SD4.7.1 – SD Kelas 4 Tema 7 – Indahnya Keragaman di Negeriku – Sub Tema 1-1

SD4.7.1 – SD Kelas 4 Tema 7 – Indahnya Keragaman di Negeriku.

Subtema 1: Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku

Bhinneka Tunggal Ika. Pernahkah kamu mendengar kalimat itu? Ya, kalimat itu terdapat pada Garuda Pancasila. Garuda Pancasila adalah lambang negara kita. Bhinneka Tunggal Ika berarti walau berbeda-beda tetapi tetap satu.

Kalimat “Bhinneka Tunggal Ika” terdapat dalam buku Sutasoma, karangan Mpu Tantular. Mpu Tantular hidup pada masa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam buku Sutasoma, pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada keanekaragaman agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.

Perbedaan apa lagi yang ada di Indonesia? Suku, Agama, Adat, Bahasa Daerah, Warna Kulit dan lain-lain.

Bagaimana Sikapmu ? Menghargai perbedaan tersebut dan tetap hidup rukun.

 

Subtema 1: Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku.

Bangsa Indonesia terdiri atas banyak suku bangsa. Suku bangsa apa sajakah itu?

Bacalah dalam hati teks berikut!

Suku Bangsa di Indonesia.

Sejak dahulu kala bangsa Indonesia hidup dalam keragaman. Kalimat Bhinneka Tunggal Ika pada lambang negara Garuda Pancasila bukan cuma slogan. Penduduk Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa, agama, bahasa, adat, dan budaya tetapi semua dapat hidup rukun berdampingan.
Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, bangsa Indonesia terdiri atas 1.331 suku. Berdasarkan sensus itu pula, suku bangsa terbesar adalah Suku Jawa yang meliputi 40,2 persen dari penduduk Indonesia. Suku Jawa ini merupakan gabungan dari suku-suku bangsa di Pulau Jawa, yaitu: Jawa, Osing, Tengger, Samin, Bawean, Naga, dan suku-suku lainnya. Suku yang paling sedikit jumlahnya adalah Suku Nias dengan jumlah 1.041.925 atau hanya 0,44 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Namun, suku-suku Papua yang terdiri atas 466 suku, jumlahnya hanya 2.693.630 jiwa atau 1,14 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan etnis Tionghoa jumlahnya sedikit lebih banyak, yaitu 2.832.510 atau 1,2 persen penduduk Indonesia.

(Sumber: http://bobo.kidnesia.com. diunduh 1 September 2016)

Suku Dani dari Papua, Suku Tengger, Suku Nias  , dan lain-lain.

Bentuklah kelompok bersama 4-5 temanmu. Bacalah dalam hati teks ”Suku Bangsa di Indonesia”.
1. Adakah kata sulit yang kalian temukan pada bacaan tersebut? Jika ada, tuliskan lalu carilah artinya. Tuliskan dalam bentuk tabel seperti berikut.

2. Ada berapa paragraf pada teks “Suku Bangsa di Indonesia”? Tuliskan pokok pikiran dari setiap paragraf.

Cara menentukan pokok pikiran pada paragraf sebagai berikut.
1. Membaca seluruh kalimat dalam paragraf.
2. Menandai kalimat awal, akhir, atau kalimat awal dan kalimat akhir paragraf.
3. Menandai pikiran pokok yang terdapat di awal, akhir, atau kalimat awal dan akhir pada paragraf.

Ceritakan hasil diskusi kelompokmu. Bandingkan dengan hasil diskusi kelompok lain. Apakah ada perbedaan?
Dari kegiatan sebelumnya, kamu mengetahui bahwa di Indonesia terdapat ribuan suku bangsa. Setiap suku bangsa kemungkinan memiliki kebiasaan dan cara hidup berbeda. Salah satu contoh perbedaan cara hidup adalah transportasi. Pada zaman dahulu, alat transportasi menggunakan jasa hewan seperti gambar-gambar berikut.

Tampak Gambar Bendi, Gambar Pedati sapi, Pedati Kerbau.

Apakah di daerahmu masih dijumpai alat transportasi seperti pada gambar di atas? Coba, ceritakan kepada teman-temanmu. Apakah teman-temanmu juga menjumpai jenis alat transportasi seperti yang kamu sebutkan?

Perhatikan lagi gambar bendi, pedati sapi, dan pedati kerbau. Dapatkah kamu melihat persamaan dari ketiga alat transportasi tradisional tersebut? Ada banyak persamaan, salah satunya adalah ketiga alat transportasi tersebut menggunakan bianatang yang sama-sama menarik beban berupa bendi atau pedati.

Apa yang terjadi saat kuda menarik bendi? Kuda dan Bendi merupakan alat transportasi, Kuda dikendalikan oleh kusir, kuda harus dirawat dengan baik.

Apa yang terjadi pada Kerbau atau sapi saat menari pedati?  Murapakan alat trasportasi tradisional, sapi atau kerbau perlu di rawat dengan baik.

Lakukan kegiatan-kegiatan sederhana berikut.
1. Dorong meja belajarmu pelan-pelan hingga bergeser sedikit, lalu tarik ke posisi semula.
2. Angkat tas sekolahmu, lalu letakkan lagi ke posisi semula.
3. Ambil selembar kertas tak terpakai, lalu lipat atau remaslah kertas tersebut.

