SD5 IPS Bab 9 – Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

 

SD Kelas 5 IPS Bab 9 – Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.

A. Pendahuluan.

Apa yang akan kamu lakukan kalau ada bangsa asing menyerbu dan ingin menjajah negara kita lagi? Tentu kamu tidak akan tinggal diam bukan? Sebagai warga negara Indonesia kita tentu akan berjuang mengusir bangsa penjajah itu. Demikian juga sikap rakyat Indonesia setelah kemerdekaan negara Indonesia diproklamasikan.
Kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun demikian, Belanda tidak mengakui kemerdekaan itu dan terus berusaha untuk menjajah Indonesia kembali. Bangsa Indonesia berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kemerdekaan.
Dalam bab ini kamu akan belajar tentang perjuangan Bangsa Indone- sia mempertahankan kemerdekaan. Setelah mempelajari bab ini diharapkan kamu memiliki kemampuan sebagai berikut.
1, Menyebutkan dan menceritakan beberapa pertempuran dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
2, Menyebutkan usaha-usaha diplomasi yang dilakukan oleh para pemim- pin bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan.
3, Menyebutkan tokoh-tokoh penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
4, Menampilkan perilaku menghargai perjuangan mempertahankan ke- merdekaan.

 

B, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.

Ada dua bentuk perjuangan mempertahakan kemerdekaan, yaitu perjuangan fisik dan perjuangan diplomasi. Perjuangan fisik dilakukan de- ngan cara bertempur melawan musuh. Perjuangan diplomasi dilakukan dengan cara menggalang dukungan dari negara-negara lain dan lewat perundingan-perundingan.

1, Pertempuran-pertempuran mempertahankan kemerdekaan.

Setelah Jepang menyerah, Sekutu masuk Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan. Pasukan Sekutu diboncengi Belanda. Belanda ingin me- nguasai Indonesia lagi. Rakyat Indonesia tidak senang Belanda kembali ke bumi pertiwi. Terjadilah pertempuran-pertempuran. Pertempuran terjadi di Surabaya, Ambarawa, Bandung, Palembang, Bali, Medan, dan kota-kota lainnya. Mari kita pelajari beberapa pertempuran ini!

 

a, Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Tentara Sekutu mendarat untuk pertama kali di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Komandan pasukan Sekutu yang mendarat di Surabaya adalah Brigjen A.W.S Mallaby. Tentara Sekutu bertugas melucuti tentara Jepang dan membebaskan interniran (tawanan perang).

Awalnya, pemerintah dan rakyat Indonesia menyambut kedatangan tentara Sekutu tersebut dengan tangan terbuka. Namun, Sekutu meng- abaikan uluran tangan tersebut. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Sekutu menyerbu penjara Kalisosok. Mereka berhasil membebaskan Kolonel Huiyer. Kolonel Huiyer ialah seorang perwira angkatan laut Belanda yang ditawan Jepang.

Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Dalam berbagai serangan itu, pasukan Sekutu terjepit. Pada tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai Sekutu. Komandan Sekutu menghubungi Presiden Sukarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari bahaya kehancuran. Presiden Sukarno bersama Moh. Hatta, Amir Syarifudin, dan Jenderal D.C. Hawthorn tiba di Surabaya untuk menenangkan keadaan. Akhirnya, pada tanggal 30 Oktober 1945 dicapai kesepakatan untuk menghentikan tembak-menembak.

Namun, pada sore harinya terjadi pertempuran di gedung Bank Inter- national, tepatnya di Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 November 1945, pimpinan Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu adalah: “Semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentu- kan, kemudian menyerahkan diri dengan mengangkat tangan. Batas waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara”.

Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya. Oleh karena itu, pecahlah pertempuran Sura- baya pada tanggal 10 November 1945. Tentara Sekutu berjumlah kira-kira 10 sampai 15 ribu orang. Mereka terdiri dari pasukan darat, laut, dan udara. Pasukan Sekutu ini merupakan gabungan dari tentara Gurkha, Inggris, dan Belanda.

