Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19134 | 30 Jun 2025
Klinis : Sdki kesiapan persalinan berhubungan dengan perawatan pra sectio
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Kesiapan persalinan berhubungan dengan perawatan pra sectio":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Kesiapan persalinan". Kesiapan persalinan didefinisikan sebagai "Kemampuan ibu untuk menghadapi persalinan yang ditandai dengan adanya kesiapan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual".
Dalam kasus ini, pasien memiliki kondisi "kesiapan persalinan berhubungan dengan perawatan pra sectio". Artinya, pasien membutuhkan bantuan untuk meningkatkan kesiapannya dalam menghadapi persalinan, khususnya terkait dengan perawatan pra sectio (sebelum dilakukan operasi sesar).
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
a. Pasien menunjukkan kesiapan fisik yang adekuat untuk menghadapi persalinan, seperti memiliki stamina yang baik, tidak ada komplikasi medis, dan tidak mengalami nyeri yang berlebihan.
b. Pasien menunjukkan kesiapan psikologis yang baik, seperti memiliki motivasi yang tinggi, mengelola kecemasan dengan efektif, dan memiliki pemahaman yang baik tentang proses persalinan.
c. Pasien menunjukkan kesiapan sosial yang memadai, seperti mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarga dan orang terdekat, dan memiliki rencana untuk pengasuhan bayi setelah persalinan.
d. Pasien menunjukkan kesiapan spiritual yang sesuai, seperti memiliki keyakinan dan harapan yang positif terkait proses persalinan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Peningkatan Kesiapan Fisik:
- Memantau tanda-tanda vital dan kondisi umum pasien secara berkala.
- Melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi masalah kesehatan fisik yang dapat menghambat persalinan.
- Memberikan edukasi dan konseling terkait nutrisi yang adekuat, istirahat yang cukup, dan aktivitas fisik yang sesuai.
- Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk mengelola masalah kesehatan fisik yang ditemukan.
b. Peningkatan Kesiapan Psikologis:
- Melakukan asesmen psikologis untuk mengidentifikasi masalah kecemasan, depresi, atau gangguan psikologis lainnya.
- Memberikan dukungan emosional dan konseling untuk membantu pasien mengelola kecemasan dan mempertahankan motivasi.
- Melibatkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan psikologis.
- Memberikan edukasi tentang proses persalinan dan memfasilitasi diskusi untuk meningkatkan pemahaman pasien.
c. Peningkatan Kesiapan Sosial:
- Mengkaji dukungan sosial yang diterima oleh pasien dari keluarga dan orang terdekat.
- Memberikan edukasi dan konseling tentang pengaturan pengasuhan bayi setelah persalinan.
- Melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam perencanaan perawatan dan pengasuhan bayi.
- Menyediakan informasi dan referensi terkait sumber daya masyarakat yang dapat membantu pasien.
d. Peningkatan Kesiapan Spiritual:
- Mengkaji keyakinan dan nilai-nilai spiritual yang dianut oleh pasien.
- Memfasilitasi pasien untuk melakukan praktik spiritual atau keagamaan yang sesuai dengan kepercayaannya.
- Memberikan dukungan emosional dan spiritual sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Membantu pasien untuk mempertahankan harapan dan optimisme dalam menghadapi proses persalinan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada empat aspek kesiapan persalinan (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual), diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan siap menghadapi proses persalinan dengan baik. -
Article No. 19135 | 30 Jun 2025
Klinis : pasien sudah rajin berobat tiap bulan kontrol, tetapi tensi masih tinggi, pasien mengatakan rasanya capek berobat terus, ada ngak alternatif lain selain minum obat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi yang Anda jelaskan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Manajemen Terapi (00078)
Definisi SDKI:
Ketidakmampuan untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi regimen pengobatan yang telah direkomendasikan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
SLKI:
Manajemen Terapi (M.02)
Definisi SLKI:
Kemampuan untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi regimen pengobatan yang telah direkomendasikan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
SIKI:
Manajemen Obat (M0101)
Definisi SIKI:
Tindakan yang dilakukan untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif oleh pasien.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda gambarkan, pasien sudah rajin berobat setiap bulan untuk mengontrol tekanan darahnya, namun tekanan darah masih tetap tinggi. Pasien juga merasa capek dengan terus minum obat dan ingin mencari alternatif lain selain minum obat. Hal ini menunjukkan adanya ketidakefektifan dalam manajemen terapi, dimana pasien belum mampu merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi pengobatan yang telah direkomendasikan dengan baik.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Manajemen Terapi (00078), yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi regimen pengobatan yang telah direkomendasikan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Terapi (M.02) yang bertujuan untuk membantu pasien dalam merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi regimen pengobatan, serta Manajemen Obat (M0101) yang berfokus pada tindakan untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif oleh pasien.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat lebih efektif dalam mengelola terapi dan pengobatannya, sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan, yaitu kontrol tekanan darah yang optimal, dengan tetap mempertimbangkan alternatif lain selain minum obat. -
Article No. 19070 | 29 Jun 2025
Klinis : hipoalbumin, sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi hipoalbumin dan sesak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Hipoalbumin dapat disebabkan oleh penurunan asupan nutrisi, malabsorpsi, atau peningkatan kehilangan protein.
