala.
- Tujuan intervensi: Menurunkan risiko jatuh, mencegah terjadinya cedera akibat jatuh, dan meningkatkan kemandirian klien dalam aktivitas sehari-hari.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu/Bapak dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI terkait Risiko Jatuh. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 9725 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien memroduksi asi nya tetapi bayinya meninggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Produksi ASI
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Produksi ASI didefinisikan sebagai produksi ASI yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor seperti kecemasan, kurangnya stimulasi, masalah anatomi payudara, atau kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Ketidakefektifan Produksi ASI adalah:
1. Produksi ASI meningkat
2. Kepuasan ibu terhadap produksi ASI
3. Pertumbuhan dan perkembangan bayi optimal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakefektifan Produksi ASI antara lain:
1. Manajemen Laktasi
2. Stimulasi Refleks Oksitosin
3. Konseling Menyusui
4. Manajemen Stres
Dalam kasus ini, meskipun pasien memproduksi ASI, namun bayinya telah meninggal. Perawat perlu memberikan dukungan emosional dan konseling untuk membantu ibu dalam menghadapi dukacita, serta membantu ibu untuk menyalurkan produksi ASInya secara tepat. -
Article No. 9726 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien hamil 27 minggu namun bayi mati didalam kandungan. tetapi asi nya apa diagnosa dari menghentikan asi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, saya sebagai perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kegagalan Laktasi (00104)
- Definisi: Ketidakmampuan menghasilkan jumlah ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
- Penyebab: Kematian janin dalam kandungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Produksi ASI Adekuat (1004)
- Kriteria Hasil: Ibu mampu memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Laktasi (6720)
- Definisi Intervensi: Memfasilitasi ibu dalam memulai, memelihara, dan mempertahankan produksi ASI yang adekuat.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Beri dukungan emosional kepada ibu.
b. Ajarkan teknik memerah ASI secara manual atau menggunakan pompa.
c. Anjurkan ibu untuk memerah ASI secara rutin.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya ahli laktasi) jika diperlukan.
Pada kondisi ini, ibu yang mengalami kematian janin dalam kandungan dapat mengalami kegagalan laktasi. Oleh karena itu, peran perawat adalah memberikan dukungan emosional, mengajarkan teknik memerah ASI, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk membantu ibu dalam mengelola laktasinya. Tujuannya adalah agar ibu dapat memproduksi ASI yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan bayi. -
Article No. 9727 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien kemoterapi hematoblastoma
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien kemoterapi hematoblastoma.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek samping kemoterapi, seperti mukositis, neuropati perifer, dan nyeri tulang.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan kapasitas fungsional akibat kemoterapi.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat kemoterapi.
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia akibat kemoterapi.
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia akibat kemoterapi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol dengan skala nyeri ≤ 3.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang memadai.
3. Pasien tidak mengalami infeksi selama menjalani kemoterapi.
4. Pasien tidak mengalami perdarahan selama menjalani kemoterapi.
5. Pasien mampu mempertahankan berat badan dan asupan nutrisi yang adekuat selama kemoterapi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan skala nyeri).
b. Berikan analgesik sesuai resep dokter.
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengatasi nyeri.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab nyeri.
2. Manajemen Aktivitas:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kapasitasnya.
c. Ajarkan latihan fisik yang sesuai untuk meningkatkan kapasitas fungsional.
d. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kelelahan.
3. Pencegahan Infeksi:
a. Kaji tanda-tanda infeksi secara berkala.
b. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
c. Pastikan kebersihan tangan dan lingkungan selama perawatan.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik atau antiviral jika diperlukan.
4. Pencegahan Perdarahan:
a. Kaji fungsi pembekuan darah (trombosit, PT, APTT).
b. Berikan tindakan untuk mencegah cedera dan perdarahan.
c. Pantau tanda-tanda perdarahan dan kolaborasi dengan tim medis.
d. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan perdarahan.
5. Manajemen Nutrisi:
a. Kaji status nutrisi dan kebutuhan kalori/protein pasien.
b. Berikan makanan sesuai toleransi pasien dan tingkatkan asupan nutrisi.
c. Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan kecukupan nutrisi pasien.
Melalui pendekatan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien kemoterapi hematoblastoma dapat mencapai hasil yang optimal dan meminimalkan komplikasi selama menjalani perawatan. -
Article No. 9660 | 23 Dec 2024
Klinis : konstipasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi konstipasi.
Diagnosa Keperawatan: Konstipasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi didefinisikan sebagai penurunan frekuensi, kesulitan, atau rasa tidak nyaman saat defekasi yang berlangsung selama lebih dari 3 hari. Penyebabnya dapat berupa faktor fisik, psikologis, atau obat-obatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan konstipasi adalah peningkatan pola defekasi normal, yaitu frekuensi, konsistensi, dan volume feses yang sesuai. Selain itu, pasien juga dapat mengelola faktor-faktor yang memengaruhi konstipasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi antara lain edukasi tentang pola makan dan asupan cairan yang adekuat, latihan fisik, pemberian laksatif jika diperlukan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab konstipasi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada konstipasi, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai pola defekasi yang normal dan sehat. -
Article No. 9661 | 23 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan ingin pulang dan merasa sudah sembuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Pulang Meningkat
Penjelasan:
Diagnosa ini menggambarkan kondisi pasien yang mengungkapkan keinginan untuk pulang dan merasa sudah sembuh. Hal ini menunjukkan adanya kesiapan pasien untuk kembali ke lingkungan rumah atau komunitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Persiapan Kepulangan: Pasien/keluarga mampu mengidentifikasi rencana pemulihan dan tindak lanjut setelah pulang.
2. Pengetahuan: Pasien/keluarga memahami informasi terkait kondisi kesehatan, pengobatan, dan tindak lanjut perawatan.
3. Kemandirian: Pasien/keluarga mampu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perencanaan Pemulangan: Membantu pasien/keluarga dalam menyusun rencana pemulihan dan tindak lanjut setelah pulang.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan pendidikan kesehatan terkait kondisi pasien, pengobatan, dan tindak lanjut perawatan.
3. Pelatihan Kemandirian: Melatih pasien/keluarga dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memastikan kesiapan pulang yang optimal. Saya akan membantu mereka menyusun rencana pemulihan, memberikan edukasi kesehatan yang diperlukan, dan melatih kemandirian pasien/keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuannya adalah agar pasien dapat kembali ke lingkungan rumah atau komunitas dengan aman dan mandiri. -
Article No. 9662 | 23 Dec 2024
Klinis : pasien anak usia 8 thn mengatakan ingin pulang dan merasa sudah sembuh, padahal membutuhkan perawatan opname
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Keinginan Pulang Dini (Premature Discharge Wish)
Definisi:
Keinginan pasien untuk segera meninggalkan rumah sakit atau fasilitas kesehatan sebelum diizinkan oleh tenaga kesehatan, padahal masih membutuhkan perawatan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keinginan Pulang Dini dicirikan oleh pernyataan pasien ingin pulang, meskipun kondisi kesehatannya masih memerlukan perawatan lanjutan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan adalah pasien dapat menunda keinginan pulang dini dan menerima rencana perawatan yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain edukasi tentang pentingnya menyelesaikan perawatan, dukungan psikologis, dan koordinasi dengan keluarga untuk memastikan kepatuhan terhadap rencana perawatan.
Sebagai perawat, saya akan berupaya memahami alasan pasien ingin pulang dini dan bekerja sama dengan keluarga untuk mencari solusi terbaik bagi kesembuhan pasien. Intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif akan sangat membantu dalam mengatasi keinginan pulang dini pada pasien anak ini.