Dalam pertempuran yang berjalan sampai awal bulan Desember 1945 itu telah gugur beribu-ribu pejuang. Perjuangan rakyat Surabaya ini mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetap- kan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

“Pekik Perjuangan Merdeka” Pada tanggal 31 Agustus 1945, Presiden Sukarno
mengeluarkan Maklumat Pemerintah yang menetapkan pekik perjuangan “Merdeka” sebagai salam nasional. Salam nasional ini dilakukan dengan meng- angkat tangan setinggi bahu sambil memekikkan “merdeka!”. Salam nasional ini turut mengobarkan semangat para pejuang mempertahankan kemerdekaan.

 

b, Pertempuran Ambarawa.

“Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang. Tentara Sekutu mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah.
Kedatangan Sekutu semula disambut baik oleh rakyat Semarang. Bah- kan, Gubernur Jawa Tengah menawarkan bantuan bahan makanan dan keperluan-keperluan lainnya. Pihak Sekutu pun berjanji untuk tidak meng- ganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Bentrokan bersenjata mulai timbul di Magelang. Bentrokan itu mulai meluas menjadi pertempuran antara pasukan Sekutu dengan pejuang In- donesia. Penyebabnya adalah tentara Sekutu diboncengi NICA. NICA adalah singkatan dari Netherlands Indies Civil Administration, yaitu peme- rintahan peralihan Belanda. NICA hendak membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang dan Ambarawa.
Setelah diadakan perundingan antara Presiden Sukarno dengan Bri- gadir Jenderal Bethel, tentara Sekutu kemudian meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Para pejuang Indo- nesia yang dipimpin Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan Sekutu yang mundur ke Ambarawa. Di desa Jambu, pasukan Sekutu dihadang pejuang Angkatan Muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan Sekutu diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosumpeno.
Pada saat mundur, pasukan Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Letnan Kolonel Isdiman adalah Komandan Resimen Banyumas.
Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Kolonel Sudirman turun langsung ke medan pertempuran Ambarawa. Kolonel Sudirman adalah Panglima Divisi Banyumas. Kehadiran Kolonel Sudirman memberi semangat baru bagi pejuang Indonesia. Pasukan Indonesia mengepung kota Ambarawa dari berbagai jurusan. Siasat yang dipakai adalah meng- adakan serangan serentak dari berbagai jurusan pada saat yang sama. Pasukan Indonesia mendapat bantuan dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan se- rangan serentak ke Ambarawa. Pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang. Dalam pertempuran di Ambarawa ini banyak pejuang yang gugur.

Untuk memperingati hari bersejarah itu, maka setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri. Selain itu, di Ambarawa juga didirikan sebuah monumen yang diberi nama Palagan Ambarawa.

 

c, Pertempuran “Medan Area”.

Pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mulai mendarat di Medan (Sumatera Utara) pada tanggal 9 Oktober 1945. Tentara NICA yang telah dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan ikut membonceng pasukan Inggris itu. Mereka menduduki beberapa hotel di Medan.

Pasukan Inggris bertugas untuk membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang. Para tawanan dari daerah Rantau Prapat, Pematang Siantar, dan Brastagi dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur Moh. Hasan. Ternyata kelompok tawanan itu dibentuk menjadi “Medan Batalyon KNIL”. Mereka ini bersikap congkak.

Para pemuda dipelopori oleh Achmad Tahir, seorang mantan perwira Tentara Sukarela (Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia. Mereka mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan tentara Jepang. Kemudian pada tanggal 10 Oktober 1945 diben- tuklah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Sumatera Timur. Anggotanya para pemuda bekas Giyugun dan Heiho Sumatera Timur yang dipimpin oleh Ahmad Tahir.

Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi insiden di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan. Seorang anggota NICA menginjak-injak bendera merah putih yang dirampas dari seorang pemuda. Pemuda-pemuda Indonesia marah.