Aktivitas yang telah kamu lakukan terhadap meja sehingga bergeser disebut gaya.
Aktivitas yang kamu lakukan terhadap tas sekolah yang kamu angkat disebut gaya.
Aktivitas yang kamu lakukan terhadap kertas sehingga bentuknya berubah disebut gaya.

Apa yang dimaksud dengan gaya? Gaya adalah dorongan atau tarikan yang dapat menyebabkan benda bergerak atau berubah bentuk.

Apa yang menyebabkan mobil  di samping dapat bergerak? karena di dorong oleh seseorang.
Apa yang menyebabkan lampu dapat menyala? karena ada aliran listrik.
Apa yang menyebabkan jarum menempel pada batang magnet?  karena ada daya tarik dari magnet.
Apa yang menyebabkan buah jatuh dari pohon?  karena ada daya tarik dari bumi.
Apa yang menyebabkan kursi mudah dipindahkan? karena di dorong oleh seseorang.

Gaya mempunyai banyak jenis sesuai dengan sumber yang melakukan gaya. Macam-macam gaya antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesek.

Aktivitas menggunakan gaya otot ?
– tarik tambang, menggendong, membuat periuk, sapi menarik pedati.

Diskusikan jawaban pertanyaan-pertanyaan berikut dengan kelompokmu.
1. Apa yang dimaksud gaya otot?
2. Perhatikan gambar contoh-contoh gaya otot di atas. Apa pengaruh gaya otot terhadap benda yang dikenai gaya pada setiap gambar?
Tuliskan hasil diskusi kamu, bacakan di depan kelompok lain, lalu serahkan kepada Bapak/Ibu guru.
Kamu telah mengetahui salah satu jenis gaya, yaitu gaya otot. Salah satu contoh penggunaan gaya otot, yaitu pada pembuatan gerabah. Tahukah kamu, bahwa seni membuat gerabah tersebar di Indonesia?

Seni Gerabah di Indonesia.

Tahukah kamu, apa yang disebut gerabah? Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gerabah, yaitu alat-alat dapur (untuk masak- memasak dan sebagainya) yang dibuat dari tanah liat yang kemudian dibakar (misalnya kendi, belanga). Memang, awalnya pembuatan gerabah untuk memenuhi kebutuhan alat-alat dapur. Namun, dalam perkembangannya seni kerajinan gerabah meluas dan menghasilkan beraneka macam benda.
Pembuatan gerabah secara tradisional tersebar di wilayah Nusantara. Di Jawa, tempat yang terkenal dengan pembuatan gerabah adalah Kasongan, Yogyakarta. Kasongan adalah nama daerah di Kecamatan Kasihan, Bantul kurang lebih 8 km di sebelah barat daya Yogyakarta. Gerabah Kasongan awalnya biasa saja. Perajin Kasongan dahulu hanya membuat barang-barang rumah tangga, seperti anglo, cobek, atau kendi. Namun, pada tahun 1970-an, Bapak Sapto Hudoyo, seorang seniman Yogyakarta mendidik pengrajin di sana. Mereka diajari cara membuat karya seni dari tanah liat. Sejak saat itu, seni gerabah semakin bermunculan. Para perajin membuat kendi yang lebih unik. Mereka juga membuat vas yang dilengkapi aneka hiasan. Semakin hari, pengetahuan dan keahlian perajin makin berkembang. Hasilnya, seperti yang kita lihat hari ini. Gerabah Kasongan menjadi terkenal dan banyak dicari.

Di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat ada sebuah daerah yang terkenal dengan seni pembuatan gerabah, yaitu di Banyumulek. Ada satu karya unik dari seni kerajinan gerabah dari Banyumulek ini, yaitu “kendi maling”. Umumnya, kendi (wadah air) mempunyai lubang di bagian atas untuk mengisi air. Namun, kendi dari Banyumulek ini mempunyai lubang untuk mengisi air pada bagian bawah. Konon, pada zaman dahulu, kendi ini dibuat untuk raja sebagai pengaman supaya “maling” yang berniat meracuni raja kebingungan mencari lubang di bagian atas kendi.

Masyarakat Pulau Ouw di Maluku Tengah juga membuat gerabah yang disebut sempeh. Mereka kebanyakan membuat sempeh untuk keperluan rumah tangga. Ada sempeh yang digunakan sebagai kompor, tempat memasak makanan, dan membuat obat-obatan tradisional. Ada pula sempeh yang digunakan sebagai wadah suguhan dan berfungsi seperti piring.

Di Papua, saat ini tradisi pembuatan gerabah ditemukan di pesisir utara Papua, tepatnya di Kampung Abar. Kampung Abar adalah salah satu kampung di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. Umumnya, pembuatan gerabah di Kampung Abar dilakukan wanita. Konsumen gerabah dari Kampung Abar adalah para wisatawan yang datang ke Danau Sentani. Bagi para wisatawan, gerabah Papua itu menarik karena dibuat dengan tangan kosong tanpa mengandalkan teknologi alat pemutar. Bentuknya yang tidak halus dengan motif-motif khas Sentani juga merupakan daya tarik gerabah Papua.

Diskusikan bersama teman sebangkumu, informasi-informasi baru yang kamu dapatkan dalam teks “Seni Gerabah di Indonesia”. Tuliskan hasilnya pada buku catatanmu, lalu kumpulkan kepada Bapak/Ibu Gurumu.

 

 

Tinggalkan komentar