Karakteristik mayor: Berat badan di bawah berat badan ideal, albumin serum rendah.
2. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Penyebab: Sesak nafas dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
Karakteristik mayor: Kelelahan yang berlebihan, perubahan frekuensi napas, dan distres saat beraktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan nutrisi: terpenuhi
Kriteria hasil:
- Berat badan dalam batas normal
- Kadar albumin serum dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2. Toleransi aktivitas
Kriteria hasil:
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
- Mampu melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan berlebihan
- Tidak ada perubahan tanda-tanda vital yang signifikan saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Keseimbangan nutrisi: terpenuhi
a. Asesmen nutrisi komprehensif
- Kaji status nutrisi pasien, riwayat makan, dan faktor-faktor yang memengaruhi asupan
b. Manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Berikan makanan atau nutrisi enteral/parenteral yang sesuai untuk meningkatkan asupan
c. Monitoring nutrisi
- Pantau berat badan, albumin serum, dan parameter nutrisi lainnya secara berkala
- Evaluasi efektivitas intervensi nutrisi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
2. Intervensi untuk Toleransi aktivitas
a. Asesmen toleransi aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas pasien, tanda-tanda vital, dan respons terhadap aktivitas
b. Manajemen aktivitas
- Berikan edukasi tentang pentingnya aktivitas dan teknik pengaturan energi
- Rencanakan dan lakukan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
c. Monitoring toleransi aktivitas
- Pantau tanda-tanda vital dan respons fisik pasien selama dan setelah aktivitas
- Evaluasi efektivitas intervensi aktivitas dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang terpenuhi dan toleransi aktivitas yang meningkat, sehingga dapat kembali melakukan aktivitas rutin dengan baik. -
Article No. 19071 | 29 Jun 2025
Klinis : sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi sesak nafas dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak nafas adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Karakteristik definisi ini mencakup gejala sesak nafas, napas dangkal, napas cuping hidung, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif adalah:
1. Pola Napas: Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas normal, irama napas teratur, dan penggunaan otot bantu pernapasan minimal.
2. Status Oksigenasi: Pasien akan menunjukkan status oksigenasi yang memadai, dengan kadar oksigen darah dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
3. Kemampuan Batuk: Pasien akan menunjukkan kemampuan batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret.
4. Tingkat Kenyamanan: Pasien akan menunjukkan tingkat kenyamanan yang meningkat, dengan penurunan sensasi sesak napas dan kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif meliputi:
1. Manajemen Jalan Napas:
- Mengatur posisi tubuh pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
- Memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
- Memantau status pernapasan dan tanda-tanda hipoksemia.
2. Manajemen Ventilasi:
- Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif, seperti pernapasan diafragma.
- Memfasilitasi batuk efektif dan drainase sekret.
- Memantau pola napas dan status oksigenasi.
3. Manajemen Kenyamanan:
- Mengurangi faktor-faktor yang dapat memperburuk sesak napas, seperti stres atau kecemasan.
- Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi rasa sesak.
- Memantau tingkat kenyamanan pasien dan respon terhadap intervensi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola napas yang efektif, status oksigenasi yang memadai, kemampuan batuk yang efektif, dan tingkat kenyamanan yang meningkat. -
Article No. 19072 | 29 Jun 2025
Klinis : neonatus dengan rr 66x per menit menggunakan cpap fio2 21% 7 liter per menit peep 7
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu neonatus dengan laju napas 66 kali per menit menggunakan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dengan FiO2 21%, aliran 7 liter per menit, dan PEEP (Positive End-Expiratory Pressure) 7 cmH2O, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Penyakit Paru
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif dan adekuat.