Hotel tersebut dikepung dan diserang oleh para pemuda dan TRI (Tentara Republik Indonesia). Terjadilah pertempuran. Dalam peristiwa itu banyak orang Belanda terluka. Peperangan pun menjalar ke Pematang Siantar dan Brastagi.

Pada tanggal 1 Desember 1945 pihak Inggris memasang papan-papan pengumuman bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area.” Dengan cara itu, Inggris menetapkan secara sepihat batas-batas kekuasaan mereka. Sejak saat itulah dikenal istilah Pertempuran Medan Area.
Jenderal T.E.D Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata. Siapa yang melanggar akan ditembak mati. Namun, para pemuda Indonesia tidak menggubris ancaman tersebut. Perlawan terus berlangsung dan semakin sengit. Para pemuda membentuk Komando Resi- men Laskah Rakyat Medan Area. Perlawanan terhadap Inggris dan Belanda terus berlanjut sampai Agresi Militer Belanda I pada bulan Juli 1947.

 

d, Bandung Lautan Api.

Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki Kota Bandung. Ketika itu para pejuang Bandung sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata dan peralatan dari tentara Jepang. Tentara Sekutu menduduki dan menguasai kantor-kantor penting. Tentara NICA membonceng tentara Sekutu itu. NICA berkeinginan mengembalikan ke- kuasaan Belanda di Indonesia. Para pejuang yang tergabung dalam TKR, laskar-laskar, dan badan-badan pejuang mengadakan perlawanan terhadap tentara Sekutu dan Belanda.
Pada tanggal 21 November 1945, tentara Sekutu mengeluarkan ulti- matum (peringatan) pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Para pejuang kita harus menyerahkan senjata yang dirampas dari tentara Jepang. Alasannya untuk menjaga keamanan. Apabila tidak diindahkan, tentara Sekutu akan menyerang habis-habisan.
Peringatan ini tidak dihiraukan oleh para pejuang Indonesia. Sejak saat itu sering terjadi bentrokan senjata. Kota Bandung terbagi menjadi dua, Bandung Utara dan Bandung Selatan. Karena persenjataan yang tidak memadai, pasukan TKR dan para pejuang lainnya tidak dapat mem- pertahankan Bandung Utara. Akhirnya Bandung Utara dikuasai oleh Sekutu.
Pada tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Mereka menuntut agar semua masyarakat dan para pejuang TRI (Tentara Republik Indonesia) mengosongkan kota Bandung bagian selatan. Perlu diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah berubah namanya menjadi TRI.

Demi keselamatan rakyat dan pertimbangan politik, pemerintah Republik Indonesia Pusat memerintahkan TRI dan para pejuang la-innya mundur dan mengosongkan Bandung Selatan. Tokoh-tokoh pejuang, se- perti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Harris Nasution yang menjadi Panglima TRI waktu itu segera bermusyawarah. Mereka se- pakat untuk mematuhi perintah dari Pemerintah Pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh kepada musuh.

Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung. Pasukan TRI dan para pejuang lainnya dengan berat hati meninggalkan Bandung Selatan. Sebelum ditinggalkan, Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang. Bumi hangus adalah memusnahkan dengan pembakaran semua barang, bangunan, gedung yang mungkin akan dipakai oleh musuh. Pertempuran terus berlanjut. Para anggota TKR dan pemuda kita menggunakan taktik perang gerilya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan sebutan Bandung Lautan Api. Dalam peristiwa tersebut, gugur seorang pejuang Mohammad Toha.

Pertempuran yang telah kita bahas di atas hanyalah sebagian dari per- tempuran yang terjadi. Masih banyak pertempuran mempertahankan ke- merdekaan yang terjadi di tempat-tempat lain. Pertempuran-pertempuran lainnya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang terkenal antara lain sebagai berikut.
1, Pertempuran Margarana yang dipimpin Letkol I Gusti Ngurah Rai di Bali pada tanggal 12 November 1946.
2, Pertempuran di Sulawesi Selatan yang dipimpin Robert Wolter Mongisidi pada tanggal 3 November 1946.
3, Pertempuran lima hari lima malam di Palembang pada awal bulan Ja- nuari 1947.
4, Pertempuran laut di Teluk Cirebon yang menenggelamkan Kapal Perang RI, Gajah Mada, pada tanggal 5 Januari 1947.
5, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta yang dipimpin oleh Letkol Suharto.

Dari berbagai pertempuran yang terjadi antara pejuang-pejuang kemer- dekaan dan tentara Sekutu dan NICA, kita dapat belajar beberapa hal berikut ini:
1, Kemerdekaan merupakan hal yang sangat mahal harganya. Demi ke- merdekaan yang telah diproklamasikan para pejuang rela mengorban- kan jiwa dan raganya.
2, Semangat perjuangan merupakan kekuatan yang dahsyat, melebihi kekuatan senjata. Hal ini dibuktikan, misalnya dalam pertempuran Am- barawa.
3, Menghormati keputusan para pemimpin. Para pejuang mempunyai jiwa yang besar. Meskipun dengan berat hati, keputusan pemimpin dilaksanakan. Hal ini misalnya terjadi dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

Halo-Halo Bandung.Ismail Marzuki mengabadikan peristiwa “Bandung Lautan  Api” dengan menciptakan lagu “Halo-Halo Bandung”. Lagu ini menjadi mars perjuangan yang sangat terkenal sampai sekarang.

Berikut ini syair lagu “Halo- Halo Bandung”:
Halo, Halo Bandung,
Ibu kota Periangan,
Halo, Halo Bandung,
kota kenang-kenangan
Sudah lama beta,
tidak berjumpa dengan kau

Sekarang telah menjadi lautan api.
Mari Bung rebut kembali.

 

2, Usaha Perdamaian dan Agresi Militer Belanda.

Para pemimpin negara menyadari bahwa perang memakan banyak korban. Perang juga membuat rakyat menderita. Oleh karena itu para pe- mimpin mengusahakan perdamaian dengan jalan perundingan. Berikut ini beberapa usaha perundingan yang dilakukan.

a, Perjanjian Linggajati.
Pimpinan tentara Inggris menyadari, sengketa Indonesia dengan Belanda tidak mungkin diselesaikan melalui peperangan. Inggris berusaha mempertemukan kedua belah pihak di meja perundingan. Melalui meja perundingan diharapkan konflik bisa diatasi.
Pada tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan antara Indo- nesia dan Belanda. Perundingan ini dilaksanakan di Linggajati. Linggajati terletak di sebelah selatan Cirebon. Dalam perundingan itu delegasi Indo- nesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Van Mook.
Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan dan disetujui oleh kedua belah pihak. Secara resmi, naskah hasil perundingan ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947. Hasil Perjanjan Linggajati sangat merugikan Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit.
Berikut ini isi perjanjian Linggajati.
1, Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatera.
2, Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas:
a, Negara Republik Indonesia,
b, Negara Indonesia Timur, dan
c, Negara Kalimantan.
3, Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu uni (ke- satuan) yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai oleh Ratu Belanda.

 

b, Agresi Militer Belanda I.
Meskipun sudah ada Perjanjian Linggajati, Belanda tetap berusaha untuk menjajah Indonesia. Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia. Tindakan ini melanggar Perjanjian Linggajati. Belanda berhasil merebut sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Akibatnya wilayah kekuasaan Republik Indonesia semakin kecil.
Serangan militer Belanda ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I. Peristiwa tersebut menimbulkan protes dari negara-negara tetangga dan dunia internasional. Wakil-wakil dari India dan Australia mengusulkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) agar mengadakan sidang untuk membicarakan masalah penyerangan Belanda ke wilayah Republik Indonesia.