- Tanda dan Gejala: Laju napas meningkat (>60 kali per menit), menggunakan otot bantu napas, retraksi dinding dada, sianosis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif dan adekuat.
- Kriteria Hasil:
a. Laju napas dalam rentang normal (40-60 kali per menit).
b. Irama napas teratur.
c. Tidak ada retraksi dinding dada.
d. Saturasi oksigen dalam rentang normal (>95%).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Pernapasan
- Definisi: Pengumpulan dan analisis data terkait pola napas untuk memantau status pernapasan.
- Aktivitas:
a. Pantau laju, irama, dan kedalaman napas.
b. Pantau penggunaan otot bantu napas.
c. Pantau tanda-tanda distres pernapasan (retraksi dinding dada, sianosis).
d. Pantau saturasi oksigen.
2. Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan jalan napas yang bebas, terbuka, dan aman.
- Aktivitas:
a. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
b. Lakukan suction jika diperlukan.
c. Sesuaikan pengaturan CPAP (FiO2, aliran, PEEP) berdasarkan respon pasien.
d. Kolaborasi dengan tenaga medis terkait pengaturan CPAP.
3. Manajemen Ventilasi
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda distres pernapasan.
b. Sesuaikan pengaturan CPAP berdasarkan respon pasien.
c. Berikan dukungan ventilasi sesuai kebutuhan.
d. Kolaborasi dengan tenaga medis terkait perawatan ventilasi.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Penyakit Paru" dipilih karena pasien memiliki laju napas yang meningkat (66 kali per menit) dan membutuhkan dukungan CPAP, yang menunjukkan adanya gangguan dalam mempertahankan pola napas yang efektif.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif", yang berarti pasien mampu mempertahankan pola napas yang adekuat dan efektif, dengan laju napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, dan saturasi oksigen yang normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi Pemantauan Pernapasan, Manajemen Jalan Napas, dan Manajemen Ventilasi. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memantau status pernapasan pasien, menjaga jalan napas yang bebas dan terbuka, serta memastikan ventilasi yang adekuat melalui pengaturan CPAP yang tepat.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi neonatus dengan gangguan pola napas. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 19073 | 29 Jun 2025
Klinis : pasien mengatakn sesak napas rr 30
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan sesak napas dengan frekuensi pernapasan 30 kali per menit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan sesak napas dan frekuensi pernapasan 30 kali per menit adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Diagnosa ini mengacu pada kondisi di mana pasien mengalami perubahan dalam kedalaman, frekuensi, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi yang adekuat. Tanda dan gejala yang muncul pada diagnosa ini antara lain peningkatan frekuensi pernapasan, sesak napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Ventilasi Pernapasan (0403): Pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
2. Keseimbangan Oksigen (0402): Pasien dapat mempertahankan kadar oksigen dalam darah pada level yang optimal.
3. Toleransi Aktivitas (0005): Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pemantauan Pernapasan (6680): Melakukan pemantauan terhadap frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan pasien secara rutin.
2. Manajemen Jalan Napas (3140): Memastikan jalan napas pasien tetap terbuka dan bersih, termasuk memberikan oksigen tambahan jika diperlukan.
3. Manajemen Sesak Napas (3320): Mengidentifikasi faktor-faktor pemicu sesak napas dan mengambil tindakan untuk menguranginya, seperti posisi semi fowler, teknik relaksasi, dan pemberian bronkodilator.
4. Manajemen Aktivitas (0200): Merencanakan dan memantau aktivitas pasien untuk mencegah kelelahan yang dapat memperburuk sesak napas.
5. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen sesak napas, pentingnya istirahat, dan strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani pasien dengan sesak napas dan frekuensi pernapasan 30 kali per menit. Sebagai seorang perawat, Anda harus selalu berpedoman pada standar praktek keperawatan yang berlaku dan mempertimbangkan kondisi spesifik setiap pasien dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 19074 | 29 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh Nyeri pada bagian testis (post op) dan pada bagian folley kateter. Pasien mengatakan skala nyeri 4/10 Pasien juga mengatakan kalau sulit memulai tidur karena nyeri bekas operasi terkadang timbul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (NYKA)
Kode SDKI: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
2. Gangguan Pola Tidur (PGPT)
Kode SDKI: 00198
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri Akut (NYKA)
SDKI: Kode 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI: Kode M0101
Definisi: Kemampuan individu untuk melaporkan, mengenali, dan mengatasi nyeri akut.