c, Perjanjian Renville (17 Januari 1948).
Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar pihak Indonesia dan Belanda menghentikan tembak-menembak. Akhirnya pada tanggal 4 Agustus 1947, Belanda mengumumkan gencatan senjata. Gencatan senjata adalah penghentian tembak-menembak di antara pihak-pihak yang berperang.
PBB membantu penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri atas:
1, Australia, dipilih oleh Indonesia;
2, Belgia, dipilih oleh Belanda;
3, Amerika Serikat, dipilih oleh Australia dan Belanda.
Komisi Tiga Negara (KTN) memprakarsai perundingan antara Indone- sia dan Belanda. Perundingan dilakukan di atas kapal Renville, yaitu kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Oleh karena itu, hasil perundingan ini dina- makan Perjanjian Renville.
Dalam perundingan itu Negara Indonesia, Belanda, dan masing-masing anggota KTN diwakili oleh sebuah delegasi.

1, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
2, Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3, Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4, Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5, Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.

Isi perjanjian Renville adalah sebagai berikut.
1, Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah,
Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatera.
2, Tentara Republik Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah yang telah diduduki Belanda.
Hasil Perjanjian Renville sangat merugikan Indonesia. Wilayah kekuasaan Republik Indonesia menjadi semakin sempit.

d, Agresi Militer Belanda II.
Belanda terus berusaha menguasai kembali Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan atas wilayah Republik Indonesia. Penyerangan Belanda ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II.
Ibu kota Republik Indonesia waktu itu, Yogyakarta, diserang Belanda. Perlu diketahui bahwa sejak 4 Januari 1946, lbu kota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Belanda mengerahkan angkatan udara- nya. Lapangan Udara Maguwo tidak dapat dipertahankan. Akhirnya Yogyakarta direbut Belanda.

Pada tanggal 19 Desember 1948 Tentara Belanda menduduki kota Yogyakarta setelah sebelumnya mengebom Lapangan Terbang Maguwo. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda II.

Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Suryadarma ditangkap Belanda. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka. Sebelum ter- tangkap, Presiden Sukarno telah mengirim mandat lewat radio kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syaffiruddin Prawiranegara yang berada di Su- matera. Tujuannya ialah untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ibu kota Bukit Tinggi.
Agresi Militer Belanda II menimbulkan reaksi dunia, terutama negara- negara di Asia. Negara-negara di Asia seperti India, Myanmar, Afganistan, dan lain-lain segera mengadakan Konferensi New Delhi pada bulan Desem- ber 1949. Mereka bersimpati kepada perjuangan rakyat Indonesia, dan mendesak agar:
1, Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta, dan
2, Serdadu Belanda segera ditarik mundur dari Indonesia.
Belanda tidak memperdulikan desakan itu. Belanda baru bersedia berunding setelah Dewan Keamanan PBB turun tangan.

 

C, Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan.

Komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI (United Nations Commission for Indonesia) berhasil mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda dalam meja perundingan. Dalam perundingan-perundingan itu, delegasi dari In- donesia berjuang secara diplomasi supaya kedaulatan Indonesia diakui. Perundingan-perundingan itu antara lain, Perundingan Rum-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB).

1,  Perjanjian Rum-Royen.
Perjanjian Rum-Royen disetujui di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Rum, sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh Dr. van Royen. Anggota delegasi Indonesia lainnya ialah Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono lX.

Isi Perjanjian Rum-Royen adalah sebagai berikut.
1, Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
2, Menghentikan gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua ta- hanan politik.
3, Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
4, Akan diselenggarakan perundingan lagi, yaitu KMB, antara Belanda dan Indonesia setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.

2, Konferensi Meja Bundar (KMB).
Sebagai tindak lanjut Perjanjian Rum-Royen, pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah Negara- negara Federal dipimpin oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen. Sedangkan UNCI dipimpin oleh Chritchley.

Hasil-hasil persetujuan yang dicapai dalam KMB adalah sebagai berikut.
1, Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember 1949.
2, RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda.
3, Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda.
Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam KMB sangat memuas- kan rakyat Indonesia. Akhirnya kedaulatan negara Indonesia diakui oleh pihak Belanda. Seluruh rakyat Indonesia menyambut hasil KMB dengan suka cita.

3, Pengakuan Kedaulatan.
Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Dalam acara penandatanganan pengakuan kedaulatan di Den Haag, Ratu Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda Belanda dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil Indonesia. Sedangkan dalam upacara pengakuan kedaulatan yang dilakukan di Yogyakarta, pihak Belanda diwakili oleh Mr. Lovink (wakil tertinggi pemerintah Belanda) dan pihak Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Dengan pengakuan kedaulatan itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia dan berdirilah Negara Republik Indonesia Serikat. Sehari setelah pengakuan kedaulatan, ibu kota negara pindah dari Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian dilangsungkan upacara penurunan bendera Belanda dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera Indonesia.

 

D, Menghargai Jasa Tokoh-tokoh Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan.

Ada banyak tokoh yang terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Ada tokoh-tokoh yang berjuang secara fisik dengan melaku- kan perang gerilya. Ada juga tokoh-tokoh yang berjuang lewat jalur perjuangan diplomasi. Berikut ini kita akan membahas beberapa tokoh di antaranya.

1, IR. Sukarno.
Sukarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia. Didampingi Drs. Moh. Hatta beliau membacakan teks proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Beliau adalah presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai presiden, beliau turut berjasa dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau mulai merintis pemerintahan Indonesia dalam masa-masa yang sangat sulit. Sebagai presiden, beliau memberikan semangat kepada Bangsa Indonesia untuk tetap berjuang. Beliau ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka ketika Belanda melakukan agresi militer pada tanggal 19 Desember 1948. Sebelumnya, beliau telah mengirimkan mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafrudin Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk dan memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

2, DRS. Mohammad Hatta.
DRS. Mohammad Hatta juga dikenal sebagai Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau memimpin kabinet di awal pembentukan negara Indonesia. Jasa beliau dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan sangatlah besar. Beliau dikenal sebagai delegasi Indonesia yang handal. Pada tanggal 23 Agustus – 2 November 1949, beliau memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Hasil KMB sangat memuaskan Bangsa Indonesia. Belanda akhirnya meng- akui kedaulatan Republik Indonesia. Upacara pengakuan kedaulatan di- lakukan di dua tempat, yaitu di Yogyakarta dan di Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949.

3, Jenderal Sudirman.
Peranan Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan ke- merdekaan Indonesia sangat besar. Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran Ambarawa dan berhasil mengusir tentara Inggris. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman diangkat oleh menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal. Sudirman tetap me- mimpin perang gerilya meskipun beliau dalam keadaan sakit.

Panglima Besar Jenderal Sudirman disambut oleh para pejuang ketika tiba di Jakarta untuk menghadiri perundingan Panitia Gencatan Senjata pada tanggal 1 November 1946.

Bung Tomo, tokoh yang mengobarkan semangat perjuangan rakyat Surabaya.

4, Bung Tomo.
Sutomo atau Bung Tomo dilahirkan di Surabaya. Pada zaman pergerakan beliau bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat. Beliau mendirikan dan memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu pada tanggal 10 November 1945.

5, Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX berperan besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagai bangsawan, beliau membaur berjuang bersama rakyat biasa. Sri Sultan Hamengku Buwono merupakan tokoh pejuang diplomatik Indonesia. Beliau menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Perundingan Rum-Royen yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1949.

 

Rangkuman :

Setelah Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan, lahirlah Negara Indonesia. Ada banyak gangguan yang ingin merobohkan kedaulat- an negara yang baru berdiri ini. Tentara Sekutu masuk ke Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan Jepang. Belanda yang membonceng Sekutu juga ingin berkuasa lagi di Indonesia.

Rakyat Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan. Ada dua bentuk perjuangan yang dilakukan, yaitu perjuangan fisik dan perjuang- an diplomasi. Perjuangan fisik dilakukan dengan cara bertempur. Pertempuran-pertempuran yang dilakukan dalam rangka mempertahan- kan kemerdekaan antara lain sebagai berikut.
1, Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
2, Pertempuran Ambarawa.
3, Pertempuran Medan Area.
4, Bandung Lautan Api.
5, Pertempuran Margarana di Bali.
6, Pertempuran di Sulawesi Selatan yang dipimpin Robert Wolter Monginsidi.
7, Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang.
8, Pertempuran laut di Teluk Cirebon.
9, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.

Perjuangan diplomasi dilakukan dengan cara mencari dukungan dari negara-negara lain. Perjuangan diplomasi juga dilakukan dengan cara perundingan. Perundingan-perundingan yang dilakukan, antara lain Perundingan Linggajati, Perjanjian Remville, Perjanjian Rum-Royen, dan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Perjuangan Bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan akhirnya membuahkan hasil. Belanda mengakui kedaulatan RI secara penuh. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di Den Haag (Belanda) dan di Yogyakarta secara bersamaan pada tanggal 27 Desember 1949.

Banyak tokoh yang terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, antara lain Bung Hatta, Bung Karno, Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Suharto, dan Sutan Syahrir. Kita harus menghargai perjuangan mereka. Antara lain dengan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif.

 

Glosarium :

Adat istiadat : tata kelakuan yang diwarisi turun-temurun dan menjadi pola perilaku dalam masyarakat.
Agresi : penyerangan suatu negara terhadap negara lain.
Atlas : buku yang berisi gambar-gambar peta bumi. Bhanyangkari : pasukan pengawal raja pada zaman Majapahit. Brahmana : pendeta agama Hindu.
Budaya : semua hasil karya manusia berkat akal budinya untuk mempermudah hidup
Cagar alam : daerah yang kelestarian hidup tumbuh-tumbuhan
dan binatang yang terdapat di dalamnya dilindung oleh undang-undang dari bahaya kepunahan.
Candi : bangunan kuno yang terbuat dari susunan batu sebagai empat pemujaan (ibadah) atau penyimpanan abu jenazah raja-raja pada zaman kerajaan Hindu- Buddha.
Delegasi : orang yang ditunjuk dan diutus oleh suatu perkumpulan/negara dalam suatu perundingan.
Diplomasi : urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan wakil-wakilnya.
Distribusi : usaha menyalurkan barang dari produsen ke pemakai.
Distributor : orang atau lembaga yang menyalurkan barang dari konsumen ke pemakai.
Diversifikasi : usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperbanyak jenis tanaman.
Ekspor : kegiatan menjual barang-barang produksi ke luar negeri
Ekstensifikasi : usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperlua lahan pertanian.
Empu : orang yang sangat ahli (terutama ahli membuat keris).
Fauna : dunia hewan
Flora : dunia tumbuh-tumbuhan

Gempa tektonik : gempa bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi.
Gempa vulkanik : gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi.
Globe : peta permukaan bumi yang berbentu bola dunia.
GMT : singkatan dari Greenwich Mean Time, yaitu patokan waktu matahari pada garis bujur 00.
Hikayat : karya sastra lama Melayu berisi cerita, undang-
undang, silsilah rekaan sebagai pelipur lara atau pembangkit semangat juang.
Iklim : keadaan hawa (suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama.
Impor : kegiatan mendatangkan barang-barang dari luar negeri
Infantri : angkatan bersenjata yang termasuk dalam kesatuan pasukan berjalan kaki.
Intensifikasi : usaha meningkatkan hasil pertanian tanpa memperluas lahan tetapi dengan cara penggunaan pu- puk, bibit unggul, pengairan, pemeliharaan, dan penyuluhan.
Interniran : tawanan perang.
Kaligrafi : seni menulis indah dengan pena. Kaum padri : kelompok agamawan di Minangkabau.
Kegiatan ekonomi : semua kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kenampakan alam : Kenampakan alam: bentuk-bentuk permukaan bumi yang terjadi secara alamiah, misalnya gunung, sungai, lembah, bukit, danau, dan sebagainya.
Kenampakan buatan : bentuk-bentuk permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia, misalnya bendungan, sungai irigasi, jalan raya, waduk, dan sebagainya.
Keragaman : keadaan beragama-ragam atau berjenis-jenis.
Kerja rodi : kerja paksa untuk membangun jalan pada zaman penjajahan Belanda.
Konferensi : rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pikiran mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
Konsumen : orang yang menggunakan barang atau jasa.