SIKI: Kode I0107
Definisi: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri akut.
2. Gangguan Pola Tidur (PGPT)
SDKI: Kode 00198
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
SLKI: Kode M0201
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat.
SIKI: Kode I0201
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
Jadi, dalam kasus ini, pasien mengalami Nyeri Akut (NYKA) yang berhubungan dengan prosedur operasi pada testis dan pemasangan folley kateter, serta Gangguan Pola Tidur (PGPT) yang disebabkan oleh nyeri bekas operasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengelola nyeri akut dan memfasilitasi tidur yang adekuat. -
Article No. 19075 | 29 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh Nyeri pada bagian testis (post op) dan pada bagian folley kateter. Pasien mengatakan skala nyeri 4/10 Pasien juga mengatakan kalau sulit memulai tidur karena nyeri bekas operasi terkadang timbul terdapat luka operasi pada bagian testis dengan diameter 2cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai, beserta kodenya dan definisinya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (10001)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 30002
Definisi: Tingkat kenyamanan individu yang dapat diterima selama mengalami nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 80001
Definisi: Pencegahan, pengurangan, dan pengendalian nyeri untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluh nyeri pada bagian testis (post-op) dan pada bagian kateter folley, dengan skala nyeri 4/10. Nyeri dapat mengganggu tidur pasien. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, yang ditandai dengan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. -
Article No. 19076 | 29 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh Nyeri pada bagian testis (post op) dan pada bagian folley kateter. Pasien mengatakan skala nyeri 4/10 Pasien juga mengatakan kalau sulit memulai tidur karena nyeri bekas operasi terkadang timbul terdapat luka operasi pada bagian testis dengan diameter 2cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI: 00032)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi kurang dari 3 bulan.
**Subjektif:**
- Pasien mengeluh nyeri pada testis (post-op) dan area foley kateter dengan skala nyeri **4/10**.
- Sulit memulai tidur karena nyeri bekas operasi yang timbul intermitten.
**Objektif:**
- Terdapat luka operasi pada testis (diameter **2 cm**).
---
**2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
**Kode: L.0801 – Tingkat Nyeri Menurun**
**Kriteria Evaluasi:**
- Skala nyeri berkurang (target: ≤2/10).
- Pasien melaporkan peningkatan kenyamanan.
- Pasien mampu beristirahat/tidur dengan lebih baik.
---
**3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
**Kode: I.0801 – Manajemen Nyeri**
**Intervensi:**
- **Ajarkan teknik relaksasi napas dalam** untuk mengurangi persepsi nyeri.
- **Lakukan reposisi nyaman** untuk mengurangi tekanan pada area operasi.
- **Kolaborasi pemberian analgesik** sesuai protokol (jika diperlukan).
- **Monitor tanda vital** (khususnya tekanan darah dan nadi) sebagai indikator respons nyeri.
- **Edukasi pasien** tentang penggunaan skala nyeri dan pentingnya melaporkan perubahan intensitas.
---
**Catatan Tambahan:**
- **Kode Diagnosa SDKI (00032)** mengacu pada klasifikasi PPNI untuk nyeri akut.
- **SLKI (L.0801)** dan **SIKI (I.0801)** dipilih karena relevansi dengan keluhan utama pasien.
- Intervensi non-farmakologis (reposisi, relaksasi) diprioritaskan sebelum medikasi, kecuali nyeri memberat.
Format ini memenuhi standar akademis dan klinis berbasis evidence-based practice.
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) – PPNI, Edisi Terkini*.
- *Standar Luaran & Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI/SIKI) – PPNI*.
*(Dokumen ini disusun dalam format RTF sesuai permintaan.)* -
Article No. 19077 | 29 Jun 2025
Klinis : pasien memiliki luka post operasi pada testis dengan diameter 2cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien memiliki luka post operasi pada testis dengan diameter 2cm, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse, maka dapat ditetapkan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00004
Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan organisme patogen, yang dapat mengkompromikan kesehatan.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01001
Definisi: Tingkat keparahan gejala infeksi yang diminimalkan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00046
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada pasien.
Penjelasan singkat:
Pasien memiliki luka post operasi pada testis dengan diameter 2cm, yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Risiko Infeksi". Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah tindakan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi, seperti perawatan luka, pemberian antibiotik, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Luaran yang diharapkan adalah tingkat keparahan gejala infeksi yang diminimalkan.