Konsumsi : kegiatan memakai barang dan jasa.
Koperasi : bentuk usaha bersama atas dasar kekeluargaan dan gotong-royong untuk mewujudkan kemakmuran bersama.
Lahan produktif : tanah subur yang bisa menghasilkan berbagai hasil pertanian.
Legenda : keterangan yang menjelaskan arti simbol-simbol pada peta.
Maritim : berkaintan dengan laut.
Mata pencarian : pekerjaan pokok yang dilakukan untuk biaya sehari-hari
Mihrab : ruang kecil di masjid tempat imam berdiri waktu salat berjamaah.
Monopoli : sistem perdagangan yang dikuasai oleh satu orang atau kelompok sehingga harga bisa dikendalikan.
Muazin : orang yang menyerukan azan.
Nelubulanin : upacara menginjak tanah untuk pertama kalinya bagi anak yang berusia tiga bulan.
Ngaben : upacara pembakaran jenazah yang dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali.
NICA : singkatan dari Netherlands Indies Civil Administra- tion, yaitu pemerintahan peralihan Belanda.
Nusantara : sebutan atau nama bagi seluruh kepulauan Indonesia.
Palagan : medan perang atau tempat terjadinya pertempuran.
Pasukan marchose : pasukan gerak cepat yang dibentuk Belanda untuk meredam perlawanan rakyat Aceh.
Pelayaran hongi : patroli laut yang dilakukan VOC untuk mengawasi
rakyat Maluku supaya tidak menjual rempah-rempah kepada pedagan lain.
Peninggalan sejarah : warisan dari masa lampau yang berupa benda mau-
pun kebiasaan yang mempunyai nilai sejarah.
Perang gerilya : perang yang dilakukan oleh pasukan-pasukan kecil dengan cara serangan mendadak.
Perang puputan : perang sampai dengan titik darah penghabisan. Pesantren : tempat murid-murid belajar, terutama tentang agama Islam.
Peta/map : gambar permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu.

Prasasti : tulisan dari masa lampau yang ditulis pada batu, emas, perak, perunggu, tembaga, tanah liat, atau tanduk binatang.
Preambule : pembukaan suatu konstitusi atau undang undang dasar.
Produksi : usaha atau kegiatan menghasilkan barang atau jasa. Produsen : orang yang menghasilkan barang-barang produksi. Proklamasi : pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat; pengumuman.
Proklamator : orang yang memproklamasikan.
Rehabilitasi : usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara mengganti cara bertani atau mengganti tanaman yang tidak produktif lagi.
Relief : gambar timbul yang biasa terdapat di dinding candi. Romusha : pekerja paksa pada zaman penjajahan Jepang.
Rotasi : perputaran bumi pada porosnya.
Stupa : bangunan dari batu seperti genda untuk menyimpan benda-benda suci sang Buddha.
Suku bangsa : kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan
sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas ke- budyaan tertentu, khususnya bahasa.
Sunan : gelar untuk para wali.
Tambang mineral : hasil tambang yang berupa bijih
tanam paksa : kebijakan pemerintah penjajahan Belanda yang mengharuskan rakyat menanam suatu jenis ta- naman, tujuannya untuk mengisi kekosongan kas Belanda.
Tradisional : menurut tradisi/adat.
Ultimatum : peringatan terakhir yang disertai dengan ancaman. VOC : singkatan dari Vereenigde Oost Indische Compagnie, artinya perkumuplan dagang Hindia Timur.
Volksraad : parlemen atau lembaga perwakilan rakyat pada zaman penjajahan Belanda.
Waduk/bendungan : tempat untuk menampung air yang sangat besar, biasanya dibuat dengan cara membendung sungai.
Wali : orang saleh/suci; penyebar agama.

 

Tinggalkan